Bab 3 Kematian

18 14 0
                                    

Bukannya marah, Thomas justru menarik sudut bibirnya ke atas. Pria itu tersenyum dan semakin mengikis jarak, mendekati Agatha dengan perlahan. Meraih jemari wanita itu yang terlihat rapuh, seakan yang melihatnya pun tidak segan untuk melindungi wanita itu.

"Aku tau kau sedang sedih karena kehilangan ibumu. Tapi, Baby. Apakah kau lupa? Aku sudah melamarmu dan sebentar lagi kita akan menikah. Jadi, aku anggap kau tidak mengatakan apapun." Thomas menjawab dengan santai, pria itu pun langsung mengangkat mangkuk berniat menyuapi kekasihnya. Namun, Agatha langsung menghentikan tangan Thomas yang menggantung di udara.

"Aku serius, Thomas. Hubungan kita cukup sampai disini ... aku tidak akan menikah denganmu, aku tau kau pasti sulit menerimanya. Tapi, aku mohon. Tolong hargai keputusanku ini!" Butiran bening itu meluncur begitu saja di sela-sela kata-katanya. Wanita itu sangat mencintai Thomas. Namun, setelah membaca surat wasiat dari ibunya, Agatha tidak bisa melanjutkan hubungannya lagi dengan pria itu.

"Agatha ... dengarkan aku baik-baik, aku tidak terima perpisahan dan kau harus ingat. Sebentar lagi kita akan menikah!" sahut Thomas dengan intonasi yang mulai meninggi.

Agatha bangkit, wanita itu mencoba menjauh dari Thomas. Langkahnya berhenti di depan pigura sang ibu di atas meja. Lilin aromaterapi yang dinyalakan Thomas semalam pun masih menyala tepat di samping poto Camila.

"Aku tidak bisa menikah denganmu, Thomas. aku tidak bisa menjelaskan semuanya. Tapi, aku mohon lupakanlah aku!"

Kedua tangan pria itu mengepal menahan amarah, Thomas tahu ada yang tidak beres pada Agatha. Tidak mungkin kekasihnya itu berubah pikiran dalam waktu sehari semalam. Pasti ada alasan sehingga Agatha berniat mengakhiri hubungan mereka.

Thomas memeluk tubuh mungil wanita itu dari belakang. "Siapa yang sudah menghasutmu untuk meninggalkanku, Baby? Katakanlah!" Thomas memeluk Agatha dengan sangat erat. "Aku akan memberi perhitungan padanya!" bisiknya tepat di telinga wanita itu dengan seringai misterius.

Seketika rambut halus di sekujur tubuh Agatha berdiri, wanita itu merasa tidak mengenal Thomas sepenuhnya. Thomas tidak sekasar ini sebelumnya. Agatha merasa sesak karena Thomas memeluk sangat erat, pria itu sangat posesif dan sepertinya Agatha baru mengetahui sisi lain dari kekasihnya.

"L-lepaskan aku, Thomas! Kau memelukku terlalu erat, aku sulit bernapas!" Dengan sisa kekuatannya, akhirnya Agatha berhasil melepaskan diri. Namun, baru selangkah wanita itu mencoba menjauh, tangan wanita itu langsung di cekal dengan sangat kuat oleh Thomas.

"Mau ke mana kau, Baby? Aku belum selesai bicara!" ucapnya dengan wajah memerah menahan amarah.

"T-thomas ... aku tau kau tidak tidak mencintaiku!" jawab Agatha suaranya bergetar, menahan rasa sakit di hati dan tangannya akibat genggaman Thomas.

Thomas terkejut mendengarnya. Namun, detik kemudian pria itu menyeringai. "Agatha ... aku sangat mencintaimu, sungguh aku ingin hidup bersama denganmu ... kita akan menikah secepatnya! Dengan begitu-"

"Kau akan leluasa mengambil alih Atmajaya Group? Benar begitu, Thomas?" potong Agatha sebelum pria itu mengatakan banyak kebohongan.

Kedua netra pria itu membulat mendengar perkataan Agatha. "S-siapa yang telah memberitahumu?" Bukannya menampik pria itu justru berkata demikian, dan itu membuat hati Agatha semakin sakit seperti tertusuk duri yang diberi larutan garam.

"Ternyata benar, kau mendekatiku karena mengincar perusahaan orang tuaku? Sungguh kenapa mataku buta tidak bisa melihat kebenaran ini sebelumnya. Aku justru menyalahkan ibuku dan menjadi penyebab dia meninggal! Semua itu gara-gara kau, Thomas!" Agatha histeris wanita itu menangis sambil memukul dadanya yang terasa begitu sesak.

Changed My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang