Bab 1🍁

3 0 0
                                    


"Sosokny ada

Namun perannya tak terasa"


_Lyna Aurelia Vendraga _


~Happy reading~


Dipagi hari yang sejuk angin berhembus lembut menyapa kulit seorang gadis yang tengah asik dengan dunia mimpinya. Pagi ini Lyna masih memejamkan matanya, padahal jam sudah menunjukan pukul 06.15 pagi.

Handphone yang berada diatas nakas samping tempat tidur berdering kencang dan itu berhasil membuat tidur Lyna terusik.

Dengan langkah lembat Lyna mengambil handphone tersebut dan melihat siapa yang menelepon nya pagi pagi dan mengganggu tidurnya.

"LYLA BANGUNN INI UDAH JAM BERAPA?! NTAR LO TELAT" terdengar suara teriakan wanita dari seberang, yang tak lain adalah sabahat Lyna.

Saat Lyna melihat jam di ponselnya dia terperanjat dan bergegas turun dari ranjang dan melempar ponselnya kesembarang arah.

Ini sudah menjadi kebiasaan seorang gadis yang bernama Lyna Aurelia Vendraga, bangun kesiangan dan terburu-buru dipagi hari.

Setelah selesai melakukan ritual di kamar mandi, Lyna mengambil tas sekolahnya dan menyempatkan dirinya untuk bercermin di cermin besar yang ada disudut kamarnya.

Lyna bergegas keluar kamar menuju ruang makan.
       
Saat sampai diruang makan Lyna tersenyum kala melihat abangnya, Juliandra Farel Vendraga
atau kerap dipanggil Lian yang tengah menyantap sarapannya.

"Pagii bangg." Sapa Lyna disertai senyuman.

"Pagii, ayoo buruan sarapan nya dimakan udah siang keburu telat." Perintah Lian sembari memberikan sepotong roti lengkap dengan selai coklat kesukaan Lyna.

Lyna menerima roti itu lalu menarik bangku yang kosong untuk didudukinya.

Ditengah keheningan, Lyna membuka suara.

"Bang.. semalam ayah ga pulang lagi?" Ujar Lyna ketika sadar sedari tadi tidak melihat sosok laki-laki paruh baya itu.

Mendengar pertanyaan Lyna, Lian hanya menanggapinya dengan anggukan singkat.

Sejak kepergian sang bunda 3 tahun lalu, sifat ayah berubah menjadi dingin dan emosional.

"Ayoo berangkat dari pada telat nanti dihukum Bu Titi terus disuruh muter lapangan emang kamu mau?" Ajak Lian untuk mengalihkan topik agar Lyna tidak merasa sedih.

Lyna pun menggelengkan kepalanya.

Setelah merapikan meja makan mereka berdua pun bergegas untuk berangkat ke sekolah dengan berboncengan menggunakan motor milik Lian.

Orang-orang yang melihat mereka mungkin akan mengira bahwa mereka berpacaran, karena selisih usia mereka yang hanya berbeda 2 tahun, mereka terlihat sangat cocok menjadi sepasang kekasih.

~ 。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。 ~


Lima menit lagi bel berbunyi dan beruntungnya kakak beradik itu sudah sampai ke sekolahan tepat lima menit sebelum bel.

Saat tiba di parkiran Lian memarkirkan motornya dan segera turun.

Melihat sang adik kesusahan membuka pengait helm, Lian pun berinisiatif untuk membantunya. Selesai melepas helm, Lian mengusap puncak kepala sang adik dengan lembut dan tersenyum manis kearah sang adik.

His figure is there but not feltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang