Kangen yah Ama gueh, mangap y gaes, gueh banyak kesibukan dan juga sibuk nyari ide, btw ini requested yaa
Aku tau bikinnya kelamaan tapi moga Kelen tidak bosan menunggu yah, baiklah daripada banyak nyocot mari kita mulai
Tags: [Boypussy], [angst(?)], [futanari], [Fox]
Angin berhembus kencang menerpa telinganya yang lembut, Al menatap kearah rumahnya. Kini suasana menjadi suram, semenjak Ara menjadi cuek dan dingin kepada Al.
Mereka mencoba mengkomunikasikannya, namun Ara tetap dengan sikapnya itu. Al rindu dengan pelukan hangat yang diberikan Ara setiap malam, ciuman manis yang diberikan sebelum Ara pergi memburu.
Namun sekarang? Boro-boro sebuah ciuman, sentuhan tangan pun tak pernah. Setiap hari Al tetap membuatkan sang istri makanan dan menyediakan peralatan berburunya, walau seakan Ara tidak menganggap keberadaan Al.
Sakit memang, namun Al menyadari kesalahannya, pada malam purnama, tepat di hari ulang tahun Ara, Al kepergok berciuman dengan wanita lain, merasa sakit dan kecewa, Ara tak ingin lagi mengeluarkan sepatah kata pun untuk sang suami.
Walaupun sebenarnya, wanita yang mencium Al tersebut merupakan seorang penyihir yang berhasil mencuci otak Al sehingga ia berciuman dengan sang penyihir. Al mencoba menceritakan semuanya namun rasa kecewa dan sakit sang istri terlalu dalam.
Ara duduk di ruang makan, suasana sangat sepi dan canggung. Ara melahap makanan yang dimasak oleh sang suami.. untuk saat ini.
"Enak..?" Al mencoba memecah keheningan namun tak ada jawaban dari Ara. Ara segera meninggalkan meja makan setelah ia selesai memakan makanannya.
Al duduk di kasur di samping Ara, "Sayang, aku tau kau kecewa tapi percayalah aku tidak melakukannya dengan sengaja, tubuhku tak bisa bergerak, aku seakan dikontrol seperti mainan. Tolong, aku hanya ingin kau memaafkanku dan mengerti.." Al berkata, ia mencoba untuk tidak menangis, ia ingin benar benar menjadi seorang pasangan, bukan dua lawan jenis yang tinggal bersama.
Telinganya yang lembut turun menandakan kesedihan, ekornya bergerak ke kanan dan kiri dengan tempo lambat. Mata oranye Ara seakan membara dengan amarah, semua emosi dapat terlihat dari matanya, emosi, kecewa, sedih, dan sakit.
Al menghela nafas, "Entah apa lagi yang aku harus lakukan agar kau percaya denganku, sayang. Aku benar benar tidak bermaksud, aku rindu sayang.. tolong" Al menatap Ara, matanya tak bisa berbohong, rasa sedih dan rindu dapat dilihat di dalamnya.
"Al, aku tahu, aku tahu semuanya." Ucap Ara yang segera membuat matanya berbinar dan ekornya bergerak cepat.
Ara menghela nafas, "Aku hanya butuh ketenangan, aku tak ingin ada yang terluka secara fisik di sini, saat aku melihatmu rasanya aku ingin menyerangmu dan mencabik-cabik tubuhmu, tapi aku belum tau apa yang sebenarnya terjadi." Ara perlahan menatap Al, ekornya bersentuhan dengan tangan Al, "Iya aku sakit hati, namun kau suamiku, aku paham betul sifatmu seperti apa, aku tidak percaya jika kau akan benar benar melakukannya dan ternyata dugaanku benar. Maafkan ku sayang, aku telah membuat mu bingung, sebenarnya aku hanya ingin menenangkan diriku."
Al tak kuat lagi, ia segera memeluk tubuh Ara dan menangis sekuat-kuatnya. Entah sudah berapa lama ia pendam sendiri, ekornya naik dan bergerak sangat cepat menandakan rasa bahagia dan telinganya kembali seperti semula. Ara mengusap rambut cokelatnya yang lembut.
"Silahkan menangis, aku istrimu, memang sudah sewajarnya aku kau jadikan tempat bersandar." Suara Ara bergetar, "Malam ini, aku akan menebus semua rasa sakit yang kau alami, kau tidak salah, kau adalah korban."
Al menggenggam tangan Ara dengan kencang, "Tidak, aku yang salah, aku yang membuatmu kecewa.." Ucapanya sambil menangis histeris.
Ara menahan air matanya dan mengusap rambut Al dengan lembut, "Shh.. bukan, kau adalah korban, jangan bicara seperti itu. Sekarang tatap mataku." Ucap Ara dengan tegas.
Mata kuning Al menatap kearah Ara dengan penuh air mata. Ara mengusap air mata Al dan tersenyum, "Kau luar biasa, sayang. Kau tau? Tanpa mu, tanpa masakanmu, tanpa dukungan mu aku hanyalah seorang rubah yang hidup tanpa arah dan tujuan. Kau memberikanku dukungan, kau yang membuatku tetap hidup hingga kini. Walaupun aku seakan tidak memperdulikan mu, kau tetap melakukan kebiasaan mu, kau selalu masak untuk kita, mencuci bajuku, dan membersihkan peralatan ku."
Al tersenyum dan mencengkram pipi Ara dengan lembut, "Sayang.. bisakah kau memberikanku kasih sayang yang sama seperti dulu?"
"Aku berjanji."
Ara menangkap bibirnya dalam ciuman lembut dan penuh gairah, dia dengan lembut membelai punggung dan ekornya saat dia terus menciumnya, "Terimakasih.." Ucap Al sambil berciuman.
Ara perlahan mendorongnya ke tempat tidur dan mengangkat kaosnya, dia menciumnya dari leher hingga ke putingnya, "Kau mungkin tak sensitif seperti dulu, namun tak apa, aku yakin akan tetap nikmat." Perlahan, Ara menjilati putingnya dan menggigitnya dengan lembut, sementara tangannya menelusuri celananya, dia membuka ritsleting celananya dan mengusap-usap penis kecilnya.
Al melengkungkan punggungnya dan merintih pelan saat dia menggesekkan pinggulnya ke tangannya, mendesaknya untuk menyentuhnya bagian yang lainnya juga. Ara tersenyum dan perlahan mendorong jari-jarinya ke dalam vaginanya dan membuat Al mengerang dalam kenikmatan, dia dengan lembut mendorong jari-jarinya sedalam yang dia bisa.
Saat dia bersiap, dia meletakkan penisnya di antara celah kemaluannya dan dengan lembut mendorong ujungnya. Dia mengusap vagina Al dan mendorong penisnya jauh ke dalam sebelum menyodok dengan irama yang lambat dan mantap.
Mereka mendesah nikmat sementara Al mencoba menyesuaikan diri dengan ukurannya, dia sudah lama tidak bercinta dan sekarang vaginanya menjadi ketat sehingga membuat Ara sedikit kesulitan untuk bergerak.
"Mnhh.. ohh.. ahh.. ahh.. anhh~.. mnhh.. hmm.." Al mengerang, dia menghentakkan pinggulnya seirama dengan dorongan sang istri. Saat dia menghentakkan pinggulnya lebih keras, sang istri mempercepat tempo dan menyodoknya lebih cepat dan lebih keras.
"Ahhh!! Mnhhh.. harder..!"Mendengar desahannya dan permohonannya, dia menidurinya dengan sangat keras dan kasar dan membuat tempat tidur berderit.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya Al terbangun dengan kaki yang lemas, Ara hanya tertawa ketika Al protes, "Uhh maksudnya apa ya ketawain aku kayak gitu, kan aku jadi gabisa masak!"Ara tersenyum dan menepuk pahanya "Santai, nanti ku masakin spaghetti deh.." Ara mencium pipinya dan turun dari kasur untuk menuju ke dapur.
"Heh tunggu aku mau pipis tolongin!! Ahhh gini amat punya bini.." Al cemberut dan berusaha turun dari kasurnya walaupun kakinya dan pantatnya terasa sakit.
The end.
Dah ya mek, sekarang aing mawu istirahat dulu, sorry kalo tidak sesuai ekspektasi karena gw hanya manusia, nanti kalau mau aku bakal bikin versi yang bukan angst nya y (kalo gak males akwkakak)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jean's GxB oneshots
Short StoryGatau pokoknya isinya GxB Boleh request tapi jangan berharap lebih karena aing cuma manusia biasa. . . . . . . . . Warning: Mengandung kata kasar/frontal, penulisan mungkin sedikit berantakan karena penulis sedikit mumet kadang, mostly rough sex...