Jeno itu lisannya manis sekali. Manis sekali kalau puja Jaemin dari malam sampai pagi. Lisan lelaki Lee sepandai itu untuk beri puji sampai Jaemin mau lagi. Dia nggak mau lelakinya berhenti.
Dipuja dari kepala sampai kaki buat Jaemin besar hati. "Sayang." Pipi Jaemin merona waktu Jeno kecup dahinya.
"Malu."
Kekehan Jeno mengudara begitu Jaemin berkata demikian. Wajahnya maju untuk beri kecup di wajah Jaemin yang merona sebab peluh.
"Malu kenapa sayang?" Jemari Jaemin yang tutupi wajahnya disingkirkan oleh Jeno. Obsidian keduanya bertemu dalam tatap candu. Dilihat dari dekat rasanya Jeno makin sekarat sebab rupa Jaemin yang ayu dan begitu sayu bebas ia tatap tanpa halangan apa-apa.
"Malu aja." Begitu alibi Jaemin. Punggungnya melengkung seiring cubitan lelaki Lee pada puting susunya. Dari satin merahnya yang terbuka bagian dada, puting itu memerah bak cherry yang akan Jeno habisi sampai esok hari.
Lelaki Lee lantas menumpu tubuhnya dengan dua tangan. Matanya tajam dan awas soroti kekasihnya dari kepala sampai kaki. Kekasihnya tak gunakan celana, pun dalaman juga tak ada. Kakinya tergolek pasrah diatas ranjang beralaskan seprei yang kusut disana-sini. Si manis hanya gunakan sehelai kain berwarna merah berbahan satin yang buat kulitnya makin cantik.
Jaemin dalam balutan satin adalah bentuk lemah lelaki Lee.
"Cantiknya aku." Lelaki Lee menunduk untuk pagut bibir merona bak delima milik kekasihnya. Dikecup sekali, dikecup berkali-kali sampai saliva sanggup mereka bagi.
"Jeno..." panggil nama kekasihnya bak mantra. Jaemin sebut Jeno berkali-kali sebab ia dipuji sampai rasanya mau mati. Jaemin gila sekali sebab Jeno mencintainya malam ini tanpa tapi.
Tulang selangkanya dibubuhi kecup, pun bekas ciuman kekasihnya di sana-sini. Puting susunya dijilat sambil lalu. Dan Jaemin makin malu begitu selangkangannya dikecup Jeno sampai badannya menggelinjang keenakan.
"Kamu wangi banget." Jeno kecup paha kekasihnya. "Mau aku cium terus jadinya." Kecupan itu berlalu sampai kaki si manis Na.
Badan Jaemin lemas rasanya, kakinya kayak jelly padahal Jaemin cuma terima enaknya. Jeno meraih badan kekasihnya untuk duduk diatas pangkuannya. Posisi yang demikian buat Jaemin jadi lebih tinggi dari kekasihnya.
Gila,
Jeno gila rasanya.
Kemeja itu turun lewati bahu. Kepala Jeno lantas maju untuk beri kecup disana tanpa malu-malu. Bubuhi kecup untuk merayu sampai desahan Jaemin mendayu penuhi rungu. Jaemin bak orang dungu, isi kepalanya tak ada sisa sebab Jeno jilati badannya sembari gerakan pinggulnya.
Malu, Jaemin malu tapi dia mau.
Malu, Jaemin malu tapi penisnya dirayu.
Cengkraman Jaemin lekat di bahu kekasihnya saat pinggulnya digerakan serampangan. Selangkangan mereka beradu dalam satu irama yang ujungnya jelas kemana. Kepala Jaemin mendongak sebab nikmat tepat di atas kepala. Kepala atasnya melompong dan kepala bawahnya bak minta tolong.
"Jeno--aah--Jen--" keringat buat satin Jaemin makin lekat di kulitnya yang sedikit pucat. Nampak pucat sebab Jaemin memang aslinya seputih itu, kulitnya sangat cantik dan Jeno yakin kekasihnya bahkan cantiknya kalahkan boneka.
Bibir Jaemin tak sanggup menutup sebab nafsu diujung tanduk, nafsunya dipermainkan sebab Jeno tiba-tiba hentikan gerakan. Gamau, Jaemin gamau. Jaemin maunya sampai lepas, Jaemin belum puas.
"Pinternya." Dipuji Jeno menyenangkan sekali. Jaemin gerakan pinggulnya berkali-kali sampai putihnya kotori satinnya. Putihnya kotori satin merahnya. Salivanya lolos dari bilah bibirnya, dan Jeno jadi gila sebab kekasihnya nikmat sekali bahkan tanpa Jeno masuki.
Kepala Jaemin menumpu di bahu Jeno. Dadanya naik turun stabilkan nafasnya yang menderu sebab pelepasannya begitu syahdu.
"Cantikku pinter ya." Pun pipinya makin merona sebab Jeno tak henti memujinya.
Sudah dibilang kaki Jaemin bak jelly. Hanya saja Jeno pilih tak perduli. Digiringnya badan Jaemin untuk berdiri di depan kaca full body di dalam kamar mereka. Peluk tubuh kekasihnya dari belakang supaya Jaemin tak tumbang.
"Liat kaca sayang."
Bulu mata Jaemin yang lentik nampak makin cantik saat berkedip. Tatap rupa sendiri di depan cermin rasanya tak pernah sememalukan ini.
"Aku harap kamu bisa liat gimana cantiknya kamu dari mata aku. Kamu harus tau kalau kamu itu ciptaan Tuhan yang paling indah rupanya paling indah parasnya. Kamu cantik banget sayang, cantik. Cantiknya aku."
Bahu Jaemin dikecup lama. Jangan tanya siapa yang gila sebab isi kepala sudah hilang entah kemana. Jaemin tatap Jeno lewat cermin depan mereka. "Aku cantik?"
"Cantik, cantik banget."
"Iya?"
Maaf kalau Jaemin halus validasi.
"Iya Princess, cantik. Cantiknya Jeno."
Satin merah itu memang kelemahan lelaki Lee. Elok si kekasih hati buat Jeno berbangga diri sebab Jaemin ini miliknya, Jaemin kekasihnya. Melihat presensi Jaemin lewat cermin harusnya buat Jeno sujud syukur karena jelitanya si kekasih dalam balutan satin hanya untuknya.
"Princess belum pipis kan?"
Pendar netra bak rusa tatap Jeno dengan sayu. Kepalanya mengangguk malu-malu, dia mau.
Lantas Jaemin jadi yang paling ayu malam ini. Ia dibuat pipis di depan cermin oleh kekasihnya. Dibuat pipis karena Jeno kocok penisnya seolah tak ada esok hari. Jeno gauli Jaemin sampai satin merahnya luruh ke lantai, Jeno gauli Jaemin bak hewan di musim kawin. Memangnya Jeno salah apa? Mereka sama-sama mau, dan kalau ada yang harus disalahkan adalah presensi satin yang balut tubuh Jaemin.
By: mlikteaas
📎 Hiiiiiii wkw duh aku ngidam banget narasi Jeno muji Jaemin pakai satin merah. Jadi semoga feelnya dapet ya😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Cemilan Sekali Lahap 🔞
Historia CortaIsinya cuma narasi satu kali lahap dari berbagai pasangan. Boleh dilahap jika suka. Boleh cari yang lain karena menunya banyak tersedia