02

101 8 2
                                    

Hari ini, Gia kurang bersemangat untuk pergi ke kampus. Perempuan itu masih lelah batin karena kejadian tadi malam. Semalam, Gia banyak menangis meskipun lelaki itu brengsek. Meskipun begitu, Bagas tetap lah orang yang pernah mencintainya, dulu.

"Gia, gue panggilin dari tadi juga. Lagi mikirin apa, sih?" tanya perempuan yang baru duduk di sampingnya, Faye. Satu-satunya teman yang Gia punya sejak masuk perkuliahan. "muka lo kenapa? Mata lo bengkak? Tangan lo juga kenapa, anjir..."

"Gue putus sama Bagas. Dia selingkuh." ucap Gia. Tidak ada jawaban dari Faye. Perempuan itu menoleh ke temannya yang juga melirik ke arahnya dengan datar, "kok lo diem aja, sih? Kasih reaksi, gitu."

"Congratulation! Akhirnya lo lepas dari neraka itu. Udah gue bilangin berkali-kali, putus, putus, putus. Nggak pernah lo dengerin. Udah gue bilangin, sekalinya selingkuh, selamanya pasti selingkuh. Udah gue bilangin, jangan percaya sama bajingan itu. Apalagi si Bagas anak teknik. Udah, case closed. Percaya kok sama anak teknik!" Faye memang salah satu perempuan yang pernah percaya dengan mahasiswa teknik meskipun tetap berakhir tragis.

"Sorry, sorry..."

Faye terdiam sebelum akhirnya memeluk Gia dari samping dan mengusap kepalanya, "lupain aja, he don't deserve you. Kalau ketemu, bakal gue patahin tulangnya karena udah buat kesayangan gue luka."

Gia melepaskan pelukannya, "tapi kemarin malem gue nggak sendiri..."

Pernyataan Gia membuat Faye diam. Akhirnya perempuan itu menceritakan yang sebenarnya terjadi dalam hitungan jam. Persis seperti kejadian tadi malam, tanpa dibuat-buat.

Belum juga Faye memberikan reaksi, dosen pengajar mata kuliah umum baru saja datang. Gia yang mengalihkan atensinya pada dosen itu, langsung memicingkan matanya. Setelah melakukan ujian tengah semester, biasanya akan ada pergantian dosen, namun yang dia ikuti sekarang ini adalah mata kuliah umum, jarang ada pergantian dosen. Oleh sebab itu, ruangan kelas MKU sedikit heran dengan pergantian dosen tersebut.

"Selamat sore, teman-teman. Perkenalkan, saya Hilmy Subagyantoro dari FISIP sebagai dosen pengganti Pak Doni. MKU biasanya jarang ada dosen pengganti, tapi karena Pak Doni sedang berhalangan, jadi saya akan mengisi kelas ini sampai UAS."

Faye membisikkan sesuatu bahwa beliau merupakan dosen yang baru masuk beberapa minggu lalu di prodinya.

"Kok gue nggak tahu?" tanya Gia.

"Emang lo pernah peduli sama fakultas?"

"Nggak, sih"

"Ya udah. Tapi Pak Hilmy juga nggak kalah ganteng, nggak, sih dari Pak Doni. Baru masuk aja udah jadi bahan omongan karena masih muda, ganteng lagi. Meskipun rumornya killer, sih..."

"Pak Hilmy yang nolongin gue semalem." ujar Gia yang membuat Faye terdiam sebentar sebelum akhirnya tidak sengaja melantangkan suaranya karena terkejut. Tentu, suasana kelas yang tadinya damai karena memerhatikan Pak Hilmy, langsung berbisik dan menertawakan mereka berdua. Faye yang bertingkah, Gia malah ikut malu.

Dosen muda tersebut yang awalnya hendak mempersiapkan materi dari laptopnya, langsung mengalihkan pandangan padanya.

"Sebagai peringatan awal, saya nggak suka ada mahasiswa yang banyak bicara. Cermati kuliah saya, jangan bicara, dan jangan pernah main hp jika tidak diperlukan."

Suasana kelas yang awalnya terdengar oleh beberapa suara, langsung sepi mamring.

"Sexy..." gumam Gia pelan yang mendapat sikutan dari Faye.

Perkuliahan dimulai secara normal seperti pada umumnya, namun Gia mengabaikan peringatan awal yang telah disampaikan oleh dosen muda tersebut. Perempuan itu sibuk dengan ponselnya. Faye sudah memperingatkannya agar perempuan itu meletakkan ponselnya karena beberapa saat lalu, dia mendapati Pak Hilmy melirik ke arahnya.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang