Asap nikotin menguar pekat bercampur udara dalam ruangan dengan penerangan temaram. Pria besar itu terus menekan puntung nikotin yang terbakar pada tangan seseorang. "Kamu sudah minum obatnya?" Volume bicara berat mengintimidasi, milik Toji Fushiguro.
"Belum papa," balas [ Name ] mengkernyit ngilu. Kulit telapak tangannya melepuh gosong, Toji menggunakannya sebagai asbak rokok.
"Berdiri," titah Toji.
[ Name ] berdiri lunglai tanpa bantahan setelah tadi berlutut, ia kepal telapak tangannya dikedua sisi pinggang. Dibanding tangan, batinnya lebih sakit dari apapun, mengingat ini bukan pertama kali [ Name ] diperlakukan seperti budak oleh ayahnya sendiri.
Toji berdehem memanggil sesosok pria lain, dia pamannya datang dari arah dapur membawa nampan obat. "Mau sembuh dari penyakitmu kan gadis kotor? Minumlah obat tanpa di suruh!!" Tutur keras Naoya.
Tertipulah para tetangga bahwa mereka keluarga sah yang mendiami apartemen keluarga Fushiguro.
"Maaf paman." Gadis kotor, sungguh panggilan yang busuk diucapkan.
Dalam diam [ Name ] mengangguk pelan, sakit? Sangat. Ia merasa asing, tak mengenal dirinya sendiri pun papa, dan pamannya. Mereka bilang ia putri keluarga Fushiguro tapi kenapa sikap mereka tak mencirikhaskan keluarga?
Tapi baiklah, mungkin keadaan ini yang orang-orang anggap broken home.
Toji bilang dari kecil [ Name ] mengidap penyakit langka, alasan itulah yang membuatnya harus rutin mengonsumsi obat. Naoya sempat depresi ketika mengetahui ia terlahir dengan penyakit... terdengar dia paman yang paling mencintai keponakannya.
Toji meminta jangan terlalu membencinya, baiklah [ Name ] turuti.
Toji berdiri dari sofa tempatnya duduk, tangannya terangkat membelai puncuk kepala [ Name ]. "Ini demi kebaikanmu. Papa ingin kamu sembuh... begitu juga pamanmu."
[ Name ] paham betul Toji sangat perhatian pada adik terkecilnya.
Naoya mendengus kasar menatap Toji tajam, seenak jidat menganggap dirinya sakit mental hanya karena membenci [ Name ]. Rasanya Naoya ingin menendang keras bokong pria itu, dia jadi penasaran, kapan drama keluarga Fushiguro berakhir?
[ Name ] enggan membenci mereka, paman sakit, dan papah walau dingin atau menjadikan telapak tangannya asbak rokok, dia terkadang perhatian layaknya seorang ayah.
Ketika [ Name ] hendak menegur ia tak mampu, menatap Toji sembari menyungging senyum. "Tak apa papa. [ Name ] paham, [ Name ] bakal minum obatnya."
"Anak pintar." Puji Toji, dia miliki alasan untuk merawat [ Name ] selain permohonan tuan muda klan Gojo.
Siapa yang tau, apa yang akan Puppis [ Name ] lakukan ketika mengingat masa lampau.
Titik terendah [ Name ], ia tak diizinkan memakai marga 'Fushiguro'... orang akan mengira ia anak pungut.
▄▄▄▄▄▄▄
Tepat diparkiran bawah tanah sebuah mansion tersohor klan Zenin, begitulah orang menyebut istana billionaire termasyhur abad itu, Naobito Zenin. Beruntung tak ada anggota berlalu-lalang sebab mereka di wajibkan menghadap pemilik rumah, kecuali Toji yang mendapat hak istimewa atau tidak harus datang.
Luas garasi pribadi itu sekitar satu lapangan sepak bola dengan barisan mobil mewah milik masing-masing anggota.
"Kenapa kau malah menyuruhku menyiapkan mobil?" Naoya bertanya, duduk mematung diposisi pengemudi mobil, menggenggam setir sembari menatap Toji membawa putri pengacara yang menjadi tawanan sebulan lalu.
Seraya menyuruh gadis muda duduk pada jok belakang mobil, Toji masuk menduduki jok disamping Naoya. "Tak ada waktu, kujelaskan di jalan."
Naoya mengangguk sembari memutar kontak mesin, dia injak pedal gas melesatkan mobil berkilat hitam membelah taman raksasa yang mengelilingi mansion, tepat setelah melewati gerbang utama menuju jalan raya, dia bertanya. "Kemana?" Tidak mungkin Naoya mengemudi tanpa tujuan.
"Wilayah Timur, cari apartemen, buatlah beberapa identitas palsu dan kau--" Toji menjeda kalimat menatap Naoya beringas, membuat bulu kuduknya meremang serentak."--jadi adikku."
"Hah?"
Naoya terbelalak kaget, sontak menginjak rem menghentikan laju mobil ditengah jalan besar yang sepi tanpa kendaraan lain. Toji tersungkur kehilangan keseimbangan, selanjutnya melirik Naoya marah. "Heh! Kau gila?"
"Kau tuh gila. Tiba-tiba banget nyari apartemen baru, dan memintaku jadi adikmu. Waras tuan?" Geram Naoya membalas tatapan Toji. Bawahan klan Zenin bilang hanya asisten pribadi Toji yang berani menggertak tangan kanan tuan besar Naobito. "Gadis tawanan juga di bawa. Apa rencanamu?" Lanjutnya bingung.
Toji memijat pelipisnya. "Tuan muda klan Gojo ingin Puppis [ Name ] tetap hidup. Aku berjanji padanya untuk menjaganya."
"Lalu?"
"Kita akan menjadi keluarga palsu [ Name ], kau pamannya aku papanya. Dapat di terima?" Begitu enteng Toji mengatakannya.
"Dapat di terima pantatmu!! Kau memintaku jadi pamannya. Setengah mati aku membencinya, jangan harap!"
"Mengertilah bocah. Anggap saja tugas, jangan terbawa suasana, dan mengecewakanku sebagai asisten." Dingin Toji mengalihkan fokus menghadap jalanan.
Naoya mengcengkeram kuat kemudi mobil, tapak kakinya menarik gas membiarkan mobil kembali melaju. "Baiklah tuan..."
Kabut uap air panas yang membasahi tubuh besar Toji mengepul memenuhi kamar mandi, seraya mengusak rambut basahnya dengan shampo dia mengingat keputusannya tiga tahun silam. Keputusan menuruti pewaris six eyes untuk membiarkan [ Name ] hidup.
Tidak ada maksud. Toji hanya berpikir, mungkin akan menyenangkan terlibat hubungan asmara pemain, dan bidaknya...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇 𝐄 𝐀 𝐕 𝐄 𝐍.
Fanfiction𝗙𝗔𝗡𝗙𝗜𝗖𝗧𝗜𝗢𝗡 𝗛𝗔𝗥𝗗 𝗟𝗘𝗩𝗘𝗟 ┈┈┈┈┈┈ ▼𝖯𝖾𝗋𝗀𝗂, 𝖽𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖻𝖺𝗐𝖺 𝗉𝖾𝗋𝗀𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖯𝗎𝗉𝗉𝗂𝗌 [ 𝖭𝖺𝗆𝖾 ] 𝖺𝖽𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗉𝖾𝗅𝖺𝗇𝗀𝗀𝖺𝗋𝖺𝗇. Obsesi Satoru berubah liar tak terkendali. Dia ingin melihat tempat terakhir bagi [ Na...