Racun

21 4 1
                                    

Riku termenung di ranjangnya, pandangan nya masih menatap bunga sakura di luar jendela, sejak 30 menit yang lalu. Mitsuki ada di samping nya, tak bosan mengajak nya bicara, ya walaupun sepertinya ia lebih asik dengan lamunannya itu.

“ apa yang kau fikiran Riku?” terlihat jelas raut gelisah milik surai merah tsb, entah apa yang mengganggu pikiran nya saat ini .

“ Mitsuki, apa menurutmu aku ini lemah?” Riku tak memberi jawaban terhadap pertanyaan Mitsuki, ia justru melemparkan pertanyaan lain padanya, dengan pandangan yang belum beralih.

“ kenapa otak mu itu? , mengapa hanya ada hal negatif di dalamnya?”

“ aku merasa, yg dikatakan Tenn-nii tempo hari, semuanya benar, ia tidak salah seutuhnya.” pandangan Riku mulai turun, menatap punggung tangan nya yg masih tertusuk jarum infus.

“ apa kau bodoh?, bukankah kujou sudah meminta maaf ? , kau sendiri yang bilang tak butuh penjelasan dari nya bukan?” Mitsuki mencoba mengusir fikiran buruk si surai merah ini, jika tidak, kondisi nya akan memburuk.

“ ah .. hahaha .. aku , merasa bersalah pada Tenn-nii ”

“ andai saja aku tidak lemah, Tenn-nii pasti tidak akan kerepotan, aku ingin lebih kuat lagi Mitsuki. ” ujarnya dengan penuh tekad dan keberanian.

Manik matanya menyala penuh semangat, menatap manik orange milik Mitsuki yg juga ikut berbinar karenanya. Mitsuki tertawa renyah, kemudian mengacak pucuk kepala pria dihadapannya itu.

“ yosh ... Saat sembuh nanti, aku akan merasakan makanan kesukaan mu, akan ku pastikan kau makan banyak.” seru nya dengan semangat.

“ Mou .. aku tidak mau gendut Mitsuki.. hahaha”

“ badan mu yg kurus ini, mana mungkin bisa membesar hanya karena masakanku, ku pastikan akan mengurangi gula pada setiap makanan yang ku buat .” Mitsuki memicingkan matanya, menggoda Riku yg nampak terkejut dengan pernyataan nya itu.

“ eeehhhh ... Tidak .. omurice paling enak jika manis.”

“ hahaha, kau yang mulai riku.”

Ruangan tsb kembali hangat, canda tawa mulai menghiasi udara pada ruangan serba putih itu, cairan infus yg digantung dan diganti setiap habis sudah menjadi hal yang tak asing lagi bagi Riku.

Pemeriksaan dokter juga lebih ketat dari biasanya, alih-alih memeriksa, beberapa perawat justru menemui nya hanya untuk berfoto bersama atau sekedar berjabat tangan, Riku yg notabenenya adalah manusia polos, ia hanya kegirangan setiap ada perawat yg datang untuk berbincang dengan nya, menunggu temannya dan Tenn datang cukup membosankan, jika bukan karena para perawat yg menghibur nya, ia pasti sudah kabur jauh-jauh hari.

  Ini sudah hari ke 3 Riku dirawat, dokter masih belum mengizinkan nya pulang, ia bilang bahwa tubuh Riku masih butuh perawatan intensif, entahlah apa benar begitu, atau hanya untuk menguras dompet Riku saja.

  Tapi yang jelas, Riku sudah sehat, walaupun tubuhnya mungkin masih lemas jika diajak menari.

  Siang ini Tenn pulang lebih awal, ia bersama ke dua rekannya tiba di rumah sakit bersamaan, mereka hendak menjenguk Riku, pasalnya sejak kejadian Ryuu dan Gaku tak punya kesempatan untuk menjenguk Riku.

  Tenn membuka pintu ruangan tsb, menyaksikan Riku yg tengah berbincang dengan perawat yg sedang mengganti botol infus nya.

“ Tenn-nii... Tadaima....” sambut Riku girang, mengalihkan pandangan nya pada kakak kembarnya itu.

“ okairi Riku .. ” Tenn mendekat dibunuti oleh ke dua rekannya.

“ woaah.. tsunashi San dan yaotome San juga datang.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 13 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twins Trouble 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang