Kelas 3-1 semua muridnya masih berada di dalam kelas, padahal saat itu sudah bel pulang sekolah.
Mereka semua duduk di kursi kelas masing-masing, dan ada satu siswi yang merupakan ketua kelas sedang berbicara di depan kelas menjelaskan sesuatu pada mereka.
Semua murid disana menyimak penjelasan sang ketua kelas, namun itu tidak berlaku pada Sean, ia terlihat asik mengoceh pada Lionel yang duduk tepat di sebelahnya.
Mendengar sebuah suara yang sangat mengganggu, ketua kelas tersebut langsung melemparkan sebuah spidol dengan gaya seperti pitcher.
Meski sedang mengoceh, Sean seperti merasakan aura mengamuk dari ketua kelas, setelah mengetahui spidol melayang ke arahnya, ia segera menunduk, membuat spidol tersebut tidak jadi mengenainya.
Terdengar suara hantaman antara spidol dan kepala seseorang di saat suasana hening kelas tersebut, seluruh kelas berteriak kaget, walau pelaku utamanya adalah para siswi di kelas yang terkejut seperti itu.
"Daniel, kamu tidak apa-apa?" Seorang siswi menghampiri dengan mengambil kesempatan mengelus kepala Daniel yang terkena hantaman tersebut.
Ketua kelas langsung datang menghampiri Daniel dengan raut wajah khawatir. "Maafkan aku, Daniel, aku tidak bermaksud mengenaimu"
"Ya, ini semua salah Sean!" Siswi lain setuju sembari menyalahkan kejadian tersebut pada Sean.
Semua siswi di kelas menatap kesal pada Sean.
"Hei, hei, tunggu dulu, kenapa kalian jadi menyalahkanku? Aku hanya mencoba menyelamatkan diriku"
"Gara-gara kau, Daniel berharga kami jadi terluka!"
"Apa-apaan! Kalian selalu saja membela Daniel, padahal aku lebih tampan darinya!"
Mendengar hal itu seluruh siswi di kelas mengernyit serempak seolah tidak setuju dengan perkataan Sean.
"Teman-teman, sudahlah jangan bertengkar, aku tidak memiliki waktu banyak, jadi cepat selesaikan rapat kelas ini" Lionel yang sedari tadi diam jadi mengeluarkan suaranya, karena ia harus segera bermain game di rumah.
Yang awalnya sang ketua kelas sudah ingin pergi ke depan kelas untuk kembali memberikan penjelasannya, jadi berbalik lagi karena mendengar pertanyaan dari Alvin.
"Berharga? Apa itu layak di jual?"
Daniel tidak percaya mendengar pertanyaan seperti itu dari teman sebangkunya. "Tunggu, jadi maksudmu, kau ingin menjualku?"
"Kalau menjualmu dapat menghasilkan uang, kenapa tidak, ya kan?"
Bukan hanya Daniel yang tercengang mendengarnya, seluruh siswi bahkan para siswa di kelas juga ikut tercengang mendengar perkataan dari Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship of Youth
Teen FictionBerteman itu tidak sulit, yang sulit itu kalau teman sudah minjam duit.