17. Sakit

11 1 0
                                    


Halooo guyssss🌸🌸🌸

Hari ini up pagi-pagi, siapa tau ada rezeki di pagi hari, yakan?🤗

Cung yang udah sarapan?? Sarapan sama apa? Yang belum sarapan, sarapan dulu yaa🥰

@m_ilikuu

Okelah, selamat membaca🥰🤍..



ΩΩΩΩ




Seorang wanita paruh baya duduk di sebuah kursi di dekat brangkar. Dengan seorang anak remaja laki-laki yang terbaring di brangkar tersebut.

Dia Kavin, dan bi Ijah.

Setelah mengadukan tentang keadaan Kavin kepada Devon dan Dewi, namun tidak di idahkan oleh keduanya. Bi Ijah kembali ke kamar Kavin, untuk kembali mengecek keadaannya.

Saat merasakan suhu tubuh Kavin semakin panas. Bi Ijah memutuskan untuk meminta bantuan pada mang Jajang, karena kebetulan mang Jajang juga menginap di sana. Jadi, bisa mengantar mereka untuk ke rumah sakit. Dan berakhirlah Kavin dirawat dengan bi Ijah yang setia menemani. Sementara mang Jajang, sedang ke kantin rumah sakit untuk ngopi.

Bi Ijah menatap wajah Kavin yang memucat pasi dengan kedua mata yang setia menutup. Wanita itu sedih melihat keadaan Kavin seperti ini. Dia ikut sakit melihat Kavin sakit. Sementara kedua orangtuanya, justru terlihat biasa saja dan bahkan tidak peduli sedikitpun.

Tangan wanita itu terulur untuk memegang tangan Kavin. Menggenggam tangan itu, sambil sesekali mengelusnya dengan ibu jarinya. Lalu berucap "den Kavin, kapan sadarnya?" Gumamnya berharap Kavin cepat sadar.

Tak lama, suara dering ponselnya berbunyi—menandakan ada seseorang yang menelponnya. Bi Ijah melepaskan genggamannya, dan merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih disana.

"Non Killa," gumamnya, lalu menyeka air matanya yang entah sejak kapan sudah jatuh dari pelupuk matanya.

Bi Ijah lantas menekan tombol hijau, lalu mendekatkan benda pipih itu ke daun telinganya. "Halo, non?"

"Halo, bi. Maaf Killa ganggu nih.. Killa cuma mau tanya, Kavin nya kemana ya? Bi Ijah tau gak?" Tanya Syakilla di sebrang sana, sedikit tidak enak.

Bi Ijah terdiam, dengan pandangan yang mengalih pada Kavin yang tengah berbaring tak sadarkan diri di depannya.

"Bi?" Sahut Syakilla, saat tidak mendapat jawaban dari bi Ijah.

Bi Ijah tersadar dari lamunannya. Dia lantas menjawab "iya non, den Kavin.. den Kavin di rawat di rumah sakit, non." Beritahu bi Ijah akhirnya.

Mendengar itu, di sebrang sana—Syakilla terkejut bukan main. Sanking terkejutnya, dia sampai terbangun dari tengkurepnya. "A-apa, b-bi? D-di rumah sakit? K-kok bisa?" Tanya Syakilla mendadak gagap. Hati cewek itu semakin gelisah tak karuan.

Bi Ijah mengangguk, "iya non. Den Kavin demam tinggi, jadi bibi bawa dia ke rumah sakit. Bibi, gak tega liat den Kavin sakit seperti ini, non.." ucap bi Ijah menangis sendu. Dia berusaha untuk menahan tangisnya, agar Kavin tak terbangun karena suara tangisannya.

"S-sejak kapan, Kavin demam bi?"

"Sejak sore tadi, non."

Deg

Eskpresi wajah Syakilla sudah tidak dapat di gambarkan lagi. Pandangan cewek itu menatap lurus dengan tatapan kosongnya. Apa kata bi Ijah tadi? Sore? Berarti Kavin demam, setelah mengantarkan dirinya pulang dan karena kehujanan tadi juga pastinya cowok itu demam.

Peluk untuk KavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang