Meski terdengar seperti kalimat candaan, namun kini anak yang diundang ke pernikahan orang tuanya sendiri bukanlah hal yang asing.
Tentu saja di umurnya yang nyaris menginjak 30-an Gabrielle tidak pernah berharap hal itu akan terjadi di hidupnya.
Menghadiri pesta pernikahan sang ayah.
Itulah mengapa yang dilakukan si model eksotis ini hanyalah berbaring di depan televisi yang tengah menayangkan iklan yang dibintangi dirinya sendiri. Di tangannya terdapat undangan berwarna putih dengan tulisan berwarna emas di sudut kanan atas.
"Very Important Person ... " gumam Gabrielle.
"Cih, important my ass! Kalau benar aku penting, kenapa aku tidak pernah diberi tahu sebelumnya? Tiba-tiba mendapat undangan, apakah aku bahkan benar-benar anaknya sendiri? Sial."
Gabrielle menghembuskan nafas kasar. Kembali menatap televisi seolah tengah menontonnya, dengan isi pikirannya yang sudah entah kemana.
Getaran pada meja mengejutkannya, rupanya berasal dari ponselnya yang baru saja menerima pesan dari seseorang bernama kontak emoji love hitam.
Membaca isi pesannya membuat Gabrielle sontak memukul meja dengan alis terangkat di wajahnya.
"The fuck?!" umpatnya tepat sedetik setelah yang di seberang sana menerima panggilan darinya.
"Saya tahu kamu tidak mau menghadiri pernikahan ini. Tapi kamu bisa hadir dengan alasan lain."
"Alasan seperti apa?"
Telepon terputus. Tak lama dari itu Gabrielle kembali menerima pesan, kini berisikan sebuah foto. Foto yang membuat ujung kanan bibirnya terangkat, dengan kedua mata yang tak mampu melepas pandangan pada layar ponselnya.
"Oke. Ini cukup untuk dijadikan sebuah alasan."
***
"Georgia."
Yang dipanggil mengerjap. "Yes, Ma'am."
Gabrielle memejamkan mata dan tersenyum. "I love it when you call me that. Say that again!"
"Uhm-yes, Ma'am. Please, Ma'am ... "
"Please what?"
"I can't hold it any longer."
"Yeah?"
Kekehan kecil menggema di dalam ruangan kecil itu. Jauh dari khidmatnya acara pernikahan, ketika saat ini seorang wanita beranak satu tengah berjalan menyusuri altar menghampiri ayah Gabrielle untuk menjadi istri barunya, sementara itu putrinya yang ia harap akan setidaknya menyaksikan malah bersenang-senang berdua di salah satu bilik toilet.
Menikmati desahan demi desahan yang sengaja ditahan ketika di bawah sana tangannya mengobrak-abrik klitoris juga detak jantung Georgia yang kian semakin cepat.
Georgia meremat leher Gabrielle. Kepalanya yang menempel pada bahu Gabrielle kini mengadah bersandar pada dinding dingin yang tak mampu mendinginkan panasnya atmosfir yang selalu ia rasakan di setiap malam bersama model terkenal di depannya.
"Brazilian wax? How dare you ... "
"Tapi jadi nyaman, kan?"
Bibir yang dipoles gincu merah menyala itu sekali lagi ditarik ke atas, menciptakan senyuman picik yang membuat gairah pada dada Georgia memuncak.
Perutnya mulai tersentak-sentak, pun dengan nafasnya yang tersengal. Mata cantiknya memutar ke belakang nyaris menyisakan putihnya saja. Pemandangan yang selalu berhasil mengembalikan semangat dalam diri Gabrielle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play With Fire [18+]
Historia Corta⚠️ Kumpulan Mature content onetwothreeshots for 18+