Perlahan lahan Ice mengeluarkan tangannya dari laci dengan sensasi lengket yang masih saja menempel di tangannya. Senter berhasil ia ambil dan kemudian ia nyalakan. Hal pertama yang terkena senter adalah didalam laci.
"D-darah? " Ice terkejut melihat laci yang penuh dengan darah segar.
"Kenapa, bang? " Tanya Solar.
"I-ini, di dalem laci ada darah. "
"Hah? " Solar menghampiri sang kakak kelima.
Solar mulai memandangi laci yang tadi Ice lihat. Solar mulai jijik, ia perlahan lahan mundur dan memalingkan pandangannya dari laci.
Jgeer
Suara petir bersamaan dengan senter yang tiba tiba mati, nampaknya baterainya habis. Seisi kamar menjadi benar benar gelap, dan entah kenapa seisi kamar menjadi dingin. Ice mulai panik, dan mencoba menyalakan senter ponsel nya. Ia mencari ponsel nya dengan meraba raba meja, namun tidak ada.
"Bang-"
"Kenapa, Lar? "
"...."
"Lar? "
Senter yang mati kembali menyala, namun, saat Ice mencoba mengarahkannya ke tempat Solar berdiri tadi, Solar tidak ada disana. Senter mulai diarahkan ke seluruh sudut ruangan, namun Solar benar benar tidak ada disana.
"L-lar! Solar! " Teriak Ice.
"Ice! "
Sebuah suara memanggil Ice dari balik pintu kamar nya.
"Bang Blaze? "
Ice dengan panik berlari ke arah pintu kamarnya dan langsung membuka nya.
"Ice! Kamu gapapa, kan? " Tanya Blaze.
"A-aku gapapa, t-tapi, abang liat Solar, gak? "
"Dia tadi sama kamu, kan? "
"H-harus nya, tapi.... D-dia gak ada di kamar. "
"Hah? "
Blaze terkejut sekaligus bingung, membuat nya mencoba mengarahkan senter yang Ice pegang ke dalam kamar mereka berdua.
"Solar gak ada disitu, bang! " Ucap Ice.
"Kita cari di kamarnya, pasti ada. "
Tiba tiba sang sulung mendatangi mereka berdua, membuat mereka berdua sedikit terkejut. Mereka berdua pun menuruti sang sulung dan berjalan kearah kamar Solar. Namun saat mereka berdiri di depan kamar solar, Ice mencium bau yang tidak asing.
"B-bau.... Ini. " Ice berjalan agak mundur.
Ia menutupi hidung nya menggunakan kedua tangan nya. Membuat kedua kakak nya mulai ikut mencium bau yang sama.
"B-bau bangkai. " Ucap Ice.
"Gak, gak mungkin. " Blaze dengan cepat langsung membuka pintu kamar itu.
Senter langsung diarahkan kedalam kamar Solar.
"....."
Darah segar milik Solar berserakan di mana mana. Bahkan kini, kepala nya telah putus dan terpisah dari tubuh nya. Kepala nya berada tepat di samping kanan tubuh nya yang sedang bersandar di dindingnya.
rampung : Boboiboy horror fanmade :
Hujan terus menerus turun. Hujan yang deras, seperti tangisan yang deras dari sang kakak keempat dan sang kakak kelima. Lalu sekarang, mereka hanya bertiga. Dari seluruh saudara mereka, hanya mereka yang tersisa.
"Tch." Halilintar tiba tiba berjalan kearah kamar orang tua nya.
Pintu kamar di buka dan Halilintar langsung memasuki kamar itu.
"B-bang? " Ucap Ice yang berjalan mengikuti Halilintar lalu disusul oleh Blaze.
Mereka berdua hanya berdiri didepan kamar orang tua mereka sambil mengintip sedikit sedikit yang si sulung lakukan. Dapat dilihat bahwa si sulung sedang mencari sesuatu dimeja.
"Anjing. " Gumam Halilintar.
Ice mengamati sulung sambil mengelap air mata nya. Ice mencoba maju selangkah lagi, tapi tiba tiba Halilintar memegang sebuah keris. Tangan Halilintar tampak gemetaran saat memegang keris itu.
"Huh.... Setidaknya demi mereka berdua. " Ucap Halilintar.
Perlahan lahan ia memutar balik badannya dan kemudian menghampiri Blaze dan Ice.
Halilintar berdiri menatap kedua adik nya, dengan tangan yang gemetar, ia memberikan keris itu kepada Blaze.
".... Maaf. "
"..... "
"Ini semua karna gue. "
"Gak bang, bang Hali ga-"
"Setan itu ngincer lu semua gegara gua! "
Ucapan Ice dipotong oleh Halilintar.
Selamat jalan,
Solar.Bersambung ...
Aku ingin mempublikasikan bab 18 kepada kalian besok, semoga saja tidak ada halangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
rampung : boboiboy horror fanmade :
KorkuSejarah keluarga. Umumnya diketahui oleh anggota keluarga dan tradisi nya tetap turun temurun. Namun, jika ritual dukun keluarga? Apakah itu harus di turunkan kepada penerus? Korban nya tak hanya satu. Bahkan banyak hingga ratusan. Namun anehnya, t...