Bab - 2

58 20 5
                                    

Setelah sholat maghrib berjama'ah di Masjid, Rasyid membawa Aleena ke sebuah taman belakang rumahnya. Disana Aleena duduk disebuah bangku dengan Rasyid dibangku lainnya, mereka saling berdiam diri beberapa menit hingga akhirnya Rasyid membuka percakapan terlebih dahulu

"Saya tidak tau mau berbicara apa sebenarnya, tapi mau kamu terima atau tidak perjodohan ini? Dan jika kamu terima apa alasannya, dan jika ditolak juga apa alasannya"

"Anjir banyak amat pertanyaan nya? Kaya tes kerja aja ck"

"Mulut nya tolong dijaga Aleena Hafizah Albertha, orang tua kamu sangat sopan dan menjaga attitudenya kenapa kamu tidak melakukan itu juga Aleena?"

"Jangan sama samain gue dengan orang tua gue, kita beda ya ck! Gue ini gaul jadi ga kaya mereka atau kaya lo!"

"Gaul yang kamu maksud itu tidak benar"

"Maksud lo? Lo bilang gue anak ga bener gitu!? Wadefak!"

"Mulutnya Hafizah!! Saya tidak mau berdebat sekarang jadi lebih baik kita kembali ke topik utama saja ya"

"Nama aku Aleena! Bukan Hafizah!"

"Terserah! Mau diterima atau tidak perjodohan ini jelasnya!? Saya terima saja perjodohan ini walaupun harus dapat perempuan seperti kamu, jadi kamu terima atau tidak!?"

"Ogah gue sebenernya.... Pendapatan lo berapa dulu sebulan?"

"15 juta perbulan dari ngajar pondok, nulis buku, ngisi acara diluar pondok, joki emel, dan usaha Catering makanan"

"Demi apa Catering makanan!? Joki emel!? 10 juta lagi!? Mauuu dong, nikah kapan kita mas...."

Aleena berkata dengan nada lembut namun terkejut, ia bangkit dari bangkunya dan tiba-tiba langsung memeluk Rasyid erat sembari tersenyum lembut

"Astaghfirullah..."

Rasyid terdiam kebingungan hingga akhirnya dia memegang rambut Aleena dan membelainya pelan, sebelum akhirnya kembali berbicara dengan nada rendah

"Jadi perjodohan nya setuju?"

"Iyaa aku setuju, tapi uang jajan aku sebulan 4 juta sanggup kan?"

"Boleh sebenarnya... Tapi ada beberapa perjanjian yang harus kita buat Al"

"Apa? Sebutin aja mas..."

"Pertama, kita ini perjodohan jadi kalau orang tua kita minta cucu, kamu jawab kalau kita mau nunda dulu. Kedua, saling terbuka itu tetap wajib. Ketiga, jangan selingkuh. Keempat, jaga nafsu dan pakaian, pakai baju yang tertutup dan kamu wajib memakai jilbab"

Ucapan Rasyid langsung membuat Aleena melotot dibagian menjaga pakaian

"Kan suami istri! Ya halal aja aku pake baju kurang bahan..."

"Diluar rumah maksudnya, lagi pula sepertinya kamu cocok pake baju tertutup"

"Ogah!! Lagian aku ga ada pakaian kaya gitu"

"Saya belikan, mau berapa pasang?"

"100 pasang dengan motif berbeda dan warna berbeda, sanggup ga lo? "

"Besok saya belikan, sekarang kamu masuk kamar saja sana. Saya akan membahas pernikahan ini akan dilaksanakan kapan"

"Besok aja gapapa, uang jajan nya juga langsung besok tapi gus"

"Dasar perempuan, saya tidak setuju kalau harus menikah besok tapi"

"Loh kenapa!?"

"Belum siap, lagi pula besok saya ada jadwal kerja jadi Mc diacara pernikahan teman"

"Mau ikutt!!!!"

Teriak Aleena tiba-tiba langsung membuat Rasyid membelalakan matanya karena terkejut

"Jangan berteriak Humaira, tidak baik perempuan Berteriak seperti itu"

"Kenapa memangnya?"

Tanya Aleena polos tanpa rasa bersalah sedikit pun, membuat Rasyid menggelengkan kepalanya

"Dalam surah luqman ayat 19 dijelaskan, jangan berlebihan dalam berbicara, dan jangan meninggikan suara tanpa kebutuhan. Oleh karena itu Allah berfirman :

وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

Setelah mendengar nasehat Rasyid, Aleena langsung terdiam sembari menatap Rasyid. Tapi Rasyid malah mengalihkan tatapannya, agar tidak menatap Aleena

"Maaf ya gus.... Aleena ga tau..."

"Tidak apa apa, jangan di ulangi lagi ya?"

"Iyaa, kalau ga lupa tapi... Kenapa gus ga mau menatap Aleena? Aleena jelek ya?"

"Subhanallah, haram menatap perempuan yang bukan mahramnya. Selain itu Aleena cantik, jadi jangan bilang Aleena jelek"

"Terima kasih... Kenapa ga boleh natap yang bukan mahramnya gus?"

Tanya Aleena yang langsung membuat Rasyid kembali menatapnya, dan tersenyum kecil

"Dalam Mazhab Syafi'iah dan Hanbali, laki-laki dilarang menatap anggota tubuh perempuan yang bukan mahram, termasuk wajah dan telapak tangan. Ada beberapa surah dan Hadist juga yang menjelaskan tapi mungkin akan kita bahas lain kali saja ya Aleena"

"Okey gus, jadi ternyata banyak ya hal yang tidak boleh dilakukan didalam islam. Tapi Aleena baru tau sekarang"

"Memang Aleena... Kamu disini sembari belajar"

"Hmm... Gus? Aleena manggil gus aja gapapa kan?"

"Panggil kakak aja, jangan gus... Jujur saya kurang nyaman sebenarnya"

"Okey, Aleena balik ke kamar ya kak soalnya katanya kakak mau ngobrol sama orang tua Aleena dan orang tua kakak"

"Iya Humaira..."

Setelah Rasyid melihat Aleena kembali masuk kerumah, Rasyid tiba-tiba terkekeh kecil dan ikut masuk kedalam rumah untuk menemui ayahnya

Diruang tamu, Abi Zubair dan ayah Aleena yang bernama Om Deny sedang mengobrol santai. Om Deny langsung tersenyum saat melihat Rasyid masuk dan ikut duduk disebelah Zubair

"Jadi bagaimana Rasyid? Kamu terima?"

Tanya Om Deny sembari tersenyum kepada Rasyid, Rasyid menghela nafas panjang dan akhirnya mengangguk pelan

"Saya terima om, Aleena juga menerimanya... Kami sudah mengobrol tentang beberapa hal dan membuat perjanjian jadi insyaallah kami terima dengan ikhlas"

"Alhamdulillah"

Sahut Abi Zubair dan Om Deny sembari tersenyum, sementara Rasyid hanya menundukkan kepalanya nampak bimbang dan canggung. Abi Zubair kembali membuka percakapan

"Kalau begitu berarti minggu depan lamaran saja ya, untuk menikah itu terserah kamu saja Rasyid... Kamu siap kapan kami terima"

"Baik Abi, akan Rasyid pertimbangkan... Sekarang Rasyid mau kembali ke kamar dulu ya Abi, Om"

Sebelum Rasyid bangkit dari bangkunya, Om Deny kembali memanggilnya

"Rasyid, sebentar lagi adzan maghrib dan Om serta Abi kamu akan ke masjid, apa kamu tidak ikut?"

"Rasyid mau sholat dirumah dulu saja malam ini Om, permisi"

Tanpa basa basi lagi Rasyid langsung masuk kekamar nya dan merebahkan diri, dia tentu khawatir akan perjodohan ini. Karena perjodohan bukanlah hal yang sepele, dia takut tidak bisa membimbing Aleena atau Aleena tidak benar-benar bisa menerimanya

"Antara menolak karena hak ku sebagai anak, atau menerima dengan niat berbakti sebagai anak"
- Aleena Hafizah Albertha

Jangan lupa vote yaaww

Al - Rasyid?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang