Tamparan keras mendarat di pipi pria itu. Perih dan panas pria itu rasakan ketika Mulyono menampar dirinya. Bukan hanya satu kali, total empat tamparan ia terima dan dua pukulan di perutnya.
"Papah stop!!!!" Aarosa panik ketika papanya itu menampar Teddy.
"Beraninya kamu menyentuh anak saya, siapa kamu hah???" Mulyono benar-benar diliputi amarah.
"Papah jangan!!!!" Aarosa mencoba menahan papanya itu yang akan menyerang Teddy.
Namun terkejutnya ia, ketika ia mendapatkan satu tamparan keras mendarat di pipinya membuat dirinya terhuyung ke belakang dan ditangkap oleh Teddy.
"Papa membesarkan mu bukan untuk menjadi wanita penggoda Aarosa!!!! Kenapa kalian melakukan zina disini hah??? Otak kalian dimana???" Aarosa sedikit tak percaya ketika papanya menampar dirinya.
"Silahkan kalian angkat kaki dari rumah ini, termasuk kamu aarosa!!! Pergi!!! pergi sejauh mungkin!!!" Aarosa bersujud dihadapan papanya itu.
"Jangan pa!!! Rosa janji ga akan melakukan itu lagi!!! Jangan usir rosa dari rumah ini, rosa masih butuh papa dan mama!!!" Tumpah sudah air matanya itu.
"Dan kamu Teddy, lihat dirimu!!! Siapa kamu? berani menyentuh putri saya? Kamu bukanlah siapa-siapa, dan kamu punya apa menyentuh putri saya??? berkacalah kamu Teddy!" Aarosa menutup matanya ketika pria yang masih ia cintai itu diolok-olok oleh papanya.
Teddy diam menunduk, pria itu benar. Ia bukanlah siapa-siapa, yang pantas bersanding dengan aarosa.
"Pah, sudah..." Suara pelan rosa membuat papanya itu menendangnya yang sedang bersujud.
"Jangan panggil saya seperti itu!!! Kamu bukan lah anak saya." Pria itu kemudian pergi dari hadapan Teddy dan Aarosa.
Teddy segera membawa Aarosa ke pelukannya. Ia mengelus pipi gadis itu yang lebam. Tamparan Mulyono memang menyakitkan untuknya, apalagi aarosa.
Pria itu menggendong aarosa untuk duduk bersandar diatas kasur. Untuk kedua kalinya, pria itu melihat aarosa menangis.
Pertama karena penolakan yang ia lakukan,kedua perbuatan zina yang mereka lakukan. Dan semua karena Teddy.
"Mas, a-aku ga mau pisah lagi sama papa sama mama." Suara gadis itu masih sesenggukan.
Teddy membawa gadis itu ke pelukannya dan sedikit membenarkan baju yang wanita itu kenakan. melupakan rasa sakit di pipi dan perutnya.
Yang terpenting kenyamanan dan keselamatan gadis itu.
Namun kemudian ART dan dua orang lainnya masuk kedalam kamarnya dan mengemasi barang-barangnya. Aarosa menatap tak percaya.
"Bi!!! Kenapa barang-barang aku diberesin bi??"
"Maaf non, kami hanya disuruh bapak untuk mengemasi barang-barangnya, non." Ucap Buk ayu selalu kepala art dirumah ini.
"Bi jangan bi!!!" Aarosa berdiri namun Teddy menahannya.
"Biarkan, kalau pun kamu diusir bapak, saya akan menikahimu." Aarosa menatap Teddy.
"Ini semua gara-gara kamu mas!!! Kalau kamu engga masuk ke kamar aku, ini semua engga akan terjadi!!!" Aarosa menatap Teddy penuh amarah.
"Ya itu memang kesalahan saya." Teddy tentu tak menampik bahwa ini memang kesalahannya.
Aarosa lagi-lagi menangis menatap barang-barangnya dikemasi oleh art dirumahnya.
Teddy memeluk rosa berusaha untuk menenangkan gadis itu agar tenang.
***
Ibu aarosa benar-benar terkejut karena Teddy mengendong aarosa ke dalam mobilnya, ia khawatir kenapa putrinya digendong oleh ajudan suaminya. Namun suara suaminya itu membuat dirinya semakin bingung dan jantungnya berdetak kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AAROSA
RomanceBagi Aarosa Dwimatja Hartanto, kejadian yang paling memalukan dihidupnya adalah ketika ia mengungkapkan perasaannya pada seorang pria dewasa yang telah memiliki istri. Rosa tak pernah membayangkan umurnya yang ke 9 tahun mengungkapkan perasaannya p...