Bab 7. Orang Baru

54 7 5
                                    

"Naik."

Bima yang sedang makan siomay sambil duduk di pos ojek mendongak. Kunyahannya seketika berhenti ketika dia melihat seorang cowok ganteng berperawakan gagah di depannya. Siapa lagi kalau bukan mas-mas tetangga.

"Mas Abim kok disini?" Tanya Bima, retoris, bodoh kalau kata Abim.

"Naik, Bim."

"Mbak Disya mana?" Tanya Bima lagi sambil celingukan mencari sosok gadis cantik yang sempat memberinya pesangon beberapa menit yang lalu.

"Aku nggak akan maksa kamu naik motorku kalau kamu mau naik taksi, tapi kamu ngapain di tempat ojek gini? Cepet naik."

"Aku bakal naik taksi kok, Mas."

"Jangan bohong, pulang aja sama aku."

"Tapi aku udah nerima uang."

"Udah aku balikin."

"Eh?"

"Ayo pulang."

Bima tidak bodoh, sedikit lemot iya, tapi dia tidak bodoh. Dia tau Abim marah hanya dari nada suaranya. Meski ekspresi Abim datar tapi suaranya terdengar tidak demikian.

"Aku naik taksi aja, Mas."

Bima menghindar. Jelas. Abim kalau sedang marah seringkali judes. Bukan merepet juga sih, hanya saja Abim akan mendiamkan Bima sepanjang perjalanan.

Abim menghela nafas. Cowok ganteng itu turun dari motornya kemudian dalam diam duduk di samping Bima sambil memainkan handphonenya. Bima tetap anteng dan buru-buru menghabiskan siomaynya agar dia bisa segera bebas dari Abim. Perkara gagal untung sudah dilupakannya, yang penting dia harus mencari taksi dan pulang secepatnya.

Tin tin

"Mas Abimanyu?"

Suara seorang lelaki terdengar menyusul suara klakson kendaraan. Seorang lelaki paruh baya terlihat duduk di balik kemudi sembari menatap ke arah Abim dan Bima dari dalam mobilnya. Abim mengangguk, menarik tangan Bima agar berdiri sebelum kemudian menuntun anak SMA itu hingga masuk ke dalam mobil.

"Pesan saya jangan lupa ya, Pak," ucap Abim yang kemudian segera pergi menaiki motornya setelah mendapat anggukan dari sopir taksi online.

Bima dengan siomay yang belum habis hanya bisa melongo. Kejadiannya begitu cepat sampai dia tidak bisa mencerna keadaan.

"Saya diculik, Pak?"

Celetukan Bima membuat sopir yang membawanya terkekeh pelan. Jadi ini maksud dari pesan yang diberikan Abim di aplikasi. "Agak nggak waras, diemin aja kalau banyak nanya," pesan Abim. Di sisa perjalanan Bima anteng dengan pemikiran bahwa dia sedang diculik. Dia tidak heboh, tidak melawan dan berteriak ke orang-orang untuk menyelamatkannya, Bima hanya mengirimin sebuah surat sakti ke Abim lewat handphonenya. Sebuah surat wasiat yang akan membuat Abim terpingkal ketika membacanya.











"Nggak berhasil, La."

Disya merengut dengan handphone mahal miliknya yang diletakkan di samping telinga. Kekehan terdengar dari speaker ponsel itu disambung ucapan seorang perempuan.

"Kayaknya emang dia nggak tertarik sama kamu deh, Sya."

"Kamu jangan matahin harapanku gitu dong, La."

"Ya gimana, dia aja nolak nganter kamu demi seorang cowok SMA tetangganya. Eh tunggu dulu, jangan-jangan dia homo."

"Ah ngaco kamu, Abim punya mantan cewek kok."

"Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin, Sya. Hari ini A, bisa aja besok jadi B, nggak ada hal yang bisa kita tebak."

"Nggak ah, aku nolak opini kamu yang itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABIMANYU [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang