Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing, meski matanya fokus ke arah buku yang ia baca, namun pikiran Rosa tetaplah menuju ke arah pria dihadapannya ini. Begitu pula dengan Teddy, namun pria itu sangat terang-terangan menatap gadis 21 tahun ini.
Rosa benar definisi yang sempurna dimata Teddy, mata gadis itu yang biasanya tajam namun kali ini sedikit berbeda, mata gadis itu nampak sayu.
"Don't look at me with those eyes."
"What eyes?" Sialnya pria itu malah semakin intens menatap Rosa semakin dalam.
Aarosa lantas kehilangan akal sehatnya, tatapan pria itu sama ketika pria itu menolak perasaannya.
Tatapan menyakitkan untuknya.
Teddy menelisik aarosa yang benar-benar seksi sekali, payudaranya yang hampir mencuat itu dan akan memperlihatkan putingnya itu membuat Teddy sedikit mengeram. Ingin rasanya ia hisap dalam-dalam benda kecil mungil seperti kacang itu ke dalam mulutnya.
Rosa segera berdiri, dan membawa gelas tehnya untuk ia cuci di wastafel, berdekatan dengan Harseno Teddy Rehandoko membuatnya akan gila. Pria itu memiliki pesona yang cukup kuat untuknya.
Gelas yang ia cuci jatuh dari tangannya ketika ia merasakan sebuah pelukan hangat dari belakang.
Suara keran yang masih menyala dan tangannya yang penuh dengan sabun itu ia biarkan ketika merasakan pelukan itu, pelukan yang Teddy berikan untuknya. Teddy menyembunyikannya wajahnya di ceruk lehernya.
"Mas teddy?" Suara Rosa sedikit tertahan ketika merasakan hembusan nafas pria itu menerpa lehernya.
"hmm??"
Rosa hanya diam ketika Teddy semakin merapatkan tubuhnya, dan ia dapat merasakan 'milik' pria itu yang menyentuh sela-sela bokongnya.
"Saya rindu, dek Rosa." Aarosa mengeram ketika putingnya tak sengaja tergesek oleh jari dan lengan pria itu.
Aarosa berusaha menatap pria itu, namun sialnya Teddy malah mencium bibirnya. Matanya terbelalak tak percaya, ketika bibir tipis pria itu menyentuh bibir tebalnya. Ia begitu tak percaya, seorang Harseno Teddy Rehandoko itu berani menyentuh dan menciumnya, yang notabennya ia adalah anak atasan pria itu.
Rosa memejamkan matanya ketika bibir pria itu menginvasi bibirnya, Teddy benar-benar pencium yang handal.
Seusai ciuman mereka terlepas, Teddy segera membalikkan tubuh Aarosa dan kembali mencumbuinya.
Bahkan mereka saling membelit lidah satu sama lain, Teddy bahkan memasukan lidahnya kedalam mulut gadis itu, dan mengobrak-abrik nya.
"Emmhhhh." Desah Rosa tertahan ketika Teddy meremas bokongnya.
Mereka bahkan saling bertukar saliva bersama, tangan Aarosa pun sudah bertengger cantik dileher pria itu.
Keduanya nampak tak ingin melepaskan tautan satu sama lain. Teddy menyatukan kening mereka ketika menyudahi ciuman mereka. Ditatapnya mata gadis itu, yang begitu indah.
"Jangan disini mas!" Rosa panik ketika Teddy ingin menurunkan tali tipis bajunya.
Teddy segera mengendong Aarosa dan menuju kamar gadis itu.
Dan pria itu segera menurunkan Aarosa diatas ranjangnya, dan kembali menyerangnya dengan ciuman panas seperti tadi.
"Mas teddy-hhhh" Rosa mendesah ketika Teddy menghisap lehernya begitu kuat dan pasti menimbulkan bekas disana.
"Jangan menghindar dek, saya tidak bisa." Pria itu menatapnya sayu. Sedangkan Rosa sedikit bingung ketika Teddy mengatakan itu.
Setahunya ia bersikap biasa saja dengan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AAROSA
RomanceBagi Aarosa Dwimatja Hartanto, kejadian yang paling memalukan dihidupnya adalah ketika ia mengungkapkan perasaannya pada seorang pria dewasa yang telah memiliki istri. Rosa tak pernah membayangkan umurnya yang ke 9 tahun mengungkapkan perasaannya p...