𝙃𝙚𝙖𝙫𝙚𝙣-𝗈𝗇𝖾.

111 15 0
                                    

𝗖𝗥𝗔𝗦𝗦𝗦𝗦‼️

"Mama, papah. [ Name ] takut..."

Nafas tersengal berat, tercekat diantara kerongkongan dengan seluruh tubuh yang bergetar hebat, sembari ludah ia telan kasar. Paru-paru tertahan menyesakan, seakan ruangan di dalamnya menyusut tanpa celah.

Seorang gadis terduduk menumpu kedua lututnya pada lantai, bersembunyi berharap manusia setara roh terkutuk diluar sana tak menemukannya. Lima belas tahun tahun hidup dalam keharmonisan keluarga, hingga sekelompok anggota klan penyihir gelap mendatangi dunianya, menghancurkan juga menyisakan trauma.

𝗕𝗿𝘂𝗴𝗵...

"[ Name ] putriku...jangan keluar..."

Ia merinding, banyak darah mengalir saat setengah tengkorak wanita berstatus ibunya remuk habis tak tersisa setelah bunyi tebasan senjata tajam. Terbaring tidak berdaya sembari memanggil putrinya parau, tersendat.

Tangis gadis tak terbendung, mengucur melewati pelupuk yang telah sembab. Ia menutup bibir merendamkan lengkingan, air wajahnya sungguh berantakan. "Mama?"

Berbisik walau tak mendapat jawaban. Sebelah netra ibunya membulat kosong dengan denyut nadi lemah, pun nafas yang perlahan terhenti membuat gadis itu tak mempercayai apa yang di lihatnya. "Mama? Bangunnnn..."

Ia merambat lantai, hendak menilik kondisi wanita yang tergeletak kaku disebelah meja tempatnya bersembunyi. Tak mengindahkan telapak tangan yang kini tenggelam beceknya genangan darah. "Mama, papa? Kenapa..."

"PUTRIKU TELAH MENINGGAL. JANGAN CARI DIA!"

Ia terhenyak akan teriakan memekik ayahnya, berteriak ganas pada setan yang mengobrak - abrik tempat bernaung hendak membantai seisi rumah.

"Papa?"

"Jangan berbohong, kau akan mati jika menyembunyikan putrimu. Kami di tugaskan untuk membunuh kalian semua!"

"Dia telah meninggal, putriku pergi satu tahun yang lalu. Percayalah..."

"Begitu? Sayang sekali"

𝗖𝗥𝗔𝗦𝗦𝗦𝗦𝗦‼️

𝗕𝗿𝘂𝗴𝗵...

Gadis menarik ribuan helai rambutnya kasar tatkala di kejutkan kembali dengan suara tebasan, mengoyak jantung pun menghilangkan kepala sang ayah buat dia ambruk tak sadarkan diri disebelah istrinya. Gadis bergetar takut, berkeringat dingin dengan deru nafas memburu, jantungnya berdentum sepuluh kali lipat yang mungkin melampaui kecepatan suara

"Kurasa dia benar, putrinya telah meninggal. Aku tak mendengar suara siapapun lagi, rumahnya hening."

"Baiklah tugas selesai. Segera menghadap tuan besar Zenin."

"Siapa suruh mencoba melaporkan kriminalitas Zenin pada pihak berwajib, sebenarnya aku malas menghabisi pengacara. Jika tidak bisa tutup mulut, maka bayarannya nyawa."

"Kau terlalu sadis, tuan pembunuh bertuah..."

"Bercermin tolong, bocah telat puber."

Sayangnya intuisi sensitif mereka amat peka. Keduanya menyipit sinis melirik sebuah meja di bawah kakinya. "Tunggu... ada seekor anak marmut bersembunyi. Hm~"

"Kau benar."

𝗱𝗲𝗴!!

𝐇 𝐄 𝐀 𝐕 𝐄 𝐍.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang