1. Sendu

72 11 4
                                    

Jakarta, 2019

Rasanya punya pasangan emang kayak gini, ya? Kok, aku bahagia sendiri? Sedih sendiri? Apa aku gak akan pernah jadi prioritas? Atau aku sebenarnya gak pernah ada di sana? Di lubuk hatinya yang terdalam? Jadi, sebenarnya aku ini apa?

Brug!

Seseorang tak sengaja menabrak Sendu, membuat Ia tersadar, lampu merah telah berubah hijau dan timer terus berbunyi keras mengisyarakat semua orang untuk segera menyebrang.

Seseorang tak sengaja menabrak Sendu, membuat Ia tersadar, lampu merah telah berubah hijau dan timer terus berbunyi keras mengisyarakat semua orang untuk segera menyebrang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam hampir tiba, jika tak hujan, langit mungkin masih terlihat terang, seharusnya awan di musim panas bisa membuat hari Sendu lebih berwarna. Tapi, mungkin, saat ini rintik air lebih Ia butuhkan untuk menyamarkan tangis.

Tanpa payung atau jas hujan, seluruh tubuh Sendu basah kuyup, Ia terus berjalan seperti orang linglung, tanpa seorang pun yang peduli.

Sesampainya di halte, Sendu duduk diam menunggu Bus tiba.

Hari ini sangat melelahkan.

Empat jam lalu, Sendu duduk manis di sebuah kafe hits di Sudirman. Ia mengenakan dress favoritnya, berharap mendapat pujian yang setara dengan usahanya untuk tampil cantik. Tapi, antusias yang membuatnya rela bergadang hingga jam enam pagi mengerjakan tugas-tugas kuliah lebih awal agar bisa menikmati kencan indah dengan kekasih... pupus, seiring denting jam yang membuatnya menunggu begitu lama, tanpa kabar.

Meski ini bukan kali pertama, namun Sendu tak lagi memiliki tenaga untuk tetap berjuang. Ia ingin menyerah dan mungkin memang sudah saatnya.

Bis tujuan telah tiba, Sendu menaikinya.

Tatapan iba dan penasaran begitu kentara tertuju pada Sendu, namun ia tak bergeming

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tatapan iba dan penasaran begitu kentara tertuju pada Sendu, namun ia tak bergeming. Matanya hanya tertuju pada jendela Bis, memperhatikan jalan dalam lamunan.

"Dek, ini saya bawa jaket dua. Dipake ya, soalnya AC Bisnya juga dingin banget, takutnya nanti kamu sakit." Ucap seorang wanita, menyodorkan sebuah jaket ungu pada Sendu, hingga akhirnya Sendu sadar, Ia yang paling basah di antara para penumpang.

"Makasih, Kak." Balas sendu, Ia tertunduk malu menyadari dirinya menjadi pusat perhatian dan perlahan menggunakan jaket pemberian wanita tersebut.

"Kamu gak bawa payung?" Tanya wanita itu.

"Enggak Kak, tadi aku liat prediksi cuaca cerah sepanjang hari, tapi tiba-tiba hujan."

"Iya sih, cuaca akhir-akhir ini lagi aneh. Tapi, kalau bisa prepare bawa payung aja, soalnya minggu lalu juga persis kayak hari ini. Siangnya cerah banget, sorenya ujan besar."

"Iya kak, makasih." Balas Sendu.

Setelahnya tak ada percakapan, Sendu kembali terdiam menatap jendela sementara wanita itu seolah paham untuk tak menggangu seorang gadis muda yang sedang larut dalam lamunan.

Har, orang asing aja peduli sama aku, tapi kamu kenapa selalu abai sama aku? Apa aku gak seberarti itu buat kamu? 

To be continued...

Merindu SenduWhere stories live. Discover now