Hari yang sulit pasti berlalu, tapi tidak dengan hari-hari milik Saras
Matahari sudah mulai tenggelam, terlihat jelas oleh Raksa yang sedang menikmati secangkir kopinya, dari rooftop lantai paling atas gedung Adicara company.
Pekerjaan pria itu sudah selesai, isi gedung Adicara pun sudah perlahan mulai kosong. Semua staf Adicara sudah pulang kecuali Saras yang masih menyelesaikan laporan keuangan hariannya. Saras baru saja selesai soal urusan payroll nya tadi sore pukul 16.00.
"Eh, Mas Raksa masih disini?" Ramah seorang security Adicara yang memang tugasnya memeriksa seluruh lantai Adicara saat gedung ini mulai kosong.
"Iya Pak. Masih pengen ngopi." Ucap Raksa.
"Ada Mbak Saras juga, masih dimejanya. Kasihan, kayaknya nangis... saya tadi sempat denger sesenggukan gitu. Tapi pas saya mendekat, Mbak Saras senyum, katanya nggak kenapa-kenapa." Ujar Security itu. Namanya Pak Ujang, pria empat puluh tahun asli Bandung yang sudah bekerja di Adicara Company sejak perusahaan ini berdiri.
Raksa yang tadinya sibuk menikmati kopinya, mendadak terdiam. Kenapa gadis itu? Perasaan tadi waktu gue bikin kopi di pantry, dia masih baik-baik aja. Batin Raksa.
"Makasih infonya Pak. Saya kebawah dulu ya." Pamit Raksa sebelum meninggalkan Pak Ujang di rooftop.
Raksa dengan panik namun mimik wajahnya masih menunjukkan kesan santai ala Raksa, segera turun ke lantai tiga.
"Kenapa?" Tanya Raksa, bukannya melihat ke arah Saras, ia malah bertanya sambil berjalan menuju ke pantry untuk menaruh cangkir bekas kopinya.
Saras tidak menjawab, ia masih sibuk mengetikkan sesuatu di spreadsheet data accounting miliknya.
"Kalau lo ngerasa pekerjaan ini terlalu berat, bisa minta tolong ke gue. Kita disini kerjasama tim. Jangan sampai karena alasan ini pekerjaan lo jadi ga maksimal." Ucap Raksa, mendudukkan dirinya di kursi sebelah milik rekan Saras.
"Pulang aja. Gue bisa." Ucap Saras, berusaha menghapus air matanya, menahan sesenggukan dan berbicara pelan.
Saras masih fokus pada layar spreadsheet nya, keningnya mengkerut kala melihat laporan keuangan yang ia buat, hasil akhirnya tidak balance.
"Hish... " decak Saras, kala meneliti kembali tetapi tidak menemukan kesalahannya dimana.
Raksa mengambil alih nota yang telah di print Saras pada lembaran kertas HVS yang ada didepan gadis itu.
"Kayaknya ini nominal pengeluaran anggaran makan siang sama nota nya nggak sama." Ucap Raksa dengan penuh teliti memandangi satu persatu nota catering dari laporan outlet Adic style cabang Bogor.
"Masa sih, tadi kayaknya udah sama semua." Ucap Saras dengan yakin.
"Coba lo telfon aja cabang Bogor, yang tadi nyerahin laporan keuangan ke lo." Ucap Raksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side of Saraswati
Romance"Kenapa aku yang harus menanggung semua ketidakadilan dalam keluarga ini?" - Saraswati "Ada gue Ras. Gue janji akan mewujudkan keluarga yang lo impikan. Keluarga kecil tanpa ada selisih kasih sayang didalamnya." - Raksa.