Empat

15 2 2
                                    


Beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya Arkan dan Aliya sampai di rumah baru mereka. Laki-laki itu bernapas lega karena sampai rumah dengan selamat. Arkan melirik Aliya yang sedari tadi hanya diam, tak bersuara sedikitpun.

"Ayo turun."

Tanpa menyahut, gadis itu segera turun dari mobil mendahului suaminya. Arkan yang melihat itu hanya bisa menghela napas, kemudian segera turun dari mobil sembari membawa dua koper milik istrinya.

Aliya mengedarkan pandangannya menatap sekitar, rumah minimalis dan halaman yang luas dihiasi dengan bunga-bunga yang cantik.

"Perfect." gumam Aliya dengan senyum merekah.

"Ayo masuk." ujar Arkan yang sudah lebih dulu berada didepan pintu utama. Aliya mengangguk, lalu berjalan menghampiri suaminya itu.

"Kamar saya dimana, pak?" tanya Aliya membuat Arkan menghentikan langkahnya menaiki tangga.

"Di atas, ikut saya."

Aliya menghela napas kasar, kemudian berjalan dibelakang suaminya.

"Saya gak mau sekamar sama bapak."

Langkah laki-laki itu berhenti ketika hendak memasuki sebuah kamar, dan itu sontak membuat Aliya terkejut bukan main_karena hampir saja ia menabrak punggung kekar laki-laki itu.

"Maksud kamu?" tanya Arkan sambil mengerutkan keningnya.

"Ya, saya gak mau sekamar sama pak Arkan-"

"-kamar saya disana aja." lanjutnya sembari menunjuk kamar sebelah.

Arkan menghembuskan napasnya, kemudian berlalu masuk ke kamar bercat putih itu sambil membawa dua koper tadi.

Aliya yang merasa diacuhkan karena tidak disahuti pun ikut berjalan mengikuti laki-laki itu.
"Kok saya dicuekin? Siniin koper saya."

"Bawel." ucap Arkan kemudian meletakkan koper tersebut di samping lemari.

"Ih, kok nyebelin?!"

"Mau kemana?" tanya Arkan saat melihat Aliya mengambil koper itu dan hendak keluar kamar.

"Mau ke kamar saya lah."

"Kamar kamu disini."

"Ini kan kamarnya pak Arkan."

"Kamar kamu juga."

"Saya suami kamu, kalo kamu lupa." lanjut laki-laki itu.

Aliya berdecak kesal, kemudian menatap malas laki-laki dihadapannya itu, "Gak denger? Tadi kan saya bilang, kalo saya gak mau sekamar sama pak Arkan."

Arkan manggut-manggut, "Oh, ya udah kalo gitu saya kasih tau aja bunda, putrinya ini gak mau nurut sama suami, atau saya kasih tau ayah?"

"Dih, ngancem! Sorry, saya gak takut sama gertakan bapak." ujar Aliya kemudian hendak melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

Tut
Tut
Tut...

"Assalamu'alaikum, bunda."

"Wa'alaikumussalam, nak. Ada apa?"

Aliya membulatkan matanya karena mendengar suara sang bunda dibalik telpon, ternyata laki-laki itu benar, bukan sekedar menggertak!

"Jadi, begini bunda-" Arkan menggantung ucapannya karena Aliya yang tengah menatapnya dengan mata melebar, namun setelahnya gadis itu mengatupkan kedua tangan dengan wajah memelas.

"Apa?" tanya Arkan dengan suara hampir berbisik.

"Saya gak jadi pindah ke sebelah."

"Good."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Pilihan BuyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang