Bab 2 : Tak Terduga

22 13 20
                                    

Seberapa tinggi tingkat keberuntungan yang kamu miliki sampai-sampai kamu merasa bahwa para bintang bekerja untuk dirimu?

Dan bagaimana reaksimu saat kamu berhasil memenangkan undian? Apakah kamu akan berteriak gembira? Menari-nari? Atau mungkin bersyukur dalam diam?

Mungkin saat mendapatkan pertanyaan ini, kamu akan memberikan satu jawaban saja, entah itu berteriak dengan gembira, menari-nari, bersyukur, atau mungkin ungkapan syukur yang lain. Akan tetapi jika Asha yang mendapatkan pertanyaan ini, dia tak akan memberikan satu jawaban karena dia melakukan semua hal yang baru saja disebutkan.

Seperti biasanya, setelah memakan sarapan, Asha akan membuka ponselnya dan mencermati setiap notifikasi yang masuk, membaca berita terbaru, dan tentunya memberikan like untuk unggahan yang berkaitan dengan James. Apalagi jika idolanya itu baru saja menyelesaikan salah satu jadwalnya, unggahan baru akan muncul.

"Ya Tuhan ... Apa ini?" Asha terkesiap saat melihat unggahan dari akun agensi yang menaungi James. Jumpa Penggemar Eksklusif! Kami ucapkan selamat untuk 100 penggemar yang terpilih! Begitulah judul unggahan terbaru dari akun yang sudah diikuti Asha beberapa tahun belakangan ini. Tapi ada satu hal yang dirasa aneh oleh gadis itu. Sudah beberapa kali dia mengeceknya dengan cermat, membuatnya tak percaya dan merasa sebagai manusia paling beruntung di dunia.

Namanya ada di dalam daftar 100 penggemar yang terpilih!

Tak bisa menahan rasa bahagia, Asha memekik gembira, mengucapkan rasa bersyukurnya sembari menari kecil. Gadis itu segera menghubungi orang tuanya. Saat suara ibunya terdengar dari ponsel, Asha segera memberitahukan hal luar biasa yang baru saja dia dapatkan.

"Apakah acara itu aman? Ibu khawatir itu hanya tipuan belaka." Asha mendesah pelan saat mendengar balasan dari ibunya. "Kamu di sana sendirian. Perempuan pula. Lalu kamu bukan di luar kota, tapi di luar negri. Bagaimana orang tua sepertiku tidak mengkhawatirkan anak gadis sepertimu?"

"Aku sudah berumur dua puluh dua tahun, Ibu. Pengumuman ini juga diunggah di akun resmi agensi. Aku akan kirim unggahannya, lalu biarkan Franklin yang mengecek ulang. Acaranya juga sekitar tiga hari lagi, jadi aku pulang sesuai dengan rencana awal." Asha berusaha menjelaskan dengan hati-hati supaya tidak ada perdebatan yang menguras tenaga.

"Baiklah, selalu kabari ibu tentang apapun yang kamu lakukan. Bangun tidur, makan, pergi, pulang, di kendaraan, juga sebelum tidur. Mengerti? Juga segera kirim informasi barusan supaya kakakmu bisa mengeceknya untuk ibu."

"Siap Ibu! Terima kasih banyak dan jangan khawatir!"

Sambungan telepon pun terputus dan Asha kembali berfokus ke halaman pengumuman tadi. Setelah mengirimkan ke ibunya, Asha menatap ke arah luar dari jendela kamar yang disewanya untuk dua minggu. Lingkungan yang asing, di sebuah negara asing. Akhirnya dia bisa merealisasikan salah satu impiannya juga, yaitu berwisata ke luar negri.

Ya, kalian tidak salah. Asha adalah turis mancanegara di sini.

Bukan hanya untuk bertemu dengan James di jumpa penggemar dan berwisata, gadis itu ingin melakukan survei untuk barang-barang yang dijual di pasar, khususnya aksesoris karena terkenal dengan harganya yang lebih murah dibanding dari negara asalnya dengan design yang lucu juga.

Rencananya hari ini Asha akan pergi ke pasar, tapi karena dia baru saja mendapatkan kejutan luar biasa tentunya ada hal lain yang perlu dipikirkan. Apa yang harus dia sampaikan kepada James di acara jumpa penggemar nanti? Apa juga hadiah yang perlu dia bawa dan berikan untuk idolanya itu?

"Ah, ini memang kejutan dan aku tidak membawa apa-apa untuk hadiah kecuali uang." Asha mendesah pelan, tampak putus asa dengan usahanya mencari ide hadiah untuk diberikan kepada James. "Mungkin aku harus pergi dan mencari inspirasi di luar."

Seperti yang sudah direncanakan oleh Asha sebelumnya, hari adalah jadwal untuk melakukan survei. Topi, pakaian yang nyaman, tas, dan segala hal lain yang diperlukan sudah siap. Dengan bantuan maps, gadis itu pun tiba di tempat tujuannya.

Meski tidak terlalu nyaman dalam keramaian, Asha bertahan. Matanya melihat ke segala penjuru, mengamati dengan cepat. Kemudian dia berbelok ke sebuah toko aksesoris dan matanya benar-benar dimanjakan oleh hiasan-hiasan imut yang sangat digemari oleh gadis-gadis remaja.

Setelah membeli beberapa aksesoris, Asha kembali menjelajahi tempat tersebut dan kembali berhenti di toko pakaian. Dia mencari baju untuk anggota keluarganya di rumah, dia mencari warna dan ukuran yang cocok untuk keluarganya. Gadis itu juga tidak lupa membeli untuk dirinya sendiri, dan membeli baju di tempat ini juga termasuk dalam salah satu checklist miliknya.

Kini Asha membawa tas dengan ukuran besar di tangannya yang berisi barang belanjaan. Sedikit merepotkan karena membuat tangannya pegal sehingga dia bergonta-ganti tangan untuk menenteng tas tersebut. Tak dirasa olehnya waktu berjalan begitu cepat, matahari semakin membakar kulitnya. Gadis itu berhenti sejenak dan tiba-tiba saja seseorang menyenggol badannya sehingga dia terjatuh. Kulit di area lututnya tergores karena Asha memakai celana pendek.

"Maaf sekali, kamu baik-baik saja?" Ternyata yang tak sengaja menyenggol Asha adalah seorang pria, tangan pria itu segera membantu Asha untuk berdiri. Dan satu lagi, suaranya terdengar familiar. "Oh, lututmu lecet! Tunggu di sini aku akan-"

Pria itu berhenti berbicara ketika tak sengaja bertatapan dengan Asha. "Kak James," bisik Asha pada dirinya sendiri. Baiklah, keberuntungan yang lain! Sesaat setelah sadar bahwa dirinya menatap sang idola terlalu lama, Asha menundukkan kepalanya. "I-I am sorry, and it's fine."

"No ... No, please wait here. I'll be right back." James meminta Asha untuk duduk di kursi umum terdekat dan menghilang ke sebuah toko kecil. Asha tak bisa berbuat apa-apa, kepalanya terasa kosong. Dia sangat terkejut. Saking terkejutnya, gadis itu tidak sadar kalau ada orang lain yang berdiri di dekatnya.

Daniel.

Pria itu berdiri tak jauh dari Asha, matanya menatap gadis itu lekat-lekat. Dia cukup terheran-heran mengapa James memberikan reaksi seperti tadi? Mengapa James terlalu baik pada seorang turis? Dan tampaknya, gadis yang sedang duduk ini juga tahu identitas James.

"I'm back and ... I will close the wound. Make sure you treat it well later." James segera berjongkok dan menutupi bagian yang terluka dengan plester penutup luka. Dia mendongak dan kembali menatap wajah Asha.

"Kak James waktu kita sedikit, kita harus cepat!" Daniel berkata dengan tidak sabar sembari melihat jam di ponselnya. James pun berdiri, kembali meminta maaf dan pergi terburu-buru bersama Daniel.

Sementara itu Asha masih duduk, dia tak percaya bisa bertemu lagi dengan James. Namun kemudian gadis itu menggelengkan kepalanya, mengembalikan kesadarannya karena dia harus segera kembali ke penginapan.

Falling For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang