bab 64

2.7K 449 50
                                    


   Sampai malam hari ternyata Renjun masih marah sama papanya, bahkan anak itu tidak mau dekat dekat dengan papanya membuat yang lain heran.

"Gimana ma?" Chanyeol menatap istrinya yang baru saja mengantarkan makan malam untuk kedua putranya.

"Gak mau keluar, katanya mau sama jie saja" ujar Wendy sebelum berlalu pergi ke dapur untuk menaruh nampan berisi dua piring kotor tersebut.

"Ada apa sih pa" Chenle yang juga ikut penasaran, pasalnya saat tadi dia hendak melihat saudaranya itu pintu kamarnya terkunci.

"Masalah tentang ekskul dance, papa sudah membujuk adik kalian, tapi ternyata sedikit susah, tadi Jisung juga sempat menangis, itu yang buat Renjun marah sama papa" Chanyeol hanya bisa menghela nafas berat mengingat kejadian tadi pagi bahkan kedua putranya sampai melewatkan makan siang padahal Jisung sedang sakit.

"Biar Mark aja yang bicara pa, Jisung masih labil, nanti coba Mark yang bicara pelan pelan, siapa tau mau" ujar Mark yang sudah bangkit hendak ke kamar Jisung.

"Ikut hyung" Chenle memegang baju Mark.

"Gak usah, di sini aja, hyung coba bujuk kembaran kamu" Mark meninggal Chenle yang mendengus sebal, katanya adiknya itu sempat menangis, dia ingin lihat karena terakhir kali Jisung nangis saat jatuh ketika mereka mengejar bola.

"Ini Jie, ini Jun" Renjun menyerahkan satu bonekanya pada Jisung yang hanya diam saja.

"Jie angan nanyis, Jun cedih, papa nakal" kesalnya, dia lebih suka melihat adiknya itu tersenyum ketika bermain bersamanya.

"Jie ngantuk, mau peluk hyung saja" ujarnya menarik hyungnya agar ikut berbaring dan langsung memeluknya.

"Jie antuk" tangan Renjun menepuk nepuk pelan kepala Jisung seperti biasanya mamanya lakukan ketika dirinya mengantuk.

  Jisung sendiri justru tersenyum dan semakin memeluk erat tubuh mungil hyungnya.

Tok tok tok

  Mereka berdua saling pandang menatap ke arah pintu kamar yang di ketuk dari luar.

"Jie bobok, Jun aja" Renjun dengan hati hati turun dari kasur adiknya karena tadi sempat terlilit selimut.

  Renjun dengan hati hati mengintip dari lubang kunci yang dia cabut.

"Ciapa?" Ujarnya membuat seseorang yang berdiri di luar terkekeh pelan.

"Do you wanna build a snowman"

    Renjun menyembulkan kepalanya melihat siapa yang berada di luar.

"Elsa dak ada, h hyung?" Renjun menatap hyungnya yang tersenyum ke arahnya.

"Boleh hyung masuk adik manis" pintanya namun Renjun langsung menatap tajam hyung.

"Nanti jie nanyis, papa nakal" ujarnya dengan menggelengkan kepalanya.

"Gak hyung gak bakal bikin adik nangis nanti, malah hyung bawa hadiah loh" Mark mengusap rambut Renjun.

   Renjun sendiri tengah berpikir sambil tangannya di taruh di dagunya, entah siapa yang dia contoh bahkan Mark saja tidak percaya melihat itu.

   Mark tersenyum saat Renjun membuka pintu kamar tersebut dan melihat adik bungsunya yang hanya menatapnya.

"Terimakasih ya" ujarnya.

   Renjun hanya diam mengikuti hyung nya itu, dia takut nanti hyungnya buat adiknya nangis juga seperti papanya.

  Mark sendiri hanya membiarkan saja lagi pula Renjun tidak akan faham dengan yang dia bicarakan dengan Jisung.

"Udah enakan" tanyanya namun Jisung hanya mengangguk pelan.

"Kalau hyung cuma mau bicarakan hal yang sama, lebih baik keluar, Jisung mau istirahat" ujarnya hendak menarik selimutnya namun Mark menahannya.

"Adik hyung yang satu ini udah besar kan? Padahal dulu harus lari larian dulu agar mau memakai popok, Jisung dengerin hyung, papa mama semuanya khawatir sama kamu, kamu itu jarang sakit tapi sekalinya sakit langsung lama, kan papa udah janji ada gantinya, malah mau buatin ruangan dance kan? Mau dengerin penawaran hyung gak, hyung punya teman, om nya itu punya sanggar tari, ya berbagai genre sih ada yang modern dan tari tradisional, kalau kamu mau keluar dari ekskul di sekolah, hyung akan bicarakan dengan papa, jadwalnya juga cuma weekend, jadi bebas mau pilih ikut yang haru sabtu atau Minggu, kalau mau hyung sendiri yang akan daftarin kamu, atau mau liat liat dulu gak apa apa, gi mana? Bukankah itu lebih baik hm, kamu bisa lebih bersinar nanti" Mark mengusap surai adiknya yang hanya terdiam.

"Tapi hyung"

"Supaya Jisung ada waktu istirahatnya, papa dan mama pasti setuju" bujuknya.

  Memang sejak pembicaraan malam itu dirinya langsung berusaha mencari alternatif lain karena tau pasti akan susah membujuk adiknya.

  Jisung terpaksa mengangguk, membuat Mark tersenyum melihat itu.

"Injun mau gak lukis lukis di tempat yang luas" Mark kini menatap Renjun yang langsung mengangguk setuju.

"Nanti hyung minta papa daftarin Injun kelas melukis ya" Mark tersenyum sebelum meninggalkan kedua adiknya.

"Hyung mau ikut jie gak?" Tanyanya setelah melihat hyungnya keluar.

"Jie pasti gak punya teman di sana, nanti hyung ikut ya nari nari bareng jie" ujarnya sedangkan Renjun yang tidak terlalu mengerti hanya mengangguk saja.

"Jun temani jie anti" ujarnya memeluk tubuh bongsor adiknya, Renjun memang di ijinkan untuk tidur bersama Jisung, tidak tau nanti kalau tiba-tiba pindah kamar.






   Di lantai bawah Mark tersenyum mengangguk ke arah semua keluarganya.

"Gimana caranya" gumam Haechan tanpa sadar.

"Pa, Jisung mau keluar dari ekskul dance, tadi aku beri pilihan, kalau Jisung mau keluar dari ekskul dance biar ada waktu istirahatnya, aku bakal daftarin dia ke sanggar tari milil om nya teman ku pa, di sana bukan hanya belajar tarian tradisional tapi ada yang modern juga yang sering ikut ajang dance" ujar Mark bahkan mereka semua kini mengerti kenapa Jisung sangat gampang di bujuk oleh hyungnya itu.

"Waktunya gak ganggu sekolah kan Mark" gumam Wendy bagaimanapun sekolah juga penting.

"Aman ma, karena latihannya hanya Sabtu Minggu pas weekend kan, Jisung bisa milih mau ikut yang mana, lagian bagus juga kan kalau Jisung belajar tarian tradisional Indonesia juga, latihannya juga hanya 5 jam setelah itu selesai" jelasnya karena memang dia benar-benar bertanya semuanya pada temannya itu.

"Kalau ini papa setuju, ya udah kamu atau papa yang daftarin nanti, atau kita liat sama sama aja besok Minggu depan" ujar Chanyeol.

  Wendy juga setuju, dia merasa sanggar tari lebih baik untuk putranya.

"Daftarin Renjun ke kelas lukis juga pa, tadi Mark sudah janji, kasian anaknya" ujarnya.

"Kalau yang ini papa pikir pikir dulu" gumamnya.








"Hyung bajunya kebalik itu"

  Kini mereka berdua berada di dalam kamar mandi untuk berganti pakaian menjadi piyama tidur.

"Benel Jie" kesalnya karena sedari tadi terus di bilang kebalik.

"Gambarnya ada di depan hyung kayak punya Jie" ujarnya menunjukkan piyama yang di pakai.

"Jun benel Jie" Renjun tidak terima karena terus di bilang terbalik.

"Itu bisa gak di kancing, kan gak bisa, sini jie benerin" Jisung melepaskan kembali piyama hyungnya dan membenarkannya.

  Renjun sendiri hanya diam, benar dia tidak bisa mengancing pakaiannya.

  Setelah memakai piyama barulah mereka berdua mulai menggosok gigi di selangi sesekali bercanda.





   Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Stars Behind the Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang