Bab 3

15 3 5
                                    

Loop

***

*Kami mohon waktu Anda sebentar untuk memberitahukan ini.*

Penulis telah menulis ulang novel ini mulai dari Bab 3 dan seterusnya, di dalamnya akan memuat isi dan alur yang berbeda. Sedikit berbeda dengan aslinya, namun hanya beberapa bagian yang menggunakan informasi yang sama. Karena itu adalah poin yang penting dan mempengaruhi plot. Sekian.

Aku berlari keluar dari kamarku. Mengetuk pintu kamar sebelahku dan berteriak, "Phi-Toh! Bing! Buka pintunya!"

Phi-Toh datang dan membukakan pintu untukku. Dia menyipitkan matanya ke arahku, ekspresi menunjukkan dirinya belum sepenuhnya sadar, sementara itu Bing masih berbaring menatapku dari tempat tidurnya.

"Ada apa?" ​​tanya Phi-Toh.

Aku bergegas memasukkan diriku ke dalam kamar mereka.

"Aw!" Bing terlonjak dan akhirnya duduk.

Aku memandang mereka berdua dan berkata dengan suara rendah dan cepat, "Ada sosok hantu anak laki-laki yang sedang duduk di tempat tidurku. Wajahnya seperti setengah orang asing dan di badannya ada bekas luka."

Phi-Toh memegang lengan atasku. "Tenang dulu. Ceritakan pelan-pelan."

"Aku terbangun karena hujan dan angin yang menerpa wajahku. Begitu juga dengan jendela kamar yang terbanting lebar karena itu. Jadi aku turun dari tempat tidur untuk menutupnya. Tapi saat aku akan kembali naik ke tempat tidur, aku mendengar suara-suara gemerasak aneh dari bawah tempat tidur. Jadi aku membungkuk untuk memeriksannya di bawah tempat tidur. Ternyata itu adalah mainan boneka kuno, lalu aku juga melihat seorang anak laki-laki yang duduk dan menatapku dari atas tempat tidur."

Bing dan Phi-Toh saling memandang dengan aneh. Lantas Bing angkat bicara, "Tidak ada hujan, Phi-Khen."

Aku segera menoleh ke jendela. Langit malam berwarna biru tua, hampir menggelap. Bulan bersinar lembut, muncul di atas permukaan. Tidak ada tanda-tanda adanya turun hujan. Aku menelan ludahku... Ada apa ini?

"Kamu yakin nggak lagi mimpi?" Phi-Toh bertanya dengan suara rendah, "atau bahkan kalau pun kamu mimpi buruk, itu karena kepalamu yang cedera."

Aku tertegun. Kepalaku terasa berat dan buram.

Phi-Toh menghela napas, "Oke, kamu pindah saja ke kamar ini. Malam ini, aku yang akan tidur di lantai. Ayo kita bicarakan hal ini besok."

"Aku setuju," kata Bing.

Jadi malam ini aku tidur di kamar Phi-Toh. Kedua lelaki itu berbicara denganku sejenak dan kemudian tertidur kembali. Hanya aku yang masih berguling-guling di tempat tidur. Karena aku masih memikirkan apa yang baru saja terjadi.

Sulit dipercaya bahwa itu hanya mimpi. Rasa basah pada mainan di tanganku masih terasa jelas, bahkan bayangan mata besar berwarna coklat pada wajah anak itu. Pipinya agak panjang, dengan kulit yang seputih susu, dan tahi lalat kecil di bawah mata kirinya. Dia terlihat sangat marah. Aku tidak tahu apakah itu karena mimpi atau penglihatan nyata, atau karena dampak yang disebabkan oleh cedera kepala seperti dugaan Phi-Toh, termasuk suasana di dalam rumah ini. Jadi aku berusaha untuk menidurkannya saja. Tapi aku tidak bisa tidur nyenyak dan mengalami mimpi buruk seperti dihantui oleh hantu. Lama sekali aku mencoba memejamkan mata hingga akhirnya tertidur.

Keesokan paginya, aku membuka mata. Ada suara bising di luar pintu kamar.

Ding...

Aku mencoba mendengarkan meski masih mengantuk. Suaranya jernih dan nyaring, semakin didengar semakin terdengar seperti sebuah melodi. Cukup lama aku mendengarkannya dengan senang dan menikmati melodi itu, mataku langsung terbuka. Itu suara piano!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Bulan Yang TersembunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang