Bab 2

495 3 0
                                    

Terdengar ibu menghela nafas, lalu berkata, "ibu tahu kamu anak yang baik di. Tapi rayuan kamu itu tidak akan mempan sama ibu buat mandi bareng. Otak kamu sudah di isi pikiran kotor. Ibu beritahu ayah kamu nanti..". ancam ibu sambil mendelik namun tidak serius, sehingga aku semakin tertarik dengan ibuku.

Saat di kamar mandi, samar-samar aku mendengar suara ibu sedang bertegur sapa dan mengobrol tentangku. Dari sumber suaranya aku tahu dia Amira adikku yang bawel, nyerocos terus kayak penjual yang ada di pasar kalau sedang nawarin barang. Jika aku usil atau menggoda dia pasti lapor sama ibu. Namun seperti halnya ibu. Amira tidak akan memberitahu ayah karena meskipun dia bawel, sisi baiknya sebenarnya dia menyayangiku.

Krek!

Pintu kamar mandi aku buka. Ku lihat mereka berdua ibu dan Amira melirik ke arah sumber suara yang aku berada di lobang pintu kamar mandi. Sambil bertolak pinggang seperti majikan ke babu, adikku berkata, "huhh! Sukurin ya di pukulin ayah. Makanya jangan mabukan sama keluyuran malam. Tau kan akibatnya?" Ejek adikku yang memang sudah biasa dia seperti itu, senang banget kalau aku menderita begini.

"Makasih pujiannya dek. Awas ya? Ku gigit vaginamu nanti..". Ancamku mendekatinya.

"Tuh Bu! Kak Ardi mah selalu begitu, otaknya mesum terus!" Ucap Amira mengadu kepada ibu sambil cemberut.

"Ardi?!! Kamu jangan begitu sama adik kamu? Omongan macam apa itu? Jorok sekali!". Kata ibuku mendelikkan matanya.

"Cuman bercanda kok, Bu. Ya kan dek?" Balasku sambil melirik ke arah Amira yang memeluk tangan ibu.

"Gak tau ahh! Kakak mah jahat! Awas kalau main masuk ke kamar Amira, nanti ku laporkan ke ibu." Ucap Amira yang sepertinya serius.

"Iyaa iyaa!" Aku berjalan meninggalkan mereka sambil mengangkat tangan lalu masuk ke kamarku yang bersebelahan dengan kamar adikku.

Kamar aku dan Amira memang bersebelahan dengannya, bahkan pintu kamar kami pun berdempetan tidak terlalu jauh. Beda dengan kedua orang tuaku yang berada agak jauh di depan.

Setiap pagi adikku mandi bersiap untuk sekolah, sedangkan aku sendiri semaunya mau jam berapa pun bangunnya tidak berpengaruh. Pendidikanku hanya sebatas SMP saja, karena saat sebulan masuk sekolah SMA, aku di DO karena melebihi poin pelanggan yang sudah ditetapkan pihak sekolah. Poin-poin itu mencakup pelanggaran berat seperti, membawa senjata tajam, pelecehan terhadap murid cewek, membawa minuman beralkohol, dll. Pelanggan yang paling fatal selain yang pernah aku lakukan aku pernah melakukan tindak kekerasan terhadap guru, adu mulut hingga berujung pemukulan. Sungguh sial!

Kini, hidupku semau ku sendiri. Karena kegagalan saat sekolah dan pergaulan bebas menyebabkan kedua orang tua ku kesal dan marah. Sebenarnya ayah adalah orang yang baik, itu dulu. Namun sejak di DO itulah perangai ayah, sikap ayah terhadapku berubah 180° menjadi kasar dan selalu marah-marah.

Benih-Benih Hasil Inc_st (Inc_st Warning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang