ستة وعشرون

60 6 0
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهمّ صلّي على سيدنا محمد وعلى عليّ سيدنا محمد

☪︎☪︎☪︎

Laksitaning subrata tan nyipta marang pringga bayuning lampah. Artinya dalam mencapai cita-cita luhur, jangan menghiraukan halangan dan rintangan.”

[Sunan Bonang]

☪︎☪︎☪︎

Begitu usai salat asar, Lesa seperti biasa mengantarkan Kinan berangkat TPA. Entah memang kebetulan atau bagaimana, Kinan sedang ditinggal kedua orang ibunya untuk ke rumah ibu mertuanya yang berada di luar kota, katanya ada urusan keluarga yang Lesa sendiri tak tahu urusan keluarga apa itu.

Berakhir Kinan menginap di rumahnya selama urusan keluarga Kinan sampai selesai. Dan yang lebih membuatnya kesal adalah, saat pagi  tadi, ia sudah di bangunkan untuk dititipkan Kinan, sungguh mengganggu acara tidurnya.

“Pokoknya selama kamu nginap di rumah Mbak, kamu kudu nurut sama peraturan Mbak atau Pakde, ngerti?” pesan Lesa begitu menurunkan Kinan di pelataran pendopo.

“Iya, Mbak Lesa galak.” Kesal Kinan setelah menurunkan dirinya dari boncengan motor Lesa.

“Galak-galak gini kalau jajan masih Mbak kasih.” Lesa mengulurkan uang lima ribuan satu lembar kepada Kinan, dengan senang hati bocah itu menerimanya dan langsung memasukkannya ke dalam saku rok panjang yang di kenakan.

“Assalamu'alaikum ,” pamit Kinan kepada Lesa.

“Walaikumusalam, belajar TPA yang rajin. Biar jadi anak solehah.”

Tak ada jawaban dari Kinan karena bocah itu sudah berlari memasuki pendopo bergabung dengan teman-temannya. Baru saja Lesa akan memutar balikkan motor, ia sudah di suguhkan pemandangan yang membuat kedua matanya segar kembali.
Laki-laki dengan sarung hitamnya berjalan mendekati area pendopo dengan memeluk kitab dan juga buku bersampul hitam.

“Nikmat mana yang engkau dustakan,” gumamnya menggelengkan kepalanya pelan.

☪︎☪︎☪︎

“Gus punya pertanyaan, siapa yang nanti bisa jawab angkat tangan, ya!”

“Siap, Gus.”

Sudah menjadi rutinitas TPA Sanggar Tiga setelah tadarus Al-Quran berakhir, akan dilanjut dengan sedikit pembelajaran, sepeti bacaan salat, cara berwudhu, menghafalkan doa-doa sehari-hari atau cerita-cerita tokoh bersejarah dalam Islam. Semua itu berguna agar anak-anak TPA terbiasa dengan hal-hal kecil supaya menjadi kebiasaan yang baik untuk kehidupannya baik sekarang atau masa nanti.

Sebab, untuk membentuk kepribadian yang baik dimulai dari hal kecil terlebih dahulu.

Gus Zidin membuka buku bersampul hitamnya, melihat pertanyaan apa yang cocok untuk anak-anak usia SD kelas satu dan dua. Wajahnya sengaja dibuat serius agar anak didiknya penasaran, tak lama ia tersenyum membuat kedua matanya pun ikut tersenyum.

“Siapa yang tahu, apa itu Wali Songo?”

Semuanya bungkam, sampai suara cempreng spontan membuat mereka semua kaget bukan main.

Di Bawah Langit Subuh (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang