Bab 18

2 1 0
                                    

18. Saat itu iana memakai abaya hitam serta niqab nya, mereka berangkat bersama. Menggunakan mobil pribadi nya Akbar

"Mau basreng " ucap nya, melihat baso goreng dipinggir jalan

"Gak higenis!" Tegas Akbar, tak mau menuruti perkataan iana

"Ya sudah, anak mu ileran aku tak peduli. Lagian kamu sendiri yang jahat" ujar iana, dengan tatapan berkaca-kaca

Disana Akbar menghela nafasnya, ia putar balik membeli baso goreng itu. Yang seharga 20 ribu sajh

Iana memakan nya disepanjang jalan, karena Akbar sendiri tak menyukai basreng. Jadinya dengan senang hati ia habisi

"Emang ada acara apah?" Tanya Akbar, penasaran

"Acara nikahan, aku juga mau ke reunian anak-anak disekolah SD dulu" jawab iana, baru jujur. Karena sedari kemaren ia hanya menjawab acara penting

"Reunian dengan lelaki atau perempuan?" Tanya Akbar, wajh nya memerah padam

"Campur, mau ikut? Boleh kok pada bawa pasangan ini" jawab iana, dengan tangan Akbar sebelah

"Emangnya kamu tidak risih?" Tanya Akbar, lagi

"Enggak, lagian kamu gak jelek ini" celetuk nya, menjawab sesuai isi hatinya

"Jadi ceritanya kalau semisalnya saya jelek, kamu gak mau ajak saya hah?" Tanya Akbar, geram dengan penuturan iana

"Enggak yah!, a-aku gak Mandang fisik ini cuma Mandang dia bisa gak yah Bimbing aku ke jalan yang benar" Elak nya, dengan mata menyipit

"Kalau jodoh mu si Yudha itu mau kamu hah?" Tanya Akbar, ia menatap fokus ke depan

"Mau lah!" Jawab nya, bersemangat

"Dia orang Desa pun, lebih tampan saya juga" ucap Akbar, cemburu

"Tapi kan cinta tak memandang apah pun, cukup aku mencintai nya sajh. Dan dia pun Sholeh " tegas iana, dengan tersenyum manis

"Jadi ceritanya kamu mau nya sama Yudha?" Tanya Akbar, kesal

"Enggak, karena saya sudah memiliki suami yang baik. Apalagi baca Al-Qur'an nya lancar banget, kapan mau ajarin aku lagi nih?" Tanya iana, ia rindu saat Akbar mengajari nya kitab suci agama nya

Disana wajh Akbar memerah semu, ia jarang mendapat perhatian dari iana. Meskipun bagi iana sudah melakukan sebisanya

Sebenernya iana sering memuji Akbar tentang hal lain, tapi terkadang pujiannya tulus dan tidak tulus. Sesuai mood dan kondisinya sajh

my wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang