Pagi menyambut Akademi Ardura dengan sejuk. Kabut tipis menyelimuti taman belakang yang dihiasi bunga-bunga liar dan pepohonan rimbun, sementara suara gemericik air dari air mancur kecil di tengah taman menciptakan ketenangan tersendiri. Aku-atau seharusnya aku katakan, Ecid, yang masih menyamar sebagai Dice-berjalan perlahan ke arah taman itu, dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana.
Setelah pertemuan dengan kelima sosok misterius tadi malam, aku tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk bertindak sembrono. Tapi aku juga tahu bahwa waktu terus berjalan, dan aku tidak bisa menunggu terlalu lama. Setiap detik di Ardura berarti peluang-baik untukku maupun untuk musuh-musuhku. Valens dan Rizcu mungkin masih menjadi ancaman, tapi prioritas utamaku sekarang adalah membangun koneksi yang bisa kugunakan di akademi ini.
Ketika aku sampai di taman, mataku langsung tertuju pada sosok Keyna. Dia duduk di atas salah satu bangku batu yang ada di dekat air mancur, rambut ungu panjangnya tergerai lembut, bersinar samar di bawah cahaya matahari pagi yang menembus kabut. Di sampingnya, seperti biasa, terbang makhluk kecil berwarna hijau, mengikuti setiap gerakannya seperti bayangan hidup.
Aku mendekatinya dengan langkah ringan, memastikan untuk tidak terlihat terburu-buru atau mencurigakan. Keyna mengangkat kepalanya saat merasakan kehadiranku, dan senyum tipis muncul di wajahnya. "Dice," sapanya, suaranya lembut namun berisi.
Aku tersenyum balik, meski di dalam hati aku tetap waspada. "Keyna, pagi yang indah, bukan?"
Dia mengangguk pelan. "Ya, pagi yang tenang. Sesuatu yang langka di akademi ini."
Aku duduk di sampingnya, menjaga jarak yang sopan namun cukup dekat untuk bisa berbicara dengan mudah. "Bagaimana kabarmu?" tanyaku, mencoba membuka percakapan. "Sudah lama kita tidak bicara, bukan?"
Keyna memandangi air mancur di depannya, suaranya terdengar agak melamun. "Aku baik-baik saja. Banyak yang terjadi akhir-akhir ini. Suasana di akademi terasa semakin tegang, kau tidak merasakannya?"
Aku mengangguk. "Tentu saja. Sepertinya setiap hari ada saja kejadian yang membuat kita bertanya-tanya. Tapi kurasa itulah Ardura. Akademi ini memang dipenuhi misteri."
Keyna menoleh ke arahku, matanya menyipit sedikit seolah berusaha membaca pikiranku. "Apa kau tahu sesuatu tentang kejadian-kejadian aneh itu, Dice?"
Pertanyaan itu terdengar sederhana, tapi aku tahu ada makna yang lebih dalam di baliknya. Keyna bukan orang biasa. Dia selalu memperhatikan detail, dan di balik sikap tenangnya, aku yakin dia mencurigai sesuatu.
Aku memutuskan untuk tidak langsung menjawab pertanyaannya, melainkan menggiring percakapan ke arah yang lebih aman. "Kau tahu Heiga, kan?" tanyaku dengan nada yang lebih tenang. "Dia terlibat dalam beberapa hal yang cukup aneh. Aku baru saja mengetahuinya."
Keyna mengerutkan kening, jelas penasaran. "Heiga? Aku selalu berpikir dia hanya murid biasa. Apa yang terjadi dengannya?"
Aku menatap Keyna sejenak, mempertimbangkan seberapa banyak yang bisa kuberitahukan. "Heiga tidak sesederhana yang kita kira. Dia memimpin sekelompok orang di luar akademi, menggunakan sihir boneka untuk menyembunyikan kebenaran. Aku sempat terlibat dengannya beberapa waktu lalu. Ada sesuatu yang besar sedang terjadi, dan Heiga hanya sebagian kecil dari itu."
Makhluk hijau kecil di samping Keyna tampak terbang mendekatiku, seolah-olah tertarik dengan percakapan ini. Keyna sendiri tampak merenungkan kata-kataku, lalu dia berkata, "Jadi, menurutmu ini lebih dari sekadar masalah di antara murid? Apakah ini berkaitan dengan kekuatan di balik akademi?"
Aku menahan napas sejenak. Keyna sudah mulai mendekati inti masalah, dan aku tidak bisa memberikan terlalu banyak informasi sebelum yakin dia bisa diandalkan. "Aku tidak tahu pasti," jawabku, setengah jujur. "Tapi sepertinya ada sesuatu yang lebih besar dari kita semua di balik ini. Para guru tidak banyak bicara, dan murid-murid semakin terpecah. Kau pasti merasakannya, kan?"
Keyna mengangguk pelan, pandangannya kembali ke arah air mancur. "Ya, aku merasakannya. Akademi ini sudah tidak seperti dulu lagi. Ada sesuatu yang berubah."
Aku mengangguk setuju. "Itu sebabnya aku berhati-hati dengan siapa yang kubicarakan. Mungkin tidak semua orang di sini bisa dipercaya."
Keyna menoleh padaku lagi, dan kali ini, senyumnya menghilang. "Apa kau mempercayaiku, Dice?"
Pertanyaan itu datang tiba-tiba, tapi aku sudah siap. "Tentu saja, Keyna," jawabku tanpa ragu. "Kau salah satu dari sedikit orang yang bisa kupercaya di tempat ini. Aku tahu kau punya integritas, dan kau tidak bermain di belakang layar seperti yang lain."
Dia tampak sedikit lega mendengar jawabanku, tapi aku tahu itu belum cukup untuk benar-benar menenangkannya. Keyna adalah tipe orang yang membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata untuk diyakinkan. Tapi untuk sekarang, itu sudah cukup.
Kami duduk dalam keheningan untuk beberapa saat, hanya ditemani oleh suara gemericik air dari air mancur dan kicauan burung dari kejauhan. Aku memanfaatkan momen ini untuk merenung. Keyna bisa menjadi sekutu yang berharga jika aku bisa membuatnya tetap di pihakku, tapi aku juga harus berhati-hati. Terlalu banyak informasi bisa berbalik melawan diriku sendiri.
Ketika akhirnya aku merasa waktunya tepat, aku berdiri dan menoleh padanya. "Aku harus kembali ke asrama sekarang, Keyna. Tapi jika kau mendengar sesuatu atau merasa ada yang aneh, jangan ragu untuk memberitahuku. Kita harus saling menjaga satu sama lain."
Keyna mengangguk pelan. "Aku akan melakukannya, Dice."
Aku tersenyum padanya sebelum berbalik dan berjalan menjauh dari taman. Tapi sebelum aku benar-benar pergi, aku mendengar suaranya lagi. "Dice, ada satu hal lagi."
Aku berhenti dan menoleh, menatapnya dengan alis terangkat. "Apa itu?"
"Valens dan Rizcu," katanya pelan, tapi suaranya jelas terdengar cemas. "Mereka menghilang dari akademi sejak tadi malam."
Aku membeku sejenak, pikiran berputar dengan cepat. Valens dan Rizcu menghilang? Ini berita besar, dan jelas ini bukan kebetulan. Ada sesuatu yang sedang bergerak di balik layar, dan aku tahu ini hanya permulaan.
"Tidak ada yang tahu kemana mereka pergi?" tanyaku, mencoba menyembunyikan keterkejutanku.
Keyna menggeleng. "Tidak ada. Beberapa murid melihat mereka terakhir kali di dekat lapangan, tapi setelah itu, mereka lenyap begitu saja."
Aku terdiam, menatapnya dengan serius. "Kau yakin ini bukan hanya rumor?"
"Ini bukan rumor," jawabnya dengan nada tegas. "Aku mendengar langsung dari salah satu murid yang dekat dengan Valens. Ini benar-benar terjadi."
Berita ini membuat pikiranku semakin kacau. Jika Valens dan Rizcu benar-benar menghilang, ini bisa berarti banyak hal. Mereka bisa saja ditangkap, atau mungkin mereka terlibat dalam sesuatu yang lebih besar yang aku belum ketahui. Yang jelas, ini membuka jalan baru dalam permainan yang sedang berlangsung di akademi ini.
"Aku mengerti," kataku akhirnya. "Aku akan mencari tahu lebih lanjut. Terima kasih sudah memberitahuku, Keyna."
Dia hanya mengangguk, dan aku pun melanjutkan langkahku kembali ke asrama. Tapi kali ini, pikiran dan rencanaku telah berubah. Valens dan Rizcu-dua sosok yang selalu menjadi bagian dari teka-teki Ardura-menghilang begitu saja tanpa jejak. Ini bukan kebetulan, dan aku harus bergerak cepat sebelum semuanya menjadi lebih buruk.
Aku, Ecid, akan terus menjalankan rencanaku dengan teliti. Setiap informasi, sekecil apapun, akan kugunakan untuk memperkuat posisiku di akademi ini. Dan jika Valens dan Rizcu benar-benar hilang karena sesuatu yang besar, maka itu hanya akan menjadi bagian dari jalan yang kupilih. Di dunia yang penuh tipu daya ini, hanya mereka yang berani mengambil risiko yang akan menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master of Dice
Novela JuvenilDi Akademi Ardura, sihir adalah segalanya, dan para siswa elit di puncak akademi memegang kendali dengan permainan gelap mereka yang penuh tipu daya. Dice, seorang siswa biasa yang sering diabaikan, menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan langka:...