Chapter 2: Juna angga
"Juna devangga! " Tegur sang guru. Semua pasang mata tertuju pada seorang cowok yang memiliki eyesmile. Termasuk Anindhita yang baru aja duduk di sebelahnya Raina setelah sesi perkenalan.
"Kalau main basket jangan di kelas. Ayo bawa kemari bolanya!" Kata sang guru menatap Juna galak.
"Yah bu jang__"
"Gak ada kalimat penolakan. Ayo bawa kemari!" Mau tak mau Juna menuruti kalimat sang guru dengan tampang malas-malasan. Sedangkan murid di dalam kelas cekikikan ketika Juna mulai bernegoisasi pada sang guru.
"Bu ani kan baik jangan sita bolanya bu, nanti bolanya masih di pakai buat latihan bu." Kata Juna dengan raut memelas.
"Mukanya di kondisikan jun, gak usah di imut-imutkan kaya gitu." Kata teman yang duduk sebelahnya tadi. Semua orang kompak tertawa.
Juna menatap tajam temannya.
"Diam!" Kata guru itu galak. Semua orang spontan diam. Tapi masih cekikikan walaupun tertahan. "Aturan-aturan tetap aturan jun. Berikan bolanya. Setelah itu duduk kembali. " Kata sang guru dengan tegas.
Kalau enggak buat masalah namanya bukan Juna devangga. Cowok itu kembali ke tempat duduknya dengan rute yang paling jauh.
Cowok itu berhenti tepat di bangkunya Anindhita si anak baru. "Hai," Sapa Juna ramah. "Kenalin gue Juna devangga. Boleh minta nomor WAnya? " Juna menyodorkan ponselnya.
Anindita menatap Juna agak bingung dan linglung. Cewek itu memasang wajah datar tanpa menerima ponsel Juna. Mungkin baru kali ini ia melihat cowok segantelman seperti Juna yang anindita akui cowok itu emang tampan. Tapi ya, jangan buru-buru amat kalau mau pdkt dirinya baru aja duduk di kelas dan di sekolah elit seperti starlight high School. Nantinya malah ilfeel.
"Jun, jangan gas dulu lah gak takut apa bensin lo habis lebih dulu?" Kata teman Juna yang duduk di sebelah Juna tadi.
"Yang ada takut lo embat duluan. " Balas cowok yang duduk di depan cowok tadi mewakili Juna.
Ruang kelas yang awalnya udah mulai tenang kembali ricuh. Ada yang mulai nyanyi-nyanyi untuk melengkapi suasana chimestery ini sampai suara papan tulis di pukul dengan penggaris membuat mereka terpaksa terdiam walaupun masih cekikikan.
"Juna kembali ke tempat duduk kamu!" Perintah Bu Ani guru kimia. "Atau enggak kerjakan soal kimia yang tadi ibu berikan dan jelaskan ke teman-teman kamu. " Ancam bu Ani dengan tegas.
Juna menatap Anindhita lekat sebelum maju kedepan menjawab semua soal kimia yang di berikan sang guru tadi. Cowok itu juga menjelaskan dengan amat sederhana yang membuat mereka paham.
Anindita menatap Juna tanpa kedip. Ia sudah salah menilai tentang cowok itu. Ia pikir Juna adalah cowok bad boy yang tak paham tentang pelajaran tapi ia salah.
Tatapan Juna tertuju pada anindita sehingga tatapan mereka bertemu satu sama lain. Juna tersenyum manis pada Anindhita.
***
"Wah gila Juna untung otaknya encer kalau engga pasti udah di hukum berdiri sambil hormat di depan bendera." Kata Raina setelah mereka makan di kantin dan membeli sebotol air
"Tapi tetap aja gue merinding. Masa ada anak baru belum aja 20 menit di sekolah udah dimintai nomor WA di tatap begitu lagi?" Anindita yang membayangkan merinding ia tak habis fikir dengan cowok itu.
"Kayak liat hantu aja. Padahal ganteng gitu apalagi waktu ia basket. Tuh liat ganteng kan? " Raina menunjukkan kearah lapangan basket.
"Gak usah nunjuk-nunjuk napa?" Kata anindhita agak gak suka. Cewek itu paling malas manjadi pusat perhatian apalagi setelah kejadian di kelasnya.
Anindhita menatap sekilas kearah lapangan basket sebelum cewek itu mengalihkan pandangan kearah lain karena lagi-lagi juna menatapnya apalagi dengan kerlingan mata yang semakin membuatnya merinding.
"Nin, Juna juga pernah mendapatkan mendali emas lomba karate." Ujar Rain semakin membuat Anindhita tak percaya.
"Gak semua aja perlombaan ia embat." Kata Anindhita datar.
"Makanya fans Juna buanyak. Jadi lo jangan pernah naksir Juna takut lo ke hate apalagi Juna kayak ngejar lo banget. Padahal sebelumnya ia gak kayak gini."
Anindita menghela nafas. Menatap sepupunya dengan lekat. "Santai aja gak akan pernah naksir sama tuh cowok yang bernama Juna devangga." Kata anindhita percaya diri.
"Gue pegang omongan lo. " Anindhita mengangguk percaya diri sebagai jawabannya.
Baru satu hari di sekolah ia sudah mendapatkan banyak informasi salah satunya informasi seorang Juna devangga si most wanted yang dibanggakan di sekolahnya ini apalagi prestasinya yang begitu banyak membuat dia semakin di sukai banyak orang apalagi di kalangan para siswi.
Juna juga seorang manusia walaupun ia terlihat sempurna ia juga memiliki kekurangan di balik senyumnya yang manis itu. Entah apa itu tak ada yang mengetahuinya.
***
Juna devangga
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories of Rain
FanficKepindahan ke kota ini salah satu hal yang gue tentang. Sebab gue selalu teringat akan kenangan sekaligus sebuah tragedi yang membuat gue trauma. Bukan cuma itu saja alasan gue menentang pindah ke kota ini. Jikalau pindah pasti sekolah gue juga iku...