Bab 3

532 4 0
                                    

Tapi, terkadang juga sisi baik ayah muncul seketika jika aku menuruti perintahnya. Semua tergantung aku bagaimana membuat suasana isi rumah menjadi tenang atau gaduh.

Sedangkan Ibu dan adikku meskipun mulut mereka seperti mesin pemotongan kayu, tidak pernah melakukan tindakan kasar yang menyakiti kulit, kecuali hanya di jewer saja telingaku oleh ibu.

Amira juga sebenarnya adalah adik kesayanganku yang baik, aku tahu dibalik mulut bawelnya sebenarnya dia juga mengasihi ku. Tidak jarang aku mengobrol serius, bersenda gurau bahkan saling bertukar pikiran kalau ada uneg-uneg tidak sungkan kita saling bercerita. Di akhir obrolan pasti adikku menasehatiku untuk tidak membuat ayah ibu kewalahan karena kelakuanku. Aku mendengarkannya walaupun selalu aku ulangi nasihat baik itu.

Amira menjadi seperti itu karena sangat prihatin dan sayangnya kepada orang tua.

Adikku ini selain bawel memiliki banyak kelebihan. Dia berparas cantik, seluruh tubuhnya yang pernah aku sempat melihat utuh dari belakang saat ganti baju lumayan putih bersih dan terlihat padat bongkahan pantatnya. Sempat terlihat juga belahan vaginanya dari belakang saat adikku membungkuk, celahnya begitu sempit dengan dihimpit kedua bibir vaginanya yang lumayan tebal. Kejadian itu membuat adikku menangis dan mengadukannya kepada ibu. Sudah pasti aku dimarahi ibu sambil bertolak pinggang tak henti-henti mengomel.

Tapi ada satu keberuntungan yang aku dapatkan dari mereka terhadapku, yaitu keduanya tidak pernah melaporkan kejadian yang terjadi kepada ayah.

Aku pernah suatu ketika ngobrol bertiga dengan ibu dan Amira. Mereka sebenarnya tidak tega melihatku dipukuli juga dimarahi ayah. Kalaulah boleh kata mereka cukup mereka berdua saja yang memarahiku, bukan ayahku.

Benih-Benih Hasil Inc_st (Inc_st Warning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang