3. Double Standard

114 27 4
                                    

Katanya semua hari itu baik. Tapi menurut Saras, itu hanya berlaku untuk orang-orang yang nasibnya beruntung saja.

 Tapi menurut Saras, itu hanya berlaku untuk orang-orang yang nasibnya beruntung saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanggal satu menjadi hal yang paling dibenci Saras. Hari ini adalah final dari tiga puluh hari yang lalu, dimana ia akan mempresentasikan seluruh laporan keuangan pada bulan lalu.

Meeting diadakan di indoor, ruangan berukuran sedang dengan design minimalis telah disiapkan Fero untuk keperluan pembahasan serius seperti meeting akhir bulan ini.

Saras mencoba memeriksa kembali laporannya sebelum masuk ke ruangan mencekam itu.

"Pastikan nggak ada kesalahan fatal untuk laporan bulan ini." Ucap Raksa ketika melewati meja Saras sembari mengancingkan kemejanya, menuju ke ruangan meeting lantai enam.

"Huft, dasar hantu." Balas Saras dengan nada pelan. Bisa dipastikan Raksa tidak mendengarnya.

Saras menata semua tumpukan kertas sialan itu untuk segera dibawa keruangan meeting. Sebelum itu, Saras terlebih dahulu berdoa dan meminum air dalam tumbler nya.

Dering telepon berbunyi saat ia akan beranjak dari tempat duduknya. Saras segera mengangkatnya, barangkali ada hal penting.

"Halo, dek... kamu ada duit nggak? Mas mau pinjam." Kalimat yang paling muak Saras dengar. Karena ujung-ujungnya uang itu tidak akan kembali jika sudah dibawa abangnya.

"Buat apa bang? Memangnya abang belum gajian?" Tanya Saras. Seharusnya Sandi memang gajian di tanggal tua dan ini sudah tanggal satu.

"Kasih pinjam ajalah dek, abang lagi butuh banget. Satu juta aja." Lirihnya dari seberang sana. Entah untuk apa uang itu, yang pasti Saras tahu betul uang itu tidak akan kembali, bahkan abangnya itu tidak bilang untuk janji mengembalikannya kapan.

"Saras lagi riweh, nanti dulu." Ucap Saras lalu memutus teleponnya sepihak.

Saras memutuskan untuk menonaktifkan teleponnya, lagipula file presentasi telah ia siapkan di sebuah flashdisk seperti biasanya.

***

Presentasi rangkuman satu bulan dari masing-masing jobdesk sudah selesai. Seperti biasa, Raksa selalu mencari celah dalam pekerjaan yang dibuat oleh Saras.

"Sabar, Raksa kayak gini karena dia sayang sama lo." Goda Neo ketika melihat Saras membereskan semua dokumen miliknya dengan bibir mengerucut dan wajah yang bisa dibilang tidak santai.

"Mending lo diem. Makan siang sana, sama cowo lo yang owner itu." Ucap Saras membalas Neo. Siapa yang tidak tahu gelagat Fero sang Owner Adicara pada Neo bawahannya. Fero selalu saja mencari perhatian Neo dengan tingkah randomnya selama dikantor. Fero menyukai gadis itu secara terang-terangan walaupun tidak ada tanggapan apapun dari Neo.

Side of SaraswatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang