Dengan perlahan Elza membuka kelopak matanya dan yang ia lihat masihlah sama yaitu keburaman, namun perlahan-lahan penglihatan kembali dan yang pertama kali ia lihat adalah lantai marmer beserta pecahan kaca di depannya.
Rasa nyeri tiba-tiba dirasakan Elza di kepalanya. Perlahan tanganya terulur menyentuh sisi samping kepalanya yang terasa sakit.
Terasa cairan menyentuh kulit tanganya dan ia menarik kembali untuk melihat apakah gerangan benda cair tersebut.
Matanya membulat tercengan melihat darah di tanganya. Otaknya mencoba memproses situasi yang ia alami, namun suara isak tangis mengambil etensinya sehingga ia nenoleh ke arah sumber suara.
Terlihat balita perempuan tengah menangis di samping wanita yang tergeletak di lantai. Dengan isak tangis yang di tahan balita itu terus menggoyangkan lengan wanita yang nampak tidak sadarkan diri.
Perlahan Elza bangun berdiri menghiraukan rasa nyeri di kepalanya dan menghampiri dua orang itu. Ia berniat menanyakan kondisi wanita itu kepada balita yang menangis.
"Dia kenapa?" Tanya Elza lantang dan mengejutkan balita itu, terbukti dengan reaksinya yang menegang dan berhenti terisak.
Elza sendiri terkejut dengan suaranya yang terdengar keras dan kasar, padahal ia berniat untuk berbicara lembut tapi malah suara yang cukup keras yang keluar, sangat tidak sesuai dengan keinginannya.
"Maaf aku mengagetkanmu" ucap Elza berusaha mengatur suaranya agar terdengar lembut dan mengulurkan tanganya untuk menyentuh surai rambut sang balita.
Namun reaksi balita tersebut membuat Elza terkejut pasalnya balita itu langsung menutupi kepalanya dan terlihat dari tatapanya kini ia tengah ketakutan. Elza bertanya-tanya kenapa tingkah balita ini seakan sangat takut terhadapnya, namun itu teralihkan saat sudut matanya melihat aliran darah di paha wanita yang tergeletak di lantai.
Pada saat itu juga otaknya memberitahukan bahwa kondisi wanita itu dalam keadaan darurat karena Elza sadar bahwa sang wanita tengah hamil, terbukti dengan terlihat tonjolan di perutnya.
Reflek Elza berusaha mengangkat wanita itu untuk di bawa ke rumah sakit. Saat akan melangkah Elza merasakan ada yang menarik celananya, sontak ia melihat ke bawah dan terlihat balita tadi tengah mengenggam erat celananya.
"A-ayah mau bawa mama kemana?" Tanya balita itu dengan nada takut.
"Ke rumah sakit" sahut Elza lalu melanjutkan berjalan keluar rumah yang cukup luas dengan pelan karena balita itu masih menggenggam celananya dan mengikuti berjalan ke luar.
Elza masih tidak memahami situasi saat ini, namun instingnya menyarankan untuk menyelamatkan wanita ini secepatnya terlebih dahulu. Sesampainya di luar Elza mengedarkan pandangannya untuk mencari kendaraan membawa wanita ini, dan tatapanya tertuju pada sebuah mobil putih di garasi rumah itu.
Dengan tergesa-gesa ia menghapiri mobil itu dan segera memasukan wanita yang tidak sadarkan diri ini, tanpa di perintah balita tadi sudah duduk di samping sang wanita.Dengan keadaan panik Elza langsung tancap gas ke rumah sakit dengan bantuan orang-orang yang ada di pinggir jalan mengenai arah rumah sakit. Ternyata rumah sakit itu cukup dekat dari rumah yang tadi sehingga saat sampai Elza langsung berteriak memanggil perawat untuk menolong wanita yang ada di dalam mobi. Dengan sigap perawat menangani wanita itu dan akhirnya Elza dapat bernapas dengan lega.
"Permisi Pak, anda juga harus mengobati luka Bapak. Mari ikuti saya Pak" ucap salah satu perawat yang membuat Elza terkejut namun tetap mengikuti perawat itu.
Di tengah perjalanan Elza merasa ada yang janggal, namun ia tak tau apa itu sampai lamunanya terhenti saat perawat menyuruh ia untuk duduk.
Tidak sampai di situ, Elza kembali memikirkan keadaan yang telah ia alami. Elza masih ingat saat ia kesusahan bernapas karena tersedak kacang yang di lemparkan oleh Arya namun yang membuat ia bingung kenapa saat ia kembali membuka matanya malah melihat lantai marmer dan balita serta wanita yang tengah pendarahan.
Apakah ia di titipkan oleh Arya pada orang lain? Terus ditinggal begitu saja. Sungguh ia merasa bingung dan coba merangkai ingatan yang baru ia alami untuk memahami kondisinya.
"Sudah selesai Pak, setelah ini saya sarankan untuk minum susu dan makan kacang-kacangan agar mengembalikan kadar darah anda yang turun akibat pendarahan di kepala Bapak" ucap perawat menyadarkan Elza dari pikiranya dan otaknya tiba-tiba menangkap suatu hal ganjil.
"Kenapa saya di panggil Bapak ya ka?" Tanya Elza heran
"Maaf kak klo begitu, oh iya sebaiknya kakak ke ruangan istri kakak karena anak kakak juga ada di ruangan itu" ucap perawat itu heran namun cepat tanggap dan menuntun Elza ke ruangan istrinya.
"Hah istri?" Kaget Elza namun tetap mengikuti perawat itu.
Setelah beberapa saat mereka sampai di depan ruangan yang di tuju dan perawatan itu berlalu pergi. Dengan perlahan Elza membuka knop pintu dan memasuki ruangan
Dapat ia lihat wanita tadi tengah terbaring di ranjang rumah sakit dan di sampingnya duduk balita yang ia lihat di rumah tadi. Ia berjalan menghampiri mereka.
"Bagaimana kondisi Mama kamu dek?" Tanya Elza namun tiba-tiba ia menyadari suaranya seperti berbeda dan ia mulai ingat suaranya berbeda saat pertama kali bangun.
"Ko suara gue ngebas ya?" Batin Elza heran.
Namun Elza kembali melihat ke arah balita tadi untuk melihat responnya dan ternyata ia sama seperti saat di rumah tadi. Terlihat sangat ketakutan saat melihatnya. Tentunya itu membuat Elza heran dengan reaksi sang balita, saat akan kembali berbicara terdengar seseorang yang membuka pintu.
"Dengan suami pasien?" Tanya seseorang dengan setelan jas putih dan dapat di tebak dia adalah dokter.
"Hah?" Hanya itu reaksi Elza mendapati pertanyaan sang dokter.
"Dengan Bapak Maherza Gustav sebagai wali Ibu Helen Youza yang tengah di rawat"
Mendengar nama itu membuat jantung Elza berpacu begitu cepat, matanya membulat sempurna. Ia ingat betul dengan nama itu, nama wanita psikopat yang di tonton bersama Arya dan di jambak oleh ibu-ibu. Elza susah payah meneguk air liurnya karena rasa takut merayap di tubuhnya dan dengan perlahan menoleh ke arah ranjang, ia menyipitkan matanya untuk mempertajam penglihatan.
Apakah benar yang ia pikirkan terkait orang yang berbaring di ranjang rumah sakit merupakan orang yang ia lihat di film waktu itu. Saat ia dengan jelas melihat orang itu, bagai tersambar petir di siang bolong. Jantungnya mencelos membuat ia kesulitan menarik napas dengan degup jantung yang berdebar, wajahnya berubah pucat pasih ditambah tubuhnya gemetar hebat.
Sedangkan sang dokter sedikit heran melihat reaksi dari Elza, saat melihat Elza gemetaran malah membuat ia kian heran sampai akhir dengan cepat menopang Elya yang akan terjatuh.
"Apa Bapak baik-baik saja, anda terlihat pucat Pak" khawatir dokter melihat perubahan Elza
"Ah tidak papa dokter, maaf merepotkan" mendorong pelan dokter dan mencoba untuk berdiri dengan normal. "Ba-bagaimana kondisinya dok?" Tanya Elza dengan gugup.
"Baik pak, kondisi istri Bapak dalam keadaan tidak stabil ditambah kekurangan cairan dan nutrisi sehingga ini rawan untuk keselamatan jabang bayi. Jadi istri Bapak harus di rawat sampai kembali dalam kondisi stabil. Kami harap semoga istri Bapak lekas sembuh" ucap sang dokter menepuk bahun Elza dan tersenyum hangat.
"Baik kalau begitu kami permisi Pak" dokter itu berlalu dari hadapan Elza.
Elza berusaha berdiri tegak menatap kepergian dokter itu namun masih terlihat jelas tubuh Elza bergetar dan keringat dingin mulai mengucur karena merasa takut akan situasinya.
*makin penasarankan
-22102024
KAMU SEDANG MEMBACA
Punarjanman
Teen FictionKematian adalah takdir tapi aku membantah itu karena bukannya mati dan naik ke surga aku malah memasuki tubuh orang lain. Ini bukan kematian namanya melainkan renkarnasuu! Dan jika aku di berikan kehidupan kembali kenapa aku hidup sebagai orang yang...