Bab 5

337 53 7
                                    



"Ini adalah karma atas perbuatan ibumu. Terimalah takdirmu, Haruno Sakura."

Dengungan nyaring dengan nada memekik memeluk seluruh indera pendengarannya, bola zamrud itu tersorot kosong ke udara. Merenung tanpa ingin mengelak dari rasa sakit hujung pena yang sengaja dia tekankan ke salah satu sisi pahanya. Pandangannya berkunang-kunang, dari jarak sini dia bisa merasakan ada ribuan aura mengerikan yang sedang mengejarnya untuk ikut terjun ke dalam lubang kegelapan.

"Ini adalah karna atas perbuatan ibumu. Terimalah takdirmu, Haruno Sakura."

Seringaian mengerikan selalu muncul setiap kali dia memejamkan mata mengejeknya tanpa henti. Menamparnya akan kenyataan yang juga sampai detik ini belum mampu dia cerna. Tatapan onyx semula hangat berubah dingin dan tidak lagi dikenalinya. Sosoknya terlalu jauh dan tidak lagi bisa digapai olehnya. Denyutan berkali-kali menusuk-nusuk dada, memikirkannya memberi penderitaan sama di seluruh anggota tubuhnya. Kepalanya berdenyut, hanya menyisakan kekosongan.

Apa yang sedang terjadi? Apa yang dia lewatkan? Apa yang telah dia lakukan hingga membuat dunia begitu membencinya.

Udara dingin mencekam memeluk seluruh tubuhnya, Sakura mengigil tapi tidak ingin menyentuh lengannya, dia cukup menyukai kesunyian ini, di mana tiada seorangpun yang akan menghakiminya atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Orang tidak akan berkomentar mengapa dirinya menjadi seperti ini, dia hanya perlu diam menatap lurus ke udara.

"Walau apapun yang terjadi, jangan pernah berhenti tersenyum."

Kedua belah bibirnya gementar, matanya memanas tanpa sadar telah meloloskan isakan kecil dibibirnya. Rasa sakit di pahanya menjadi pelampiasan atas rasa sakit yang sedang memukulnya berkali-kali. Sakura tidak tahu bagaimana mengusir suara-suara Uchiha Mikoto di kepalanya atau tatapan tidak terbaca Uchiha Sasuke. Hidungnya memerah, "Ibu..." Cicitnya.

"Haruno Sakura."

Cairan liquid jatuh begitu mudah seakan sosoknya memang diciptakan hanya untuk menangisi takdirnya yang dipermainkan semua orang. Dia menunduk, memejamkan mata sambil meremas dadanya, mencengkeramnya sekuat tenaga berharap rasa sesak di sana berkurang oleh sakit. Rambutnya bergerak liar merespon gerakannya.

"Haruno Sakura!"

Napas tajam terdengar di seluruh penjuru kelas, sebelum Sakura sempat memperbaiki kondisi kacaunya, dia sontak bangkit berdiri dengan napas ditahan. "Ya!" Jawabnya serak, mengerjab pelan hingga dua titis airmata jatuh ke pipinya yang memerah.

Ada duapuluh lebih pasang mata sedang mengawasinya dengan berbagai ekspresi, namun tiada bisikan selain udara dingin tadi semakin dingin mengigit kulitnya. Di depan ada seorang wanita berambut pirang panjang mengenakan kacamata teransparan, dia mengenakan blouse putih dipadukan celana jeans denim panjang. Mata hazelnya memincing.

"Temui aku di ruanganku setelah kelas selesai."

Sakura mendapati punggungnya membeku di bawah seluruh pandangan teman sekelasnya dari sisi kiri dan kanannya. Punggung tangannya masuk ke dalam saku skirt-nya menyembunyikan gementarnya. "Aku mengerti Mrs Jessica." Ujarnya lemah tapi tegas.

"Semua bubar." Mrs Jessica adalah guru tidak terlalu banyak bicara dan lebih suka mengamati murid-muridnya. Dia juga jarang memanggil murid yang melakukan kesalahan ke ruangannya meskipun itu sangat fatal. Dia lebih suka memberi mereka tugas sekolah merepotkan sebagai gantinya.

Mendadak Sakura tidak merasakan pijakan lagi ketika dia melangkah mencari ruangan Guru Jessica, tungkainya menimbulkan bunyi krak samar karena dia terjatuh dari atas kasurnya semalam. Sakura meringis berjalan di sepanjang koridor. Kelopak matanya turun hanya menyisakan bola zamrud yang mati. Begitu pintu ruangan tepat di depan, dia ingin mengetuk tapi interupsi suara di belakangnya menghentikannya.

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang