"Sakura kami akan merindukanmu."
Delapan kali dalam waktu satu jam, lima kali dalam waktu tigapuluh menit. Dua kali dalam sepuluh menit. Kalimat itu menjadi satu-satunya suara mengisi kepalanya sepanjang tatapannya menerawang jauh ke udara. Mencari-cari siluet kedua temannya tidak, kedua sahabatnya pergi menjauh dari Universiti Harvard dan juga dari pandangannya. Atensi, aroma, suara, dan rasa nyaman yang Sakura rasakan tadi terkikis sedikit demi sedikit. Dari sekecil biji jagung melebar tidak beraturan dan berubah menjadi satu lubang menganga secara permanen dibahagian sudut terdalam organnya iaitu hatinya.
Denyutan diiringi remasan mengunci semua indera-nya. Kelumpuhan bisa dia rasakan di tumit kakinya. Lehernya seakan dicekik satu tangan teransparan sedangkan kelopak matanya melotot ke depan dipaksa agar bisa beradaptasi terhadap realitas yang selama ini Sakura tolak mentah-mentah. Tidak, mungkin sebenarnya pengabaian inilah yang menjadikan raganya tetap utuh meskipun jiwanya sudah habis terkikis oleh rasa sakit yang tidak pernah absen menggerogoti hidupnya.
Enampuluh enam hari, delapan jam adalah hari terakhir atau pertemuan terakhirnya dengan pria bernama Uchiha Sasuke. Konglomerat berasal dari Bangsawan di Tokyo, Jepang. Beralamat di Distrik elit yang berada di pusat Kota. Lebih detailnya. Diapit oleh Perumahan dan Gedung-Gedung pencakar langit milik pengusaha terkenal yang selalu muncul di televisi. Memiliki sebanyak duapuluh dua sekuriti dan dijaga selama duapuluh empat jam tanpa henti. Diawasi oleh CCTV di segala penjuru. Sebuah Mansion mewah yang sejauh mata memandang bisa membuatmu lupa identitasmu.
Sakura tersenyum miris, dia sering kali menemukan dirinya melamunkan sesuatu yang tidak pernah ada hanya wujud dari imajinasinya. Beberapa kali selama sebulan ini. Pemandangannya tetap sama. Aroma kebangsawanan tercium dalam radius seratus meter dari posisi. Gambarannya seperti satu kenangan yang sememangnya harus ada di dalam pikirannya bahkan sebelum dia dapat bernapas atau belajar merangkak. Seakan-akan angan dan mimpi itu tidak bisa saling bergandingan layaknya realitas dan kepalsuan yang berbanding terbalik.
Sudut bibirnya berkedut, dia bukan gadis yang suka menghiburkan dirinya sendiri hanya untuk tersenyum dan bahagia seperti apa yang selalu ibunya ajarkan padanya dari dulu. Ibunya menganggap bahwa bersedih hanyalah satu hal biasa seperti fenomena Alam biasa yang sering kali terjadi di dunia. Dan menekankan bahwa kebahagiaan itu tidak akan pernah setara dengan kesedihan. Manusia itu adalah makhluk lemah yang selalu belajar dari apa yang mereka lihat.
Manusia selalu terkontaminasi.
Energi jahat dan energi baik saling bersinggungan layaknya Yin dan Yang. Ada lima emosi yang menjadi ciri khas manusia. Bahagia, Tertawa, sedih, sakit dan menangis. Ibunya mendedikasi hidupnya hanya untuk memberinya ribuan kata bermakna yang berhubungan dengan emosi Negatif maupun Positif. Menurutnya manusia bisa bersedih, menangis, terluka tapi manusia juga harus bahagia, tertawa. Berlarut-larut hanya akan membawa energi Negatif yang hujungnya akan berakibat buruk pada emosi manusia.
Haruno Mebuki adalah cuplikan Malaikat secara tidak sadar turun dari Surga hanya untuk membimbing Sakura dari jalannya yang selalu menyimpang. Pencipta sepertinya sudah mengabaikan intensitasnya sehingga terlahirlah Haruno Mebuki sebagai sosok ibu kandungnya yang lemah lembut, baik, penyayang tetapi sangat rapuh. Mengisi hari-harinya hanya untuk mengajarkannya arti mencari kebahagiaan tanpa harus bersedih berpanjangan.
Tetapi ada satu hal yang tidak pernah ibunya ajarkan padanya. Iaitu mengubati kesepian yang kini mencabik-cabiknya tanpa henti. Kekosongan memakan habis segala hal yang pernah diajarkan ibunya. Ibunya juga tidak pernah mengajarkannya bagaimana untuk bertahan hidup di dunia setelah dia meninggalkan Sakura sendirian meratapi sekaligus mencari makna kehidupan yang sebenarnya tidak akan pernah dia dapatkan secara individual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
FanfictionSasusaku Fanfiction (Slow update) Pernahkah kalian berpikir bahwa takdir itu sangat kejam? Haruno Sakura selalu merasa bahwa Dunia memang sangat membencinya hingga keberadaannya saja sudah menjadi satu kesalahan terbesar. Awalnya dia tidak mengharap...