Unwritten

870 96 16
                                    





Maka sudah tiba saatnya mereka pergi ke acara perusahaan Mingyu tepat di pusat kota dan tak jauh dari apartemen Wonwoo di Paris. Kasarnya Wonwoo sudah biasa menjadi 'arm candy'-nya Mingyu di beberapa acara penting. Well--setidaknya itu candaannya Wonwoo pada Mingyu. Namun pada nyatanya, dia menyimpan role penting juga. Menjadi partnernya Mingyu berarti ia kudu siap dengan menghadapi pembicaraan-pembicaraan penting mengenai bisnis apalagi di bidang real estate.

Kendati dirinya tidak suka, namun Wonwoo kudu memasang topeng agar tidak menunjukkan ketidaksukaannya pada beberapa jajaran direksi yang mana koleganya Mingyu di perusahaan yang kebanyakan ngasih suaminya beban, dia bersikap sangat profesional dalam menjaga wajah suaminya. Meskipun melewati beberapa pembicaraan membosankan dan rasanya di luar realita yang Mingyu sebut kemarin yang sebenarnya udah biasa ia dengar ketika dulu di acara perusahaan keluarganya.

"Kita tuh baru aja pulang dari Monako, kan. Tapi sebelnya itu private runaway ga bisa dipake gara-gara ada maintance entah apa lah itu. Jadi kita harus landing di bandara umum. Ugh, ngeselin banget pokoknya liburan kemarin tuh."

Atau kaya gini.

"Salah satu rumah kami yang ada di Menteng kan lagi never-ending renovation. Kita pake pemasok lokal bahkan sampe Brazil ga punya kualitas wood floor yang ga sesuai sama ekspektasinya suami saya."

Akhirnya Wonwoo bisa nimbrung dengan ngasih tahu potensi-potensi yang ada di Pandega soal renovasi rumah itu. Sampe akhirnya  ke pembicaraan soal anak-anak mereka karena memang kebanyakan dari mereka udah berumur.

"Anak saya baru aja masuk ke JIS setelah harus nunggu waiting list dan sebagainya karena emang kompetitif banget masuk ke sana."

"Eh, anak saya juga sekolah di sana. Tapi jujur sih lagi mertimbangin buat masukin dia ke British School. Soalnya, ya you know lah, di sana lingkungan sosialnya better."

"Iya sih,  connections in the right circles matter so much more than what they actually learn, don't you think?"

Wonwoo cuma bisa menyatukan kedua alisnya diam-diam ketika mendengar itu. Sejujurnya emang dia juga diajarin soal pentingnya koneksi dan sebagainya, tapi emang lebih penting dari ilmu yang bakal kita dapet di sekolah? Semua harus balance, itu kata mamanya. Wonwoo hanya mengangguk saja ketika ibu-ibu dan bapak-bapak di sekitarnya juga mengangguk walaupun dia agak gimana gitu ke kalimat yang dikasih sama satu pria paruh baya tadi.

Mingyu akhirnya datang dan berdiri tepat di sampingnya dan ngelingkarin tangannya di pinggang Wonwoo setelah beberapa lama ia pergi untuk mengobrol hal yang lebih penting dengan tamu lainnya di sana.

"Naaah, ini sih direktur muda kita kapan kira-kira bakal masukin anaknya ke international school nih?" Salah satu koleganya berujar pada mereka dengan nada yang menggoda. Wonwoo harus memegang lebih erat ke gelas berisi mocktail yang hampir habis itu. Berusaha untuk tidak mengeluarkan ekspresi wajah yang dapat memposisikan Mingyu di tempat yang salah.

"Iya, mumpung Presdir masih sehat bugar bisa gendong cicitnya." Rasanya ia benar-benar ingin menonjok wajah pria berkacamata di hadapannya ini. Bahkan ketika Wonwoo tidak suka dengan kekerasan, dia memikirkan hal tersebut. Entahlah kenapa dia menjadi brutal seperti ini walaupun tidak sampai ia realisasikan.

Terdengar kekehan kecil nan palsu milik Mingyu, "Liat aja nanti. Kita mau berdua dulu soalnya."

"Wish you every luck, ya. Ngerti kok kalo semisal masih sibuk gini emang baiknya nunda dulu. Apalagi kan kalian masih LDR Paris-Jakarta, ya?" Harusnya dia mengucap terima kasih pada satu wanita yang hampir seumuran dengan ibunya karena rasanya dia paling mengerti posisi Wonwoo. Tapi jujur aja, Wonwoo tambah diem ketika disebut soal jarak antara mereka yang bakal melebar beberapa hari lagi.

sweet nothing; minwon story pt.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang