Good Decision or...?

487 67 23
                                    

Sorry for typos!

****

Ga bisa dipungkiri, jantungnya tambah berdegup kencang ketika semua itu muncul lagi di kepalanya setelah melalui blank state dalam beberapa detik. Dia cemas. Ga siap. Terutama dengan kondisinya saat ini. Masih di negeri orang dan lagi LDR sama Mingyu.

Mingyu.

Drrrt....drrrt

Wonwoo hampir menjatuhkan ponselnya ketika mendapati notifikasi dari seseorang yang menjadi buah pikirnya. Satu foto muncul di sana, foto selfie Mingyu yang lagi duduk di mobil yang sepertinya di jalan pulang sehabis dari kantor.

on the way to our home
miss u so badly

jangan lupa makan siang and don't worry about gaining some weights
kalo ketauan diet segala macem aku langsung jemput kamu pulang ya

Dia ga bisa membendung air matanya bukan hanya karena pesan yang dikirim Mingyu tapi dia juga nangis pas dia sadar bahwa berat badannya saat ini yang naik, alasan dia menangis ga jelas, dan semua itu ialah karena sel yang ada di dalam rahimnya saat ini. Menangisi apapun itu. Menangisi fakta bahwa dia merasa tidak siap ketika satu sisi dalam dirinya bersorak senang dan merayakan dengan riuh karena ternyata dirinya tengah membawa janin yang mana adalah milik mereka.

Mereka.

Mingyu dan dirinya.

Menangis tentang waktu yang ga pas. Menangis bahwa dia di sini sendirian ketika tahu fakta soal keberadaan calon anak mereka. Menangis ketika memikirkan kemungkinan besar dia akan dibawa pulang ke Indonesia jika Mingyu tahu faktanya. Menangis karena dia sudah sangat mencintai apa yang ada dalam dirinya kendati baru tahu beberapa menit yang lalu.

Hal yang paling tidak ia inginkan ialah tidak menyelesaikan apa yang sudah ia kerjakan. Pulang ketika pekerjaannya belum selesai dan lagi di masa-masa sibuk. Ketika pekerjaan ini adalah hal yang sangat ia inginkan untuk saat ini. Mimpi besarnya. Wonwoo tiba-tiba mual kembali memikirkan kemungkinan itu.

Wonwoo berakhir setengah jam menghabiskan waktunya di toilet itu dan pergi setelah membayar semuanya. Di hari itu juga dia lari dari apa yang sedang terjadi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Lari tentang kemungkinan apa yang terjadi setelah ini, lari tentang bagaimana cara memberitahu suaminya, lari tentang rasa bersalah karena dia seperti tidak menginginkan janin yang ada di perutnya ketika pada kenyataannya dia merasakan kebahagiaan yang hakiki jika semua ini terjadi tepat pada waktunya.

Selama bekerja tentu pikiran itu tidak bisa hilang seenaknya ketika yang dipikirkan ada di dalam tubuhnya. Untuk beberapa alasan eksistensinya membuat Wonwoo merinding, ada sesuatu yang membuat dia mendengar senandung positif dan ia ingin berjalan beriringan dengan nada di pikirannya. Ia bahagia.

Tapi bagaimana dia akan memberitahu Mingyu?

Wonwoo tahu persis apa yang akan suaminya katakan.

'Pulang ya, Bi? Biar akunya tenang. Nanti aku bantu urus ke Genevieve kalo kamu mau biar kamu dibiarin pulang.'

Maksudnya emang baik, tentu, tapi ga begitu caranya. Mingyu bakal ngelakuin apapun untuk Wonwoo termasuk menggunakan kekuasannya. Dia selalu begitu. Tapi masih banyak yang harus Wonwoo lakuin di sini. Ia udah berjuang keras untuk ngebangun proyek ini bareng kolega-kolega barunya. Dia ga bisa ninggalin ini semua gitu aja. Belum.

Cuma ga bisa dipungkiri... ada secercah kegembiraan kecil di dalam diri Wonwoo, yang tumbuh semakin kuat sejak dia mendapati dirinya tengah hamil. Sebuah kehidupan kecil. Kehidupan milik mereka. Rasanya aneh, hampir ga nyata, tapi dia tetep seneng. Bahkan untuk beberapa momen, dia udah bisa ngebayangin kaya gimana rupa anak mereka nantinya, mirip Mingyu dengan Mingyu, juga seperti apa suara tawanya.

sweet nothing; minwon story pt.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang