Fathina Zahara Wajendra
-" Ara "
Sebuah suara terdengar saat aku memasuki sebuah fashion store, ku percepat langkahku dan menghampiri sumber suara yang memanggil namaku dengan keras tadi.
Berjalan-jalan mengelilingi mall di kota asalku yang lebih. Ayolah ini sudah menjadi rutinitas ku dan kedua temanku setiap beberapa bulan sekali. Kita juga jarang bertemu karena sama-sama tengah sibuk dengan kerja. Ups bukan kerja lebih tepatnya melanjutkan bisnis orang tua, selebihnya jalan-jalan sambil memantau kerjaan.
Rasanya kakiku sudah lelah, dengan tangan kiri membawa paperbag, "mampir dulu yu, capek nih"
"yaudah, ni kaki juga udah pegel rasanya" jawab Mia
Kita pun masuk ke dalam salah satu café yang terlihat dan segera memesan.
Belum juga lima menit duduk, Ely tiba-tiba mengajak untuk bermain truth or dare yang ku iyakan saja toh kita juga sering main beginian.
Beberapa kali kita saling kena bergantian, entah itu truth ataupun dare pasti kita lakuin." yak spinnya nama ara nih yang muncul " mereka berdua memandangku dengan tertawa dengan saling tos.
Kusandarkan punggungku ke kursi café,
"oke truth or dare" kata Mia"dare" kataku
Mia tampak menyenggol lengan Ely, "tuh kan ni anak pasti milih dare, keknya baru mau kiamat milih truth"
Aku terkekeh, "gak lah, alah cuma dare emang napa sih" ucapku
"iya – iya yang suka bener sama dare" Ely meyakinkanku "oke dare ya, bentar tak pikirin dulu bingung nih modelan ara mah gas-gas aja soalnya. Harus nyari yang beda dare kali ini" aku menganguk saja, toh cuma dare, ku sruput minuman di depannku.
"Bener tuh el, harus cari yang lain mah buat dia" Mia mengangguk setuju.
Ku lihat Ely tampak berpifikir hukuman apa yang menurutnya pas untukku, entah kenapa perasanku tiba – tiba saja tidak enak. Anak ini emang selalu membuat gebrakan yang aneh, semoga saja kali ini gak ada hal aneh yang ada di otaknya. Lalu dia tampak membisikkan sesuatu ke Mia, membuat mereka berdua teesenyum aneh.
Mereka menyondongkan badannya ke arahku, "lu harus nyium cowok" Ely berkata dengan nada berbisik namun yakin memandang mataku.
Aku terkejut, anjir ni dua orang. "ogah ah, gue aja belum pernah cium sama cowok manapun"
Mereka lebih mendekat, "justru karena lu belum pernah, sekarang harus ngelakuin itu. Itung-itung ni dare aneh dan menantang terakhir dari kita deh." lo cium cowok yang disana " Eca menunjuk ke arah luar cafe
Kalo lu gak mau, bayarin belanjaan kita selama sebulan. Tapi kalo lu bisa ngelakuin dare ini kita berdua yang bayar belanja lu sebulan, gimana kan gak ada keluarga lu juga disini?" aku diam sebentar memikirkan ide gila dari dua orang di depanku ini.
Disana berdiri seorang pria yang membelakangi meja kita, " gila lo ca, kalo cowok orang gimana coba. Dikira pelakor gue ntar kan kagak lucu "
" udah tenang aja, mumpung sepi juga. Toh liat tu orang juga sendirian, gass aja udah. Inget harus bisa ngelakuin dare Ara" eca semakin menyakinkan diriku.
"Dare sialan" umpat ku
"oke gue lakuin dare dari kalian" aku berdiri dan melihat sekeliling, sedangkan mereka berdua tengah sedikit syok mendengar perkataanku.
"gila ni temen kita, anjir"Ogah lagi gue milih dare kalo kayak gini tantangannya. Aneh emang mereka ini, nyesatin temen sukanya. Ni kalo tiba-tiba ada pacar tah istrinya kan berabe, bisa jadi viral nih. Mana ada pelakor secantik dan simut diri ini, enak aja masih suka cowok single ya.
Kulihat ada satu cowok yang sedang berdiri sendiri di depan area duduk mall, tanpa babibu lagi kulangkahkan kakiku keluar dari café. Kurasa mereka juga mengikutiku keluar, ku berjalan ke arah cowok itu.
"Oke ara dia lagi sibuk dengan hp nya, lu harus bisa demi ngejaga tabungan healing tetap aman".
Saat aku sudah sampai di belakang cowok itu, ku tarik nafas sebanyak-banyaknya dan menoleh ke mereka berdua."lu pasti bisa ara"
"bisa yuk bisa" Ucap mereka dengan pelan-pelan. Kakiku melangkah pelan sampai lebih mendekat di belakangnya, tanganku langsung menangkup pipinya dan menempelkan bibirku ke ujung bibirnya. Butuh sedikit usaha dengan berjijit, karena tinggiku hanya sebatas pundaknya.
Entah apa yang nanti di pikirkan cowok ini yang penting aku sudah menyelesaikan dare ini. Aku menutup mataku tidak berapi menatap reaksinya. Mungkin dia juga kaget dengan apa yang aku lakukan.
Hanya hitungan detik saja, kemudian kulepas bibirku dari pinggir bibirnya dan ku berbalik pergi dengan langkah cepat.
Dadaku rasanya berdetak kencang, takut jika pria itu marah dan mengejarku lalu menyeretku ke kantor polisi.
Ely menyeruput matca nya, " gue rasa cowok yang lo cium bukan orang sembarangan deh. Coba kalian lihat tu cowok didatengi sama temen-temennya, wajah-wajah mereka tu kayak orang serius gitu "
Aku dan Jeje menoleh ke arah itu disana terlihat sekarang disana ada empat orang yang tadinya pria itu sendirian. Mereka terlihat tinggi semua dan postur wajahnya pun benar kayak yang diomongin Ely dan juga berpotongan cepak.
Pria itu tampak berbicara dengan teman-temannya. Kita bertiga memperhatikan mereka satu persatu, jarang ada nih disini kek gini.
"The real gapura kabupaten sih, eh tapi kurang keker. Tapi keknya sixpack tu perut" celetuk Jeje
"Shit" umpatku saat tak sengaja pria itu menatap ke arahku.
Aku segera mengalihkan pandanganku ke makanan yang ada di meja. Dengan menutupi sisi wajahku dengan rambut panjangku.
Pundakku di toel-toel, "lihat ten ra, tu orang yang lo cium lagi natap tuh"
"Lo sih, milih dare gituan. Nanti gue di tuntut gimana" ucapku dengan menelungkupkan kepalaku di meja.
"Gak mungkin ra percaya deh sama kita" ucap jeje dengan mengusap pundakku.
"Tuh liat mereka udah pergi, habisin tu makanan. Muka lo udah kayak kebelet berak"
Aku mendengus menegakkan kepalaku lagi, ngeselin banget dua orang di depannya ini. Perasaanku merasa tidak enak setelah kejadian tadi, entah kenapa bakal ada sesuatu yamg terjadi.
Oh tuhan, ampunilah perilaku umatmu ini. Doa ku dengan memejamkan mata, kali ini doa ku sangat-sangat dari hati.
Kkweeekk kkwweeekk kkwweekkk
Suara panggilan telefonku berbunyi, ku lihat ternyata di layar tertera nama bunda.
" Halo bun ada apa?" Tanyaku
" Ara kamu ke rumah sakit sekarang, alamatnya bunda kirim ke kamu" aku bingung kenapa bunda tiba-tiba menyuruhku ke rumah sakit.
" ada apa bun, siapa yang sakit?" Aku penasaran
" udah kamu kesini sekarang pokoknya " bunda mematikan telefonnya.
Segera kurapikan barangku ke dalam tas, " gue pergi dulu ya dipanggil bunda, panggilan urgent " pamitku ke mereka sembari merapikan isi tas ku.
Ely dan jeje menatapku, " oke ra hati-hati"
Aku menganggukCepat-cepat aku pergi ke basement dan membuka pintu penumpang memasukkan kantong belanjaanku dan menutupnya. Kemudian masuk ke dalam pintu depan, ku lihat pesan yang dikirim oleh bunda dan melihat alamat yang tertera.
Ku nyalakan mobil dan keluar dari mall menuju rumah sakit.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE A THIEF
ChickLitFathina Zara Wajendra perempuan yang baru saja berulang tahun ke dua puluh tiga harus merubah status. Hal ini akibat dari ulah truth or dare yang dilakukannya dengan teman-temannya, sungguh rasanya dia ingin memutar waktu saja. Yang Ara inginkan han...