Bab 6 Kau yang pertama

27 17 0
                                    

Situasi canggung diantara ketiga manusia dewasa itu sangat terasa, Thomas yang sangat terkejut karena mendengar pengakuan dari Agatha, sedangkan Leon. Pria itu terlihat mematung karena tanpa permisi Agatha tiba-tiba merangkul tangannya. 36 tahun tidak bersentuhan dengan lawan jenis, membuat tubuh Leon seperti mendapat sengatan listrik yang menyebar dari ujung kaki hingga ujung rambut. Akibat ulah Agatha pria itu saat ini tidak bisa berpikir jernih.

“Baby, kau sedang bercanda? Sejak kapan kau punya calon suami? Kau berselingkuh dibelakangku?” tanya Thomas, kilatan matanya terlihat menyelidik pada Kinan yang terlihat santai.

“Maaf, Thom. Aku tidak memberitahumu sebelumnya, bahwa aku sudah menyetujui perjodohan yang diatur oleh ibuku.  Sebentar lagi, aku akan menikah dengan Leon!” jawab Agatha, wanita itu terus berbicara tanpa melepas rangkulan tangannya dari Leon.

Rahang Thomas mengeras, pria itu pun mengepalkan tangannya. Terlihat jelas saat ini Thomas sedang menahan amarah. Leon pun hanya diam menyaksikan sepasang kekasih yang sedang berdebat itu.

“Lelucon apa yang kau buat, Agatha? Ayo ikut denganku kita perlu bicara berdua!” Thomas langsung menarik tangan Agatha dengan kasar, hingga membuat Agatha hampir terjatuh. Untung saja tangan kokoh Leon dengan sigap menahan tubuh mungil wanita itu.

‘Thom, jangan harap kau bisa memanipulasi aku … aku tidak akan tergoda dengan bujuk rayumu lagi, lebih baik aku menghindar sekarang sebelum semuanya terlambat,’batin Agatha sambil menatap tajam Thomas dengan penuh kebencian.

“Aku tidak mau pergi denganmu, Thom. Kita bahas lain kali saja,”  balas Agatha sambil menarik tangannya dari genggaman Thomas.

“Tidak bisa! Kita perlu bicara, jelaskan padaku sekarang juga!” Thomas semakin meradang, terlihat jelas urat-urat yang  ada di pelipis matanya menonjol. Dengan paksa pria itu langsung menarik Agatha. Namun,  untuk kedua kalinya Leon menahan tubuh mungil wanita itu. keadaan saat ini begitu menegangkan, tangan kanan Agatha dipegang erat oleh Thomas. Sedangkan tangan kirinya ditahan oleh Leon, Agatha merasakan kedua pergelangan tangannya begitu panas dan ngilu. Para pegawai restoran itu pun tidak berani menengahi perdebatan diantara Thomas dan Agatha, karena sebelumnya Leon sudah memberikan isyarat untuk tidak mendekat.

“S-sakit … lepaskan aku, Thomas. Kau menyakitiku!” Agatha meringis menahan sakit sambil terus berusaha melepaskan diri dari kekasihnya.

“Tidak akan aku lepaskan sebelum kau menjelaskan semuanya!" jawab Thomas dengan tatapan tajamnya.

“Jangan menyakiti wanita, kau tidak dengar? Agatha tidak mau pergi denganmu. Jadi, lepaskan dia sekarang.” Akhirnya Leon yang sedari tadi diam pun ikut berbicara demi membantu Agatha.

“Tidak ada urusannya denganmu, pergilah aku ingin berbicara dengan kekasihku!” Thomas sangat geram melihat Leon. Jika tidak di tempat umum, mungkin pria itu akan membuat perhitungan pada pria yang bersama Agatha.

“Agatha calon istriku sekarang, apakah kau tuli?” Jawaban itu terdengar santai mengejek tanpa emosi membuat Agatha mengalihkan pandanganya dan menatap Leon sekilas.

“Thomas, kau terlihat menyudutkanku saat ini, kau begitu marah saat aku bertemu dengan  pria lain. Sedangkan kau sendiri? Kau kemari dengan wanita lain ‘kan?” Agatha langsung melirik wanita yang tidak jauh dari Thomas, terlihat jelas raut kesal pada wajah wanita itu karena Thomas meninggalkannya demi menemui Agatha.

Thomas langsung sadar, pria itu langsung melepaskan tangannya dari Agatha. Tingkahnya gelagapan melihat sosok yang sedang memperhatikannya berdebat dengan Agatha. “T-tidak … Agatha, kau salah paham. Wanita itu hanya temanku, iya benar. Dia adalah temanku!” jelas Thomas sedikit panik.

“Temuilah teman yang kau bawa itu, aku akan pulang. Jangan mengikutiku!” Dengan cepat Agatha mengambil tas tangannya dan menarik lengan Leon untuk mengikutinya.

“Agatha … tunggu!” panggil Thomas dengan nada frustasi. Namun, Agatha tidak mau berbalik, wanita itu berjalan cepat keluar dari restoran diikuti Leon karena tangan pria itu tidak lepas dari genggaman Agatha.

“Maaf aku membuat keributan, dan terima kasih sudah membantuku!” ucap Agatha saat mereka sudah berada di dalam lift.

Leon hanya menanggapinya dengan anggukan. Mereka pun diam. Hingga Leon baru menyadari bahwa kedua pergelangan tangan Agatha terlihat memerah dan sedikit memar. Pria itu pun langsung meraih kedua tangan Agatha. Sontak Agatha menarik tangannya karena terkejut.

“Tanganmu, memar … apakah sakit?” tanya Leon sambil menatap netra Agatha yang sedikit berkaca-kaca.

Agatha menggeleng. “Ah, ini tidak sakit sama sekali … aki baik-baik saja,” jawab Agatha.

“Kau kemari membawa mobil?” tanya Leon lagi.

Agatha mengangguk. “Iya,” jawabnya singkat.

“Malam ini aku akan mengantarmu pulang, nanti mobilmu ...  kau berikan saja kuncinya padaku. Bawahanku akan mengantarkannya ke rumahmu.” Bukan permintaan nada suara Leon terdengar memerintah. 

Agatha yang merasa kedua tangannya terasa sakit pun akhirnya mengangguk. “Baiklah … terima kasih karena sudah membantuku lagi,” jawabnya.

Agatha berjalan mengikuti Leon, pria itu dengan sigap membantu membukakan pintu mobil untuknya. Agatha hanya tersenyum melihatnya.

‘Andai dulu aku tidak menolaknya, mungkin aku tidak akan pernah meregang nyawa dalam kobaran api,’ ucapnya di dalam hati.

Leon langsung membuka kotak P3K di dalam mobil, pria itu mengambil salep, dengan perlahan mengoleskannya pada pergelangan tangan Agatha yang memar. Wanita itu merasa aneh, entah kenapa perlakuan Leon sangat manis dan dia suka?

“Ah, tidak!” Agatha langsung menggelengkan kepalanya.

Leon pun ikut mendongak melihat wajah Agatha. “Maaf, apakah terasa sakit? Aku akan sedikit lembut,” tutur pria itu, lalu menunduk kembali sambil meniup pelan tangan Agatha yang diolesi salep. Entah kenapa mendapat perlakuan manis seperti  ini, membuat wajah Agatha terasa panas, jantungnya pun berdetak sangat cepat.

“Apa kau selalu melakukannya pada semua wanita?” celetuk Agatha. Leon pun langsung menggeleng.

“Tidak, kau yang pertama,” Pria itu menjawab jujur, dan itu membuat jantung Agatha semakin berdetak tidak karuan.

***
Sedangkan  di dalam restoran. Thomas menghabiskan beberapa botol minuman hingga membuatnya mabuk.

“Agatha, kau tidak boleh menikah dengan pria lain kecuali denganku, kau hanya milikku … selamanya milikku, jika kau tidak menjadi milikku. Maka kau tidak boleh menjadi milik siapapun, akan aku pastikan itu!”

Changed My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang