Petir terus menyambar, langit terus bergemuruh dibalik gelapnya, ditambah hujan yang sangat deras.
Shiren menundukkan kepalanya sambil terus berdoa untuk keselamatan suaminya, yang kini sedang berjuang di dalam ruang IGD.
Ditemani oleh kedua orangtuanya dan teman temannya, mereka tidak henti hentinya berdoa untuk Jendra.
Shiren menatap pintu ruang IGD yang belum juga terbuka, ia menunggu kabar dokter yang menangani Jendra.
Shiren sangat khawatir dengan air mata yang kembali menetes setelah dihapusnya.
"Kamu tenang sayang, Jendra pasti selamat, kita disini juga khawatir, tapi kamu harus yakin." Ucap Maya.
"Udah 1 jam kita nunggu, tapi dokter belum juga keluar ma, Shiren khawatir." Ucap Shiren.
"Shiren kamu percaya sama Jendra?" Tanya Ismi, yang diangguki oleh Shiren.
"Jendra pasti selamat sayang." Ucap Ismi lagi.
Shiren menarik napasnya dalam dalam, ia berusaha untuk tenang. Ia percaya pada Jendra, kalau pria itu bisa selamat.
Walaupun luka pada tubuh Jendra cukup parah, namun itu tidak menghentikan semangat Shiren untuk terus berdoa.
"Makan." Ucap Kevan sambil memberikan sebungkus roti kepada Shiren.
"Gue ga nafsu makan, buat lo aja." Ucap Shiren sambil menggelengkan kepalanya.
"Lo harus makan, kalau lo mau liat suami lo, setelah dia sadar nanti." Ucap Kevan lagi.
"Lo pikir gue bakalan semudah itu untuk mati, kalau ga makan malem ini? " Tanya Shiren.
"Kalian ini bisa bisanya berantem disaat kayak gini, Kevan simpen aja makanan nya disitu." Ucap Maya.
"Batu." Ucap Kevan sebelum melangkahkan kakinya pergi dari sana.
"Lo batu." Jawab Shiren, lalu kembali terdiam dan memeluk ibunya itu.
Shiren menyandarkan kepalanya pada pundak ibunya, sambil menatap pintu ruang IGD. Ia berharap dokter segera keluar dan memberikan kabar baik tentang Jendra.
Baru saja matanya terpejam, akhirnya apa yang ia tunggu tunggu keluar. Dokter dengan senyum diwajahnya menatap semua orang.
Shiren dengan cepat membuka matanya dan beranjak dari duduknya. Ia menghampiri dokter itu dengan rasa penasaran.
"Bagaimana kondisi Jendra dok?" Tanya Shiren.
"Kondisi pak Jendra baik baik saja, pak Jendra bisa bertahan dari luka yang dideritanya." Ucap Dokter itu, yang membuat Shiren menghembuskan napas leganya.
"Kalau gitu saya boleh masuk dok?" Tanya Shiren dengan terburu-buru.
"Kamu sabar sayang." Ucap Ismi.
"Boleh silahkan, tapi jangan semuanya ya, berikan sedikit ruang untuk pasien." Ucap dokter itu.
"Baik dok." Ucap Maya.
"Kalian berempat tunggu diluar dulu." Ucap Wisnu.
Shiren dengan cepat masuk kedalam, ia sudah tidak sabar ingin melihat suaminya itu.
Ia menatap Jendra yang kini terbaring di bangkar rumah sakit dengan matanya yang sudah terbuka.
Jendra sudah sadar lebih cepat dari dugaannya, ia tidak menduga jika pria itu sangat kuat.
"Lo bikin khawatir tau ga?" Ucap Shiren sambil menatap Jendra.
"Lo tau seberapa khawatir nya kita saat lo jatuh dari jurang itu? Kita nyariin lo tau ga?" Ucap Shiren lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Anak Manja (End)
Fiksi RemajaLagi Revisi ya, kalau berantakan harap maklum... "Wtf! Sialan! Brengsek! Kenapa bisa gue bertransmigrasi ke tubuh si antagonis, cuman gara-gara tabrakan sama tiang listrik?" Kesalnya. "Kenapa gue harus masuk ke novel yang ga jelas alurnya gimana? Gu...