-12-

747 154 58
                                    

Leslie mengintip pemandangan yang terhampar di hadapannya dengan teropong perak yang ia pinjam dari Inez.

Surai cokelatnya yang diikat tinggi pun berkibar mengikuti arah angin serta merta buaian mereka pada dahan di sekelilingnya.

Blazer tipis serta flare skirt panjang berwarna sama dengan dahan yang ia duduki pun seakan menyempurnakan kamuflasenya saat ini.

Ya. Leslie, wanita itu tengah bertengger pada dahan kokoh salah satu pohon Beech setinggi tiga meter dan bersembunyi di balik dahan lebatnya untuk memantau pertemuan pertama para tokoh utama.

Bagaimanapun, ia penasaran dengan kejadian yang akan segera terjadi. Dan lagi, ia harus melihat wajah Matthias yang biasanya selalu datar tak berekspresi berubah saat tersihir kecantikan Josephine.

Maka dari itu, Leslie sedia memanjat pohon Beech di tengah hutan sejak pukul sebelas hingga kini terpantau pukul dua lebih sedikit di siang hari hanya untuk menyaksikan prolog cerita dari novel berjudul Wildflower itu berjalan di depan matanya.

Sekali lagi, ia menghela nafas sembari memakan buah apel keempat yang tadi dimasukkannya ke dalam tas selempang sebagai bekal menunggu.

"Lama sekali. Mereka ini bertemu jam berapa, sih?" Decak Leslie dengan tak sabar. Jujur saja, ia tak tahu waktu pasti Matthias dan Josephine bertemu.

Yang diingatnya dari detail novel itu hanyalah seputar penjelasan jika Matthias baru saja rampung dalam jadwal berburunya dan tak sengaja bertemu Josephine di perjalanan pulang.

"Duh, bisa-bisa aku tua di atas pohon. Bagaimana jika Ratu mencariku?"

Bertepatan dengan bosan dan keluhnya, Leslie melihat seseorang tengah berjalan di kejauhan. Semakin lama sosoknya semakin tertangkap mata. Surai keemasannya berkibar indah bak selendang sutera.

Leslie tertegun. Ia bahkan sempat menganga dengan apa yang ditangkap oleh retinanya.

Josephine. Ia jelas Josephine.

Wanita itu berjalan dengan wajah sayu dan tenang. Tubuhnya mungil, kurus namun lekuknya jelas membingkai sempurna dalam pakaian yang sedikit lusuh. Meski demikian, kecantikannya benar-benar memancar bahkan dari kejauhan. Semakin ia mendekat, semakin Leslie menganga.

Bagaimana bisa ada manusia seperti ini?

Kecantikannya sungguh luar biasa. Surainya nampak seperti senar emas yang sempurna membingkai wajah jelitanya seakan menekankan bahwa ialah sang pemeran utama.

Bersamaan dengan langkah Josephine serta terkesimanya Leslie, suara tapak kuda terdengar dari kejauhan pula. Telinga Leslie bekerja lebih awas dan tubuhnya pun lebih dilekatkan pada pohon yang ia peluk sebagai pegangan.

Leslie menoleh, memantau sosok yang baru datang dari arah belakang dengan seksama. Matthias. Itu benar dirinya.

Entah mengapa, Leslie sangat berdebar seakan turut tenggelam dalam alur kritikal ini.

Semakin dekat Matthias dengan Josephine, semakin bergemuruh jentung Leslie. Tangannya berkeringat, teropongnya semakin diangkat. Ia bahkan menggeser duduknya untuk menonton lebih nyaman.

Matthias menangkap sosok Josephine disana. Namun tidak sebaliknya. Wanita itu sibuk memegangi surainya yang dimainkan oleh angin menyapa.

Kini sosok Matthias dan Josephine berjarak tak kurang dari dua meter. Dan seperti tempat VIP yang dipilih dengan sempurna, pohon tempat Leslie memantau pun berada tepat di tengah keduanya.

Lihat. Lihat. Lihatlah wajah terkejutnya itu. HAHAHA. Sebentar lagi kau akan berubah menjadi lelaki bodoh yang isi kepalanya hanya berisikan Josephine, Matthias.

I Run The Spin OffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang