15. Nyerah, boleh?

18 1 1
                                    

Halooo guyssss🌸🌸🌸

Emot peluk sama love putih dongg🫂🤍
Terimakasih semuaa🤍🤍🤍

Okelah, selamat membaca🥰🤍...



ΩΩΩΩ



"Badan boleh lelah, mata boleh basah, tapi jangan pernah menyerah."


"Pokoknya kamu jangan khawatir, papa pasti akan bantuin kamu buat nyari anak itu!" Cetus Devon dengan yakin.

Devon masih kesal dengan cerita bima tadi. Dia memang tidak tahu, siapa anak itu. Tapi, Devon tidak peduli dan akan terus mencari keberadaan anak itu.

Pandangan Devon tak sengaja melihat Kavin yang baru saja pulang. "Kavin!" Panggilnya.

Kavin menghentikan langkahnya, tanpa menoleh sedikitpun ke arah papanya. Hal itu, membuat Devon sedikit kesal. "Kenapa, kamu hanya diam? Sini!" Sentaknya. Kavin pun hanya menurut.

"Kebetulan, kamu sudah pulang. Saya, ada tugas buat kamu. Saya mau, kamu cari orang yang udah nipu Bima, namanya Erul. Kamu harus cari orang itu sampai ketemu, terus bawa ke hadapan saya!" Kata Devon memberi tugas pada Kavin dengan tegas.

"Kenapa, Kavin?" Beo Kavin dengan alis yang mengerut.

"Karena, kamu anak saya, dan sudah seharusnya, kamu sebagai anak menurut pada orangtua yang sudah membesarkan kamu. Paham, kamu?" Tutur Devon, membuat Kavin berdecih pelan, hampir tertawa.

"Sejak kapan, papa anggep Kavin anak?"

Pertanyaan Kavin sontak membuat Devon marah. "Maksud kamu?!" Bentak Devon langsung bangun dari duduknya.

"Emang itu 'kan, kenyataannya? Selama ini, papa gak pernah nganggep Kavin anak, atau mungkin, selama ini papa gak pernah nganggep Kavin ada."

"Berani sekali kamu berbicara seperti itu pada saya?!"

Kavin hendak pergi, karena malas mendengar semua bentakan dari papanya. Namun, Devon justru menahan tangannya dan...

Plak!

Dengan gerakan cepat, Devon menampar pipinya di hadapan Bima. Hal itu membuat Kavin sedikit cengo. Meski ini bukan kali pertama papanya menamparnya, namun tetap saja, dia merasa terkejut.

"Itu hukuman buat kamu, karena kamu sudah berani melawan saya!" Balas Devon melangkah pergi.

"Makanya, jangan suka bikin papa marah!" Desis Bima tersenyum Devils.

ΩΩΩ

Kavin mendudukkan tubuhnya di balik pintu. Air matanya lolos begitu saja dari pelupuk matanya. Hatinya begitu sakit, bahkan selalu sakit tanpa henti.

Kavin lelah, kenapa papanya selalu menghukum dirinya? Kenapa, hanya dirinya yang di hukum saat melakukan kesalahan? Kenapa, papanya tidak pernah peduli padanya? Tidak ada rasa sayang sedikitpun 'kah papanya, padanya?

Jujur, dari hati kecil Kavin yang paling dalam. Dia merasa kecewa dengan papanya. Papanya selalu saja seperti ini. Kasar.

Kavin menangis terisak, dengan tangan yang terus menghapus air mata, yang tak kunjung berhenti, sambil sesekali terus memukuli kepalanya. Untuk menyalurkan semua emosinya.

"Gue capek, gue pengen nyerah." Seloroh Kavin sudah pasrah.

Tak berselang lama, dia melihat Syakilla yang duduk di hadapannya. Menatapnya dengan lembut, lalu berujar, "jangan nyerah Vin, ini belum saatnya lo nyerah. Terus berjuang, Vin, sampai dunia berakhir." Tutur Syakilla sambil mengelus pipi Kavin dengan lembut. Cowok itu hanya memandang Syakilla dengan sendu dan air mata yang terus menetes.

Peluk untuk KavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang