|14|
Pukul 00.20
Halilintar berlari kesana kemari demi mencari sang adik. Nafas nya terengah engah. Namun ia tak membenarkan pernafasan nya.
Berlari dan berlari. Itu yang sedari tadi Halilintar lakukan. Hanya untuk menemukan adiknya.
Krekk
Tanpa sengaja, Halilintar menginjak sebuah kayu. Kayu yang jatuh dari pohon tua. Namun, itu tak membuat nya berhenti berlari. Demi mencari sang adik. Demi menyelamatkan sang adik. Demi bertemu sang adik.
Hingga akhirnya, Halilintar sampai ke sebuah taman yang bersebrangan langsung dengan jalan raya.
Halilintar dapat melihat jelas, ada adik nya disana.
Tanpa pikir panjang, Halilintar berlari menuju sang adik.
"Gem! "
Sang adik menoleh kearah si sulung. Halilintar dapat melihat jelas, ada seorang perempuan yang berada tepat dihadapan adik nya.
"Ah.... Merepotkan. " Gumam perempuan itu. Klara.
"Gem? Kamu gak.... Huh.... Kamu gak kenapa napa kan? " Ujar Halilintar sembari menenangkan dirinya.
Jujur, Halilintar ingin segera menarik adik nya kembali kerumah. Namun, Halilintar melihat ada seorang perempuan yang nampak sedang memiliki urusan dengan gempa.
"Bang.... "
"Besok, ya, sayang~" Ujar perempuan itu.
Perempuan itu melangkah pergi.
Gempa menggigit bibir bawah nya. Geram. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat.
"Gem...? "
Gempa tidak menjawab. Sekali lagi Halilintar memanggil sang adik.
"Gempa? "
Tidak ada jawaban lagi dari sang adik.
"Gempa! " Kini Halilintar memanggil Gempa dengan lantang.
Si sulung menarik pundak sang adik untuk membuat sang adik menoleh kearah nya.
"Gem, kamu ngapain? "
"Uh.... A-aku.... I-itu. " Gempa mulai ketakutan. Takut. Takut untuk memberitahu kan nya kepada si sulung.
Si sulung menyadari tingkah sang adik. Perlahan lahan, si sulung memasang posisi jongkok.
"Gem, cerita aja. " Ujar Halilintar sembari memegangi kedua tangan sang adik. Hal itu tentu membuat sang adik terkejut.
Sedikit demi sedikit, Gempa mulai memberanikan dirinya.
"Bang ... Perempuan tadi....
Dia .... Maksa aku. "
"Maksa? "
Gempa menghela nafas. Berusaha semaksimal mungkin untuk memberanikan diri.
"Dia maksa aku buat jadi pacar dia. Dengan sebuah ancaman. "
"..... "
"Tadi.... Pas aku mau pulang, dia nyamperin aku. "
Gempa berhenti sejenak. Kemudian, ia melanjutkan.
"Dia ngajak aku jalan. A-aku... Gak mau, tapi... Dia gunain ancaman itu lagi."
Gempa perlahan lahan mulai memasang posisi yang sama dengan si sulung.
"Pas lagi jalan berdua.... "
Berhenti. Gempa berhenti berbicara. Rasa takut itu kembali muncul. Bukan, lebih tepatnya. Rasa malu. Rasa malu dan jijik.
"Gem ... abang siap buat dengerin cerita kamu. "
Sang adik bingung untuk merangkai kata kata. Namun, sampai kapan? Sampai kapan ia tak menceritakan ini kepada abangnya?
"Ciuman paksa. "
....
"Hah? " Halilintar benar benar tak mengerti. Benar benar bingung.
"Coba jelasin pelan pelan, Gem. "
"Dia narik aku ke gang sepi. "
"..... "
"Ciuman pertama, dan.... Mimpi terburuk. "
Halilintar mulai mengerti. Adik nya, dipaksa menjadi pacar perempuan tadi dengan sebuah ancaman. Kemudian, perempuan tadi mengajak adik nya untuk pergi jalan.
Dan perempuan itu.... Ah. Perempuan sialan. Dia mencium paksa Gempa tanpa malu. Bahkan Gempa yang ingin pulang, ditahan olehnya. Perempuan itu mencium paksa bahkan tak hanya sekali.
~~~
Angin kencang datang begitu saja. Angin yang begitu kencang. Bahkan sebuah pohon yang bisa dibilang cukup kokoh, tak kuat menahan hembusan angin yang begitu kencang itu. Pohon itu hampir terjatuh, namun untungnya pohon itu tetap bertahan. Ranting ranting pohon itu berjatuhan, lalu berserakan di sekitarnya.
Angin kencang yang tak ada habisnya ini, membuat Halilintar dengan sigap menarik tangan Gempa hingga tenggelam dalam pelukan nya. Halilintar memeluk Gempa dengan erat. Angin itu, sangat kencang. Benar benar kencang. Seandainya ada seseorang yang mengendarai sebuah kendaraan disini, pasti orang itu beserta kendaraannya akan terlempar oleh angin kencang itu.
"Li."
Terdengar jelas bisikan perempuan tepat disamping telinga si sulung. Suara itu, familiar di telinga Halilintar.
Halilintar menoleh. Tidak ada siapa siapa. Halilintar sedikit kebingungan, namun ia tak terlalu mempedulikan nya. Saat ia menoleh kearah Gempa....
"Hali~"
Halilintar mendorong jauh sosok yang ada di depan nya. Sosok seorang wanita bergaun putih, dan berambut hitam panjang.
"Anjing. " Gumam Halilintar.
Halilintar mencoba melihat lihat ke segala arah untuk mencari adiknya.
Tidak ada. Tidak ada dimana mana. Lantas, dimana dia?
Sosok yang si sulung dorong, mulai bangkit kembali. Seketika angin kencang berhenti.
Sosok itu mendekati si sulung dengan perlahan.
"Tunggu.... Ini, ini terlihat seperti.... "
Halilintar mencari ranting pohon yang telah jatuh akibat angin kencang tadi.
Halilintar menemukan nya. Halilintar mengambil ranting itu. Sosok yang ada di depan nya hanya dapat menatap netra ruby indah milik si sulung dengan seringai yang menyeramkan.
Bersambung ...

KAMU SEDANG MEMBACA
rampung : boboiboy horror fanmade :
TerrorSejarah keluarga. Umumnya diketahui oleh anggota keluarga dan tradisi nya tetap turun temurun. Namun, jika ritual dukun keluarga? Apakah itu harus di turunkan kepada penerus? Korban nya tak hanya satu. Bahkan banyak hingga ratusan. Namun anehnya, t...