Mentari baru saja mengintip dari ufuk timur ketika Xienna membuka matanya. Gadis itu tersenyum mengingat kejadian semalam - kejutan manis dari Xyon yang berakhir dengan pelukan hangat. Liontin kristal pemberian Xyon masih berpendar lembut di lehernya, mengingatkannya akan kasih sayang vampir yang telah mengisi hidupnya.
Setelah beberapa saat menikmati kehangatan selimut, Xienna memutuskan untuk memulai harinya. Ia beranjak ke kamar mandi pribadi yang terhubung dengan kamarnya. Air hangat mengalir lembut membasuh tubuhnya, memberikan sensasi menyegarkan di pagi hari.
Namun ketenangan pagi itu tidak bertahan lama. Ketika Xienna hendak berpakaian, ia menyadari sesuatu yang mengkhawatirkan. Semua gaun di lemari besarnya terasa terlalu longgar. Ia mencoba satu per satu pakaiannya dengan panik, namun hasilnya sama - tidak ada yang pas di tubuhnya.
'Aku tidak menyadari tubuhku menyusut sebanyak ini,' pikirnya sambil mengamati bayangannya di cermin. Insiden dengan Ghelia telah meninggalkan bekas yang lebih dalam dari yang ia sadari. Bukan hanya luka batin, tapi juga perubahan fisik yang signifikan.
Xienna teringat gaun-gaun yang dipakainya beberapa hari terakhir - pakaian khusus pemberian Xyon yang bisa menyesuaikan ukuran. Ia terlalu nyaman dengan gaun-gaun ajaib itu hingga lupa bahwa pakaian normalnya mungkin tidak lagi sesuai.
Kepanikan mulai menguasainya. Matanya menjelajahi setiap sudut kamar, berharap menemukan solusi. Lemari pakaiannya yang biasanya penuh dengan gaun-gaun indah kini terasa seperti mengejeknya. Xienna mondar-mandir di kamar, jemarinya bergerak gelisah membentuk isyarat-isyarat tanpa makna.
Di tengah kepanikannya, suara familiar terdengar dari balik pintu.
"Xienna, sayang? Apa kau sudah siap?" suara Xyon terdengar lembut.
Jantung Xienna seolah berhenti berdetak. Ia belum sempat memberikan jawaban ketika pintu kamar terbuka perlahan. Xyon, dengan senyum hangatnya yang biasa, melangkah masuk tanpa menyadari situasi.
Waktu seolah membeku. Wajah Xienna seketika berubah merah padam. Tanpa pikir panjang, tangannya meraih bantal terdekat dan melemparkannya sekuat tenaga ke arah Xyon. Bantal itu mendarat tepat di wajah sang vampir.
Xyon, yang biasanya selalu sigap dan elegan, untuk pertama kalinya terlihat kikuk. Ia berbalik secepat kilat, wajahnya yang pucat dihiasi rona merah tipis - pemandangan langka untuk seorang vampir.
"Ma-maafkan aku!" serunya terbata-bata, suaranya terdengar panik. "Aku akan menunggu di luar!"
Pintu tertutup dengan suara keras, meninggalkan Xienna yang masih membeku di tempatnya. Wajahnya terasa panas hingga ke telinga. Tangannya bergetar saat ia meraih selimut untuk menutupi tubuhnya.
Di luar kamar, Xyon bersandar pada dinding, matanya terpejam erat. Rasa bersalah dan malu bercampur dalam benaknya. Sebagai seorang bangsawan vampir yang telah hidup berabad-abad, ini adalah momen paling memalukan dalam hidupnya.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, Xyon memberanikan diri berbicara melalui pintu.
"Xienna?" panggilnya hati-hati. "Maafkan ketidaksopananku tadi. Apa... apa ada masalah dengan pakaianmu?"
Di dalam kamar, Xienna masih berusaha menenangkan debaran jantungnya. Tangannya bergerak membentuk isyarat, meski ia tahu Xyon tidak bisa melihatnya. Air mata frustasi mulai menggenang di pelupuk matanya.
Mendengar isakan pelan dari dalam, insting protektif Xyon langsung bangkit. "Tunggu sebentar, sayang. Aku akan memanggil pelayan untuk membantumu."
Tak lama kemudian, dua pelayan wanita datang dengan tergesa-gesa, membawa beberapa gaun dalam pelukan mereka. Xyon telah menjelaskan situasinya dengan singkat, dan mereka langsung mengerti apa yang harus dilakukan.
"Nona Xienna?" salah satu pelayan mengetuk pintu dengan lembut. "Kami membawakan beberapa gaun yang bisa disesuaikan ukurannya. Boleh kami masuk?"
Terdengar langkah kaki pelan mendekati pintu, dan Xienna membukanya sedikit, membiarkan para pelayan masuk sambil tetap bersembunyi di balik pintu.
Xyon tersenyum lega mendengar suara para pelayan yang dengan cekatan membantu Xienna berpakaian. Ia bisa membayangkan wajah kekasihnya yang masih merona malu, dan hal itu justru membuatnya semakin jatuh cinta.
'Mungkin sudah saatnya memesan koleksi pakaian baru untuknya,' pikir Xyon sambil menunggu. 'Dan kali berikutnya, aku harus ingat untuk mengetuk pintu lebih keras.'
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/379495725-288-k241637.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Is Obsessed With Me
RomancePertemuan Takdir yang Gelap Dalam keheningan malam yang mencekam, istana Kekaisaran Veliau dipenuhi dengan cahaya lilin dan tawa merdu para tamu undangan. Di tengah keramaian itu, seorang gadis kecil berambut pirang keemasan dan mata sebening rubi...