Matahari telah mengedar di angkasa dan pemandangan yang pertama kali dilihat oleh Matthias adalah Leslie yang tengah memetik bunga-bunga di taman sang ibu.
Wanita itu terlihat bak sebuah lukisan yang digambar tenang dan anggun. Terlalu tenang hingga tak berperilaku seperti biasanya jika tidak ada orang di sekitarnya.
Mungkin karena ada gadis bersurai emas yang mengikutinya hingga Leslie harus menjaga sikap selayaknya seorang lady yang memang dielu-elukan khalayak, tak seperti bocah kelebihan gula.
Matthias tak bermaksud menghentikan langkahnya. Pandangannya pun sudah kembali lurus dan tak lagi memperhatikan Leslie disana.
Sebab baginya, kemarin ia sudah cukup menggoda Leslie hingga berhasil membuat wanita itu murka dan undur diri dari jadwal melukisnya. Pun Matthias sudah merasa puas dengan hasil yang ia dapatkan.
"Selamat pagi, Matthias." Ucap Leslie hingga membuat Matthias menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya. Senyuman lembut dan hangat pun di pasang pada wajah wanita itu saat datang menghampirinya.
"Selamat pagi, Leslie." Jujur saja, Matthias sedikit terkejap saat ini. Sebab biasanya, Leslie bahkan tak repot-repot menyapanya dan memilih untuk pura-pura tak melihat saat berpapasan. Namun pagi ini, kenapa berbeda? Matthias seperti melihat Leslie yang lama.
"Aku memetik bunga ini untukmu. Apa kau mau menerimanya?" Leslie, dengan tutur kata lembutnya, ia menyerahkan setangkai mawar ungu yang paling besar kepada Matthias. Dan senyumannya pun belum sirna.
"...Terimakasih, Leslie." Lelaki itu menerima bunganya. Aneh. Entah akan ia letakkan dimana. Untuk sementara biar ia bawa saja, "Kau salah makan, ya?"
Setidaknya kalimat Matthias tak membuat Leslie mengurungkan senyuman ramahnya, "Tidak." Dan kali ini, wanita itu segera meraih lengan Matthias tanpa permisi, "Apa kau akan sarapan? Bagaimana kalau kita sama-sama ke ruang makan?"
Tidak ada yang lebih aneh daripada sikap Leslie saat ini. Kemarin Matthias jelas berhasil membuatnya kesal hingga harus pamit undur diri ditengah aktivitas melukisnya. Kemarin juga Matthias jelas mendapat tamparan penuh kebencian ketika menciumnya tanpa permisi. Lantas, mengapa Leslie justru semakin lengket kepadanya seperti ini? Apalagi yang dipikirkan seorang Leslie Goldwin?
Mulai dari sarapan hingga merampungkannya, mulai dari menghabiskan siang dengan mengunjungi Matthias di waktu luang hingga mengakhirinya, Leslie terus menampilkan senyum palsu yang tak seperti biasa.
Ia memang kerap kali memberikan senyuman palsu dihadapan Matthias, namun kali ini jelas dengan kepalsuan yang berberda. Leslie yang sekarang seperti kembali bak boneka. Seperti Leslie di masa lampau.
Plakk.
Sebuah pukulan kecil pada tangan Josephine yang baru saja hendak mengangkat teh milik Leslie yang mendingin pun membuat Matthias memperhatikannya. Sang gadis bersurai emas itu nampak lebih terkejut dari Matthias. Manalagi ketika Leslie menatapnya dengan pandangan dingin seraya berkata, "Kau, pergilah dari sini dan tinggalkan kami berdua. Aku sudah cukup muak denganmu."
Ucapan itu sangat mengejutkan untuk Matthias dan Josephine yang ada disana. Buttler pria yang siap bertugas di samping meja teh pun hanya bisa menundukkan kepala seakan telah melihat hal yang seharusnya tak ia saksikan.
"M-maafkan saya, Nona." Ucap Josephine dengan suaranya yang bergetar.
"Aku memang memintamu untuk menemaniku. Tapi tidak di setiap waktu apalagi jika aku sedang bersama dengan Matthias. Aku tidak suka melihat wanita yang lebih cantik dariku berkeliaran di depan calon suamiku. Apa kau sengaja ingin menggodanya?" Kalimat itu keluar bagai semburan air panas yang menampar Josephine langsung ke wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Run The Spin Off
Fanfiction"Orang ketiga. Adalah karakter dari seorang Leslie Goldwin. Tidak, ia tak terlahir sebagai orang jahat. Ia hanyalah wanita yang dipaksa menikah dengan seorang Pangeran untuk meningkatkan kasta keluarganya yang ambisius. Sayangnya, sampai kapanpun Le...