"gw gak nyangka,ternyata Lo itu bungsu Agdibrata" celetuk Wiliam membuat suasana yang tadinya canggung bagi Wiliam jadi sedikit tenang.
Malam hari ini Mereka berdua tengah berjalan menuju rumah sakit tempat tubuh mereka di rawat.
"Pasti hidup Lo enak,dimanja, diturutin ini itu,gak kayak gw" sambungnya dengan lirihan diakhir.
Agali melirik sosok pemuda jangkung tersebut,ia tau betul bagaimana menderitanya Wiliam di dalam hubungan kekeluargaannya.
Dianggap anak pembawa sial,karna kelahirannya membuat sang ibunda meninggal,itu sungguh alasan yang tidak masuk akal,semua yang terjadi adalah takdir,tidak seharusnya mereka menyalahkan sesosok bayi yang bahkan belum mengerti apa apa.
"Tinggalkan aja keluarga bodohmu itu,jangan menjadi bodoh dengan alasan masih mengharapkan kasih sayang mereka,sampai kapanpun,usahamu itu akan sia sia,biarkan saja,diam dan lepaskan,maka seiring berjalannya waktu,mereka juga akan menyadari kebodohan mereka yang bahkan lebih bodoh dari pada hewan"
Nasehat agali panjang lebar,tidak biasanya ia berbicara panjang dalam satu tarikan nafas,dan untuk pertama kalinya ia bersikap normal dan sedikit dewasa di kehidupan kedua ini.
Semoga saja Wiliam mengerti dan tak perlu bertanya lagi karna dia lelah harus menjawab pertanyaan dari orang bodoh yang mengharapkan kasih sayang dari keluarga macam tai itu.
"Tapi......" -wiliam
"Kalau kamu gak ninggalin tuh keluarga,maka kamu akan mati muda" sela agali berfirasat buruk dengan yang akan dilontarkan oleh Wiliam.
Wiliam berfikir,benar apa yang dikatakan agali,jika ia mati muda,maka ia tak pernah sedikitpun merasakan apa itu kasih sayang seumur hidupnya.
Satu saja yang membuatnya ragu
"Gw belum siap buat ninggalin mereka...." Gumamnya sembari menundukan kepalanya terlihat begitu menyedihkan.
Sebenci bencinya Wiliam,mereka masihlah keluarganya,dia tak mau di cap anak buruk tidak tau terimakasih,sudah cukup dengan title anak sialan.
Tapi....
Puk!
Gali menepuk punggung Wiliam lalu beralih mengusap Surai hitam itu dengan penuh perhatian walau harus jinjit, Wiliam nya sih ketinggian,udah kek tiang bendera aja.
Wiliam tertegun
Reflek menghentikan langkahnya begitupun dengan agali.
"Jangan takut, datanglah padaku,aku siap menerima mu"
kata agali dengan suara lembut serta senyuman menawannya diterangi cahaya rembulan membuat agali berkali kali lipat lebih mempesona.
Membuat Wiliam lagi lagi tertegun,belum pernah ada yang melakukan interaksi seperti itu padanya, tatapan lembut itu,nada tanpa bentakan,senyumannya, perilakunya,dia menyukai nya.
Hingga tanpa sadar netranya berkaca kaca
Hatinya bergemuruh, bahagia,sedih,marah,kecewa,semua bercampur menjadi satu.
"Kemarilah" agali membenamkan wajah Wiliam ke ceruk lehernya,dapat dia rasakan leher dan bahunya basah dan tubuh Wiliam bergetar.
Wiliam menangis
Dengan gerakan cepat Wiliam memeluk tubuh mungil agali dengan erat,ia menangis meraung Raung membuat siapa saja yang mendengar nya akan merasakan bagaimana menderitanya Wiliam.
Beruntungnya sekarang mereka masih menjadi arwah gentayangan,jadi nanti Wiliam gak malu malu amat pas udah tenang.
Di sela sela tangis Wiliam,ia menggumamkan kata Terima kasih berkali kali dengan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI MANIS AGDIBRATA-up Sesuai Mood
Fiksi RemajaAgali Devan adariel seorang pemeran sampingan atau juga bisa disebut npc yang memiliki ceritanya sendiri dirasuki oleh jiwa dari belahan dunia lain yang memiliki sifat dan kebiasaan yang tidak biasa,membuat takdir seorang agali berubah total karna u...