Manusia dengan tingkah uniknya mampu membuat hati lain jatuh padanya tanpa harus melakukan hal manis.
Akhir bulan, mendadak menjadi waktu yang paling tidak disukai Saras selama satu tahun ini. Seperti hari ini, lihat saja wajah serius dari Raksa yang sudah duduk dari pagi di ruangannya.
"Jangan molor hari ini." Ucap Raksa ketika Saras melewati ruangannya. Bahkan pria itu bicara tanpa melihat ke arah Saras.
"Hm." Balas Saras dengan malas.
Ruangan Raksa dan Saras satu lantai. Meja berjejer dengan bilik sebagai pembatas nampaknya sudah biasa kita lihat di perkantoran. Begitupun dengan pemandangan kantor Adicara Company.
Dalam tata ruang itu, hanya 3 orang khusus yang mempunyai ruangan khusus yang bukan bilik. Pertama tentunya Fero, sang pemilik Adicara company. Fero berada di ruangan lantai 5, sedangkan ruagan manager dan junior manager ada dilantai 4. Ruangan Raksa atau lead of Audit ada di lantai 3 sejajar dengan ruangan divisi accounting, pemasaran online, administrasi dan juga anggota audit lainnya. Bedanya, Raksa memiliki ruangan khusus. Ruangan minimalis dengan dilengkapi pintu yang bisa ditutup rapat sehingga ia tidak akan pusing dengan alunan musik yang biasa diputar oleh tim pemasaran.
Pagi ini mereka cukup kalang kabut mendengar toko yang ada di Surabaya kemalingan tadi malam. Padahal seharusnya lokasi di mall sangat ketat oleh penjagaan satpam dan cctv. Namun tetap saja, pencuri handal lebih pintar.
"Pak, maaf... sudah kami lakukan penyelidikan. Semoga lekas ditemukan." Suara telepon yang di speaker oleh kepala pemasaran dan manager toko terdengar ditelinga Saras.
Sepertinya yang berbicara dengan suara gemetar disana adalah kepala toko cabang Surabaya. Bagaimana tidak gemetar? Yang berhasil dicuri adalah jam tangan cartier dan rolex dengan total 5 pcs dan kerugian lebih dari 1 Milyar.
Pencurian telah dilaporkan, namun tetap saja perlu waktu untuk mengeksekusi semuanya. Dan sepertinya, Fero belum mengetahui hal ini karena ruangannya sedang kosong. Sepertinya ia belum ke kantor.
"Huft.. ngerinya pencuri jaman sekarang." Gumam Saras dengan suara pelan. Ia masih di meja nay, hanya saja ia fokus mendengarkan perbincangan antar divisi yang memang masih satu ruangan.
"Fokus sama pekerjaan lo sendiri. Ingat, jangan telat ngumpulin semua rekapan akhir bulan." Ucap Raksa yang tiba-tiba ada dibelakangnya membuat Saras terlonjak kaget.
"Bisa nggak usah ngagetin nggak?! Gue punya telinga, jadi nggak usah ngomong terlalu deket." Protes Saras tak terima. Selama satu tahun diperlakukan dnegan tidak baik, kesabaran gadis itu sudah mulai habis untuk seorang Raksa.
"Padahal gue ngomong sambil lewat doang. Cuma mau ngambil air." Alasan Raksa, sepertinya Saras tidak menerima alasan kurang masuk akal pria itu. Jelas-jelas tadi suaranya sangat dekat ditelinganya, semacam bisikan setan.
Saras mencoba menghiraukan semua hal. Ia memasang headphone nya dan mulai membuka tab pada pc pada layar komputernya satu persatu. Saras memulai dengan membuat note di kertas tempel warna warni, untuk kegiatannya hari ini. Kemudian ia tempel tepat di bilik depan dan sampingnya.
Ting
Suara notifikasi ponsel membuat Saras menghela napasnya dengan dalam. Ia membaca pesan tersebut, yang membuat ia sekali lagi lebih kesal dengan pria itu.
Raksa
Kalau dikantor jangan pakai headphone
Nanti pas dipanggil temennya ga dengerLihatlah tingkah menyebalkan pria itu. Sepertinya niatnya datang ke kantor pagi ini hanya untuk mengacaukan mood Saras saja.
Dengan terpaksa, Saras melepaskan headphone yang tadi ia kenakan. Sedikit melirik ke ruangan Raksa yang terbuka. Pikirannya kemana-mana. Apa gue lempar bom aja ke ruangan itu?
***
Sudah seharian Saras berada di ruangannya untuk menyelesaikan pembukuan akhir bulan, namun sebenarnya akan di kumpulkan pada tanggal 1, karena semua outlet Adic style close nya jam 21.00 dan tidak mungkin seorang accounting menunggu outlet tutup hanya untuk merekap penjualan di tanggal 31.
"Udah selesai?" Tanya Raksa yang tiba-tiba saja muncul disebelahnya, sekana mengintip dari bilik sebelah yang sudah kosong.
"Huft, kalau muncul jangan kayak jin." Tegur Saras.
"sudah, tapi masih nung—
Ting
Sekali lagi, notifikasi ponsel Saras berbunyi menandakan pesan masuk. Ia lihat disana tertera nomor ibunya.
Ibu
Ras, isiin token listrik rumah. Sudah bunyi dari tadiLagi-lagi membuat Saras membuang napasnya kasar. Memang ia yang menjadi tilang punggung sekarang. Mau tidak mau harus mau, karena keadaan yang memaksanya.
Sebenarnya Saras tidak apa-apa. Ia hanya terus mengingat banyaknya pujian yang Ibunya berikan untuk Sandi, namun Sandi malam mengecewakan dengan kejadian menghamili anak orang hingga harus bertanggung jawab di usia 21 saat Sandi masih kuliah. Itu sebabnya sampai sekarang terkadang Sandi tidak dapat mengontrol emosinya. Ia sudah dipaksa menafkahi anak orang sejak usianya yang masih belajar dikampus. Padahal sebelumnya Sandi tidak pernah bekerja.
"Ngapain?" Tanya Raksa yang melihat Saras mengotak-atik ponselnya.
"Bisa pinjem duit 100 nggak? Gue kasih cash, lo transfer ke gue. Buat beli token listrik di marketplace." Ucap Saras, mencoba mengiba kepada Raksa. Akankah Raksa tega melihat tatapan Saras yang terlihat seperti kucing dengan mata berbinar?
"Kalo ada maunya aja, kayak gitu." Ucap Raksa mencoba marah namun tidak tega kalau Sara sudah membahas soal uangnya.
"Udah gue tf." Ucap Raksa, membuat Saras mengecek akun mobile nya dengan cepat.
Dengan kecepatan kilat, token listrik seratus ribu sudah terbeli, namun Saras tak menyadari. Raksa sudah tidak ada disampingnya, mungkin kembali keruangannya?
Tok tok
Saras mengetuk pintu berwarna putih dengan tempelan nama 'Raksa Sadewa (Lead of Audit)'. Sebenarnya ia paling malas ke ruangan Raksa. Didalam sana tercium aroma Raksa yang maskulin, aromanya tidak pernah hilang. Entah, apa Raksa menyemprotkan parfumnya setiap satu menit sekali?
Pintu ruangan terbuka, menampilkan Raksa dengan kemeja yang kancing 3 bagian atasnya sudah dibuka.
"Eh... maaf maaf." Ucap Saras menutup matanya, melihat kemeja putih Raksa dengan kancing yang terbuka tiga itu nampak seksi dimatanya.
"Kenapa? Ada yang salah sama penampilan gue? Kayaknya gue pake baju sama celana deh." Ucap Raksa, membuat Saras menurunkan tangan yang tadi menutupi matanya. Tangannya melayang untuk memukul dada Raksa dengan sekuat tenaga.
"Baju lo sekalian buka aja! Masa dikantor pakenya kayak gitu!" Omel Saras, membuat Raksa membuka kancingnya sekali lagi, empat kancing terbuka membuat Saras terdiam dan menelan ludahnya.
"G-gue cuma mau balikin ini. Duit lo." Ucap Saras dengan gugup. Menaruh uang lembaran berwarna merah itu ke kantong baju Raksa dan langsung pergi dari ruangan mencekam itu. Sementara Raksa tertawa puas dengan ekspresi Saras.
Bagai tom and jerry yang setiap bertemu tidak pernah absen bertengkar. Itulah Raksa dan Saras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side of Saraswati
Romance"Kenapa aku yang harus menanggung semua ketidakadilan dalam keluarga ini?" - Saraswati "Ada gue Ras. Gue janji akan mewujudkan keluarga yang lo impikan. Keluarga kecil tanpa ada selisih kasih sayang didalamnya." - Raksa.