8. Kavin Pilih Kasih!

28 3 0
                                    

Halooo guyssss🌸🌸🌸

Anak-anaknya bunda lagi ngapain nieh?🥰

Komen emot peluk yang banyak dong ayangg🫂☺️🤍

Maaciiii🤍

Okelah, selamat membaca 🥰🤍

ΩΩΩΩ


Pagi hari yang cerah pun tiba. Di rumah kediaman Devon, terlihat semua orang sudah duduk di meja makan, bersiap untuk makan. Kecuali, Kavin. Cowok itu masih belum turun juga.

"Pa, Bima udah laper. Kita sarapan duluan aja, ya? Lagian Kavin juga belum turun, kayaknya masih tidur dia." Ujar Bima membuka percakapan.

Dewi, selaku mama Bima itu memegang tangan Devon yang berada di atas meja dengan lembut. "Iya mas, kasian Bima. Dia udah laper. Kita sarapan duluan aja, ya? Kavin 'kan bisa nyusul," papar Dewi menatap Devon dengan wajah melas.

Devon menatap Dewi dan Bima bergantian, seperti nya mereka memang sudah lapar. Lebih baik, mereka makan duluan saja. Toh, nanti Kavin juga bisa menyusul. Lantas, pria itu mengangguk setuju, "ya sudah, kita sarapan duluan saja."

Mendengar ucapan Devon, kedua benalu itu tersenyum senang. Apalagi dalam hati mereka, mereka tersenyum puas, karena Devon berhasil di pengaruhi.

Tak menunggu lagi, mereka segera menyiuk nasi serta lauk pauknya, agar mereka bisa segera makan. Dewi sendiri menyiapkan makanan untuk Devon, lalu untuknya.

Di lantai dua, Kavin melihat keluarga baru papanya tengah asik sarapan pagi. Hati Kavin sakit, melihatnya. Hatinya seperti di hantam oleh batu besar dengan keras, hingga membuatnya sakit dan sesak. Hati Kavin benar-benar rapuh. Dia juga benci dengan hatinya yang rapuh dan lemah. Tapi, dia juga tidak bisa apa-apa.

Mata Kavin mulai memanas, dia mencoba menahan air matanya agar tak menetes. Tidak mungkin dia menangis di hadapan mereka semua? Kavin tidak mau dianggap lemah oleh keluarganya. Apalagi, keluarga yang selalu menginjak-injak hatinya.

Kavin menelan ludahnya, menutup matanya sebentar. Lalu, menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Itu semua Kavin lakukan untuk menguatkan dirinya sendiri.

Kavin mencoba untuk tidak peduli, toh ini sudah terbiasa sejak beberapa tahun yang lalu. Sejak Bima dan Dewi datang ke rumahnya.

"Family fake." Guman Kavin berdecih.

Kavin berjalan menuruni tangga. Dia mau langsung berangkat sekolah saja. Rasa laparnya tiba-tiba hilang saat melihat keluarga sok romantis itu. Dia berjalan, tanpa memperdulikan teriakan papanya yang memanggilnya.

ΩΩΩ

"Lama-lama, gue jadi dokter gara-gara lo, Vin!" Ucap Syakilla diiringi kekehan ringan di akhir kalimatnya.

Cewek itu sedang mengobati luka di wajah Kavin. Lantaran habis di pukul oleh Bima, entah apa permasalahan nya. Syakilla tidak tahu. Hanya mereka berdua yang tau. Syakilla juga tidak berhak ikut campur.

"Dokter cuma buat gue." Balas Kavin datar.

"Kenapa cuma buat lo?"

Kavin terdiam, tidak menjawab pertanyaan Syakilla. Entah kenapa, dirinya juga malah mengatakan hal tersebut. Hal yang begitu ambigu dan sulit untuk Killa mengerti.

"Kenapa diem?" Tanya Syakilla menghentikan aktivitasnya, beralih menatap Kavin yang melamun.

Lalu..

"Ashhh," desis Kavin sedikit meringis. Kala lukanya dengan sengaja di tekan oleh Syakilla. Cowok itu akhirnya tersadar juga!

Peluk untuk KavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang