🔥22🔥

590 87 5
                                    

🥀
---


Arthur berdiri di samping tempat tidur Gallen, matanya fokus pada wajah lelah anak itu. Suasana di dalam kamar Gallen terasa tegang, seolah ketenangan sebelum badai. Arthur sudah mengetahui apabila mereka akan datang secepat ini.

Langkah berat terdengar dari luar kamar, diikuti oleh suara pintu yang terbuka dengan keras.

Immanuel masuk pertama, disusul oleh Zegara dan Lion. Tidak ada basa-basi. Tatapan mereka dingin dan tajam, seperti es yang menusuk tulang. “jelaskan!” suara Immanuel terdengar pelan, tapi penuh ancaman. Matanya langsung menembus Arthur, seolah dia tahu segalanya dan menuntut jawaban.

Arthur, yang sudah menduga kedatangan mereka, Arthur tetap tenang. Dia tidak menghindari tatapan dingin itu. “Dia mengalami serangan asma,” Arthur menjelaskan tanpa tergesa-gesa. “Tapi sudah ditangani. Dia akan baik-baik saja.”

Zegara, berdiri di samping Immanuel, menatap Arthur dengan ekspresi dingin yang tak berubah sedikit pun. “Handled? You call this handled?” suaranya penuh sinisme. “Kalau ini yang kau sebut menjaga, lebih baik kau menjauh. Kami tidak akan membiarkan siapapun, siapapun, membuat Gallen terluka lagi.”

Lion, yang selama ini lebih diam, akhirnya maju selangkah. Tatapannya lurus, tanpa emosi yang berarti. Tapi setiap kata yang keluar darinya seperti belati yang menusuk. “Arthur,” dia berkata pelan, tapi tegas. “Gallen is fragile. Dia seperti mutiara, sesuatu yang rapuh, dan harus dijaga. Kesalahan sekecil apa pun tidak bisa ditolerir. Dan sekarang, lihat dia.” Tangannya menunjuk ke arah Gallen yang masih terbaring lemah di tempat tidur.

Arthur menahan napas sejenak, lalu dengan tenang menjawab. “Aku melakukan yang terbaik untuk menjaganya. Aku tidak berniat menyakitinya. Even if I have to give my life for Gallen, I am willing.

Immanuel mendekat, wajahnya penuh kemarahan yang tersembunyi di balik sikap dingin. “Your best? Jangan bercanda.” Suaranya lebih pelan, tapi semakin menusuk. “We would die for him, Arthur. Kami sudah berjanji, tidak ada satu goresan pun yang boleh menyentuh Gallen. Dan kau—” dia mendekat lebih lagi, menatap Arthur dari dekat, “—kau malah membiarkan ini terjadi. Kami tidak akan pernah menerima hal seperti ini.”

Zegara, yang merasa suasana semakin panas. “Kalau kau tidak bisa menjaganya dengan benar, lebih baik kau pergi sekarang. You’re not needed here. Kami adalah kakaknya, kami tahu betapa berharganya dia. Kami tidak akan biarkan orang seperti dirimu, yang bahkan tidak paham, untuk merusaknya.”

Lion berdiri di belakang mereka, tetapi suaranya memotong udara dengan tegas. “Kalau kau berpikir kami bercanda, kau salah besar. If he gets hurt again, even the smallest scratch, you’ll answer to us.” Matanya menatap Arthur tanpa berkedip. Tatapan itu cukup untuk membuat siapa pun merasa terancam.

Arthur menghela napas pelan, masih menjaga ketenangannya. Dia tahu betapa dalam rasa cinta dan perlindungan yang ketiga pria ini miliki terhadap Gallen, tapi dia juga tidak berniat untuk mundur. “Aku tidak akan mundur,” katanya pelan tapi tidak goyah. “Aku ada di sini untuk Gallen, seperti kalian. Jika kalian berpikir bisa menyingkirkanku, kalian salah.”

Immanuel menyeringai sinis. “Kami tidak peduli apa yang kau katakan, Arthur. You’re just an outsider here. Kau tidak pernah tahu apa yang telah kami lalui bersama Gallen. Kau tidak pernah merasakan betapa berharganya dia bagi kami. Jadi jangan bicara seolah kau tahu segalanya.”

Zegara, dengan nada yang sama dinginnya, menambahkan, “Arthur, ini peringatan terakhir kami. If anything happens to him again, you won’t be forgiven. Gallen adalah segalanya bagi kami. Kami rela melakukan apa saja untuk memastikan dia aman, bahkan jika itu berarti harus menyingkirkanmu.”

Lion, yang dari tadi diam, akhirnya membuka mulut lagi. Suaranya semakin tajam, penuh ancaman mematikan. “Ingat ini baik-baik. Gallen is our pearl. Kami akan mengorbankan apapun, termasuk nyawa kami sendiri, untuk melindunginya. And if anyone dares to hurt him, even if it's his own daddy, we won’t hesitate to kill them.”

Arthur menatap mereka satu per satu, tahu betapa serius ancaman itu. Ketiga pria ini memang dingin dan keras, tetapi mereka juga memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap Gallen. Namun, Arthur tidak gentar. “Kalian bisa mengancamku,” jawabnya dengan tenang, “tapi aku tidak akan pergi. I won’t let him fall again.

Zegara tersenyum tipis, tapi tidak ada kehangatan dalam senyum itu. “Bicaralah sesukamu, Arthur. Tapi ingat, we don’t forget, and we don’t forgive easily. Kalau Gallen terluka lagi, kami akan pastikan kau tahu apa artinya membuat kami marah.”

Ketegangan di ruangan itu semakin tebal, seolah setiap kata yang diucapkan meninggalkan jejak dingin di udara. Arthur tahu bahwa tidak ada satu pun dari mereka yang bersuara tanpa alasan. Mereka semua serius, dan jika sesuatu terjadi pada Gallen lagi, konsekuensinya akan sangat berat.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti seabad, Immanuel mengalihkan tatapannya dari Arthur. “Kita pergi dulu. Gallen butuh istirahat.” Suaranya masih tajam, tetapi ada sedikit relaksasi dalam perintahnya.

Zegara dan Lion mengangguk, meski wajah mereka masih penuh dengan ketidakpercayaan dan kekecewaan. Mereka bertiga berbalik, berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Arthur sendirian di dalam. Pintu tertutup dengan suara lembut, tetapi atmosfer di ruangan itu masih dipenuhi dengan ketegangan yang berat.

Arthur menarik napas dalam, menenangkan pikirannya. Dia memandangi Gallen yang masih terbaring lemah. “Aku tidak akan membiarkan mereka menyingkirkanku, Gallen,” bisiknya pelan, seolah berbicara kepada dirinya sendiri. “Aku di sini untukmu, dan aku tidak akan mundur, apa pun yang terjadi.”

Langkah kaki di luar semakin menjauh, dan Arthur tahu bahwa ancaman itu bukan hanya kata-kata kosong. Immanuel, Zegara, dan Lion benar-benar serius. Mereka tidak akan ragu-ragu untuk melakukan apa pun demi melindungi Gallen, bahkan jika itu berarti harus menghadapi Arthur secara langsung.

Di dalam hatinya, Arthur merasa beban itu semakin besar, tetapi dia tidak gentar. Dia tahu bahwa tantangan ini adalah bagian dari tanggung jawabnya. Gallen adalah seseorang yang berharga, tidak hanya bagi ketiga pria tadi, tetapi juga baginya.

Ketika Arthur menatap Gallen lagi, dia merasa tekadnya semakin kuat. Apa pun yang terjadi, dia akan memastikan bahwa Gallen aman. Dia akan melindungi Gallen dengan segala cara, bahkan jika harus berhadapan dengan mereka yang menganggap dirinya musuh.

To be continued...

🥀
---

Hay Hay kesayangannya awaa 🫶
Apa kabar gusy? Hujan di luar bikin suasana mendung, ya? Semoga kamu tetap ceria walaupun cuacanya gloomy.

Semangat ya,

Pesan ku :
"Biarkan dia bahagia, meski tak bersamamu. Kadang, melepaskan adalah bentuk cinta yang paling tulus. Ingat, kebahagiaan sejati adalah ketika kita melihat orang yang kita sayangi tersenyum, walau bukan karena kita."

20 Oktober 2024
Awaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GALLEN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang