chapter 4 again

102 24 18
                                    

Usai pelukan itu seok jin menyuapi hoseok makin, adiknya begitu lahap ketika dia menyuapi nya nasi putih.

"Sangat enak! Masakan ibu yang terbaik." Hoseok memberikan dua jempol pada seok jin.

"Hyung juga pernah memasak loh jadi, enakan masakan ibu atau hyung?" Seok jin bertanya.

"Hum, masakan ibu." Hoseok menahan tawanya.

Wajah seok jin berubah dingin dan keliatan kesal, pasti hyung nya merajuk setelah mendengar itu.

"Baiklah aku tak akan masak lagi." Seok jin jadi malas menyuapi hoseok.

"Ih suapi aku lagi!" Hoseok memajukan bibirnya memohon.

Pria itu masih kesal dan hanya diam tanpa menjawab.

"Hahaha, iya baiklah masakan hyung paling terbaik! Aku suka masakan hyung, ibu dan ayah. Karena aku tidak bisa memasak hehe..." Cengir nya.

"Makanya kau harus belajar." Mengusap rambut hoseok gemas.

"Iya juga ya, nanti saat aku kuliah masa aku tidak bisa masak." Hoseok berpikir keras.

"Tidak usah, biar hyung saja yang masak kau cukup kuliah dengan benar." Seok jin tak mau hoseok menghancurkan dapur.

"Loh kenapa? Hyung kan pasti sudah menikah setelah aku kuliah, iyakan?"

Mata mereka kembali bertemu pikiran seok jin melayang saat hoseok mengatakan itu.

Menikah ya, padahal dia tidak pernah terpikirkan untuk menikah. Menjaga hoseok selamanya juga seok jin siap asal jangan menikah, dia tak mau adiknya di urus orang lain.

"Kenapa hyung?" Hoseok mengerutkan keningnya.

"Tidak." Klak! Pintu terbuka saat seok jin menyuapi hoseok sayur.

"Halo anak manis!!" Teriak yeri membuka pintu dengan membawa kotak.

"Yeri nuna!!" Hoseok kaget dan berlari cepat memeluk yeri erat.

"Aw. Wow, sepertinya kau tidak sakit ya? Haha bersemangat sekali, terima kasih sambutan nya." Malu yeri mengusap punggung hoseok.

"Aku senang nuna kemari! Nuna datang sendiri?" Hoseok menatap gadis cantik itu.

"Aku juga senang karena bisa melihat wajah mu itu, sini ku periksa mana yang sakit?" Yeri meraih wajah hoseok.

Mengecek satu persatu dari atas hingga bawa, bahkan membuka baju hoseok untuk melihat perut hoseok.

"Ya! Jangan membuka bajunya." Tatapan seok jin menajam.

"Pinjam sebentar." Senyum yeri.

"Aku tidak sakit lagi nuna, besok aku bisa sekolah." Sahut hoseok dengan riang.

"Tidak. Kau harus tetap di rumah!" Seok jin berucap dengan galak.

Yeri menggeleng karena tingkah seok jin yang begitu posesif, padahal hoseok memang sudah tidak apa-apa.

"Jangan dengarkan hyung mu, dia ingin kau bolos sekolah agar bisa menemaninya di rumah." Bisik yeri.

Hoseok menatap gadis itu dengan polosnya.

"Benarkah nuna?" Kaget hoseok melirik seok jin.

Yang di lirik pun penasaran apa yang yeri bisikan, sehingga wajah hoseok berubah galak.

"Iya." Ucap nya menahan tawa.

Hoseok mendekati seok jin dan berdiri di hadapan nya.

"Hyung tidak mau aku pintar kan? Pasti hyung tak suka aku masuk universitas seperti mu? Aku marah huh!" Hoseok melipatkan tangan nya dengan bibir maju.

My brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang