3. Fitting Room

21 1 0
                                        

Selesai melakukan pemotretan yang memakan waktu empat jam lamanya, Seonghwa tidak bisa langsung kembali ke apartemennya untuk beristirahat. Selesai mengganti pakaian dan menghapus riasan wajahnya, Hyeonsung menarik Seonghwa ke sebuah butik yang sangat populer akhir-akhir ini. Butik dari merek Joy-So itu, dimiliki oleh seorang penyanyi populer. Berkat kepopulerannya itulah, butiknya diminati oleh banyak orang, terutama para penggemarnya. Tetapi, Seonghwa tidak mengerti kenapa dirinya dibawa ke tempat ini. Mengingat, butik ini lebih diperuntukan untuk perempuan. Seonghwa sempat membuka laman internet dari merek Joy-So ini, dan semuanya memang berbau feminim.

"Kamu tidak salah tempat?" Itu adalah pertanyaan yang langsung keluar dari mulut Seonghwa, ketika Hyeonsung membuka pintu di sampingnya. Gadis itu terlihat mengerutkan dahi, sebelum menggeleng dengan senyuman tipis.

"Aku sangat waras, dan sadar. Jadi ayo, kita tidak boleh membuang banyak waktu di sini."

Seonghwa mengembuskan napas. Ia melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya, lalu keluar dari dalam mobil. Kepalanya menoleh ke sekeliling. Hanya ada dua mobil yang terparkir di depan butik, membuat Seonghwa bertanya-tanya. Seharusnya, butik seterkenal ini ramai dikunjungi oleh orang-orang. Kemarin juga, dirinya melihat jika butik itu begitu ramai. Tetapi sekarang, benar-benar sangat berbeda.

"Aku sudah melakukan reservasi dari tiga hari yang lalu. Dan sepertinya, mereka menutup butik hanya agar bisa fokus melayanimu," ujar Hyeonsung secara tiba-tiba, membuat Seonghwa terkejut. Seonghwa mendengkus, dan membiarkan Hyeonsung berjalan di depannya. Sebelum memasuki butik, mata Seonghwa sempat tertarik pada kunci mobil yang digantung pada celana jeans yang digunakan oleh Hyeonsung. Beberapa kali ia memperhatikan, gadis itu seperti tidak takut jika ada orang yang akan mengambil kunci mobil itu.

"Selamat datang, selamat datang di butikku." Sambutan hangat itu diterima oleh keduanya. Bukan dari manajer butik, melainkan dari sang pemilik, Park Jihyo. Dengan segera, keduanya membungkuk untuk memberikan salam pada penyanyi senior yang begitu populer tersebut.

"Aku tidak mengira, Kakak akan menyambut kami," ujar Hyeonsung. Mata Seonghwa melirik ke arah Hyeonsung di sampingnya. Cukup terkejut karena Hyeonsung begitu santai pada wanita itu, seperti sudah dekat sejak lama.

"Tentu saja!" Jihyo berujar dengan ceria. Ia menampilkan senyuman lebarnya. "Aku sengaja mengosongkan jadwal, karena adikku datang ke sini, membawa artisnya. Dan sangat penasaran, kenapa kamu membawa pria ke butikku ini."

Perkataan Jihyo itu membuat dahi Seonghwa mengerut. Terdengar sangat aneh ketika Jihyo berkata jika Hyeonsung adalah adiknya. Karena marga keduanya berbeda, juga tidak ada kemiripan apapun di wajah keduanya. Dan Jihyo, ia langsung menyadari kebingungan Seonghwa tersebut.

"Hyeonsung adalah mantan trainee di agensiku, jadi kami saling mengenal sejak lama. Dan aku sudah menganggapnya adik sejak saat itu," ujar Jihyo, menjawab kebingungan di kepala Seonghwa yang tidak diungkapkan.

"O-oh? Aku sama sekali tidak mengetaui hal itu," ujar Seonghwa dengan canggung. Dirinya tidak mengira, ekspresinya akan mudah terbaca.

Jihyo menampilkan senyuman, sama sekali tidak keberatan dengan hal tersebut. Ia menepuk lengan Seonghwa pelan, sebelum mengajak kedua pelanggan khususnya itu untuk ke fitting room. "Sejujurnya, ini adalah kali pertama aku mendapatkan pesan untuk menyiapkan pakaian laki-laki dari koleksi butikku." Jihyo menggerakan tangannya, memanggil salah satu pegawainya untuk ikut dengan mereka.

"Karena biasanya, para lelaki akan memakai setelan jas untuk acara-acara seperti itu. Berlomba-lomba untuk memperlihatkan maskulinitas dari diri mereka," lanjut Jihyo. Ia sedikit menoleh ke arah dua orang tamunya itu. Seonghwa memakluminya, karena sekarang pun dirinya juga masih tidak mengerti kenapa Hyeonsung justru memintanya ke sini, untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan di pesta itu.

Cherry LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang