Lemon
Agung berteriak, suara beratnya menggema di seluruh ruangan. "Naka, kamu pikir hidup ini lelucon? Kamu mau kemana lagi?"
Namun, Naka hanya menghela napas panjang. Ia tahu, setiap kata yang keluar dari mulut ayahnya tak pernah benar-benar sampai padanya. Baginya, kata-kata itu hanyalah gelombang ombak, datang menerjang, menggelegar, tapi tak pernah benar-benar membekas. Yunita, ibu Naka, mencoba menenangkan Agung dengan suara lembutnya, "Sudah, Yah, jangan begini lagi... Naka sudah besar. Dia perlu belajar dari kesalahan."
“Belajar dari kesalahan? Lihat apa yang terjadi! Sudah Ayah bilang, jangan dekat-dekat dengan Jeno! Anak itu pengaruh buruk!” Agung menatap tajam, sementara Naka hanya menundukkan kepala, menyembunyikan kekesalannya. Di dalam pikirannya, Naka ingin membalas, tapi ia tahu setiap argumennya akan jatuh di telinga yang tertutup rapat.
“Kalau ayah nasehatin itu didengar! Lihat semalam, kamu bikin malu keluarga!”
“Ayah, tapi Naka gak ikut balapan itu—”
“Kalau gak ikut, kenapa kamu dan Jeno dikejar polisi, hah?! Termasuk pacarmu yang gak benar itu!” potong Agung, geram.
Naka tak bisa membantah. ‘Belum sempat mulai aja udah dikejar polisi,’ batinnya.
“Mulai sekarang kamu gak boleh keluar rumah, paham?! Kalau ketahuan, hukuman bakal lebih berat!”
Yunita mencoba menenangkan, "Sayang, hukuman ini terlalu keras buat dia..."
Namun, Agung menggelengkan kepala, frustrasi. “Kita terlalu lembut selama ini, Lihat hasilnya! Anak pembangkang!”
Naka menatap kedua orangtuanya, wajah mereka begitu asing, seperti sosok yang tak pernah benar-benar ia kenal. Di luar, dunia melihat keluarga Cendana sebagai simbol kesempurnaan—ayahnya, pemilik MS Entertainment yang terkenal; ibunya, pengusaha sukses dengan jaringan toko roti Joule yang merajai Jawa. Namun di balik itu semua, Naka merasa seperti boneka yang dipajang indah, tapi kosong di dalamnya.
‘Orang bilang hidup bergelimang harta itu bahagia. Tapi buatku, cuma kesepian...’
Air matanya jatuh tanpa diminta. Ia melirik Pak Eko, sopir keluarga yang setia. Pria tua itu tampak canggung keluar dari ruangan, menghindari ketegangan yang memuncak.
“Pak Eko, mau kemana bawa koper?” Naka mencoba menormalkan nada suaranya.
Pak Eko tersenyum ramah, "Saya mau pulang kampung, Mas. Cuma seminggu aja. Sudah lama gak lihat keluarga.”
Nada suaranya yang halus dan medhok memberi rasa hangat yang langka di hati Naka, sebuah kehangatan yang tak pernah ia dapatkan dari ayahnya. 'Kalau saja aku punya ayah seperti Pak Eko…'
Pak Eko mengerutkan kening, menyadari mata Naka yang sembab. “Ada apa, Mas? Ada masalah?”
Naka menelan ludah. “Pak, tunggu saya sebentar di depan.”
Pak Eko mengangguk penuh pengertian. “Baik, Mas.”
Naka bergegas masuk ke kamarnya, tangannya bergerak cepat memasukkan pakaian, handuk, dan barang-barang penting lainnya ke dalam ransel. Ia tak lagi mendengar teriakan ayahnya dari ruang tamu. Semua seakan menghilang saat ia melangkah keluar dengan tekad bulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon
FanfictionNaka kabur dari rumah dan menginap di kediaman Pak Eko, supir keluarga. Namun, di sana ia terjebak dalam jaring cinta rumit dengan anak-anak Pak Eko yang tampan. Ditulis: Minggu, 27 Oktober 2024 Selesai:-