Happy reading!
-
Saat Anya mengetahui jika orang yang membuatnya kesal setengah mati adalah abang dari sahabat nya, ia seketika merasa jika selama ini dunianya hanya berputar putar di satu poros itu saja.
Meskipun Anya dan Rebecca adalah teman sejak zaman maba, tapi baru kali ini Anya mengetahui abang dari sahabat nya ini. Rebecca memang pernah beberapa kali membawa abangnya kedalam setiap pembicaraan mereka, tapi hanya sebatas kata 'abang' saja tidak lebih dari itu, nama saja Rebecca tidak memberitahu.
Anya pun tidak mempermasalahkan itu, toh bukan urusannya juga. Setau Anya, abangnya Rebecca menempuh pendidikan S2 nya di luar negeri, itu sebabnya setiap kali Anya datang kerumah Rebecca tidak pernah bertemu dengan Reygan, abangnya Rebecca.
Tapi garis takdir memang sedikit unik, mereka akhirnya di pertemukan di suatu ketidak sengajaan.
Seperti saat ini, setelah keciduk oleh Rebecca. Anya berakhir duduk di satu meja restoran bersama keluarga Reygan. Dengan kata lain Anya satu meja dengan keluarga atasannya dan pemilik perusahaan.
Kalau bisa meminta satu permintaan, Anya ingin melarikan diri dari kondisi aneh ini.
"Jadi kalian udah saling mengenal sebelum nya?" tanya Rigantara Mahendra, papa Reygan.
"Sudah"
Oke, Anya kalah cepat kali ini, sebab Reygan sudah menjawab lebih dulu.
"Kita satu apartemen, Pak" jelas Anya.
Tapi selanjutnya Anya merutuki dirinya sendiri yang sepertinya salah merangkai kata.
"Ohh! jadi alesan abang gak pulang ke rumah karena itu" sambar Rebecca.
Anya menelan ludah nya gugup saat melihat semua mata tertuju padanya sekarang. Termasuk Rigantara dan Rania Sari, mama Reygan.
"Eng-enggak gitu, maksud saya kita satu gedung apartemen. Kita cuma tetangga depan unit doang" jelas Anya lebih rinci.
Anya melirik Reygan yang berada di samping nya. Demi apapun Anya ingin melemparkan Reygan ke kandang singa sekarang, sebab Reygan hanya terdiam sembari sesekali tersenyum tipis.
Orang gila! kalo lu gak peluk peluk sembarangan gak akan kaya gini kadal!
Ingin sekali Anya mencabik cabik muka jelek nya itu.
"Tapi lo berdua pacaran?" tanya Rebecca.
"Enggak!" sela Anya cepat.
"Eh? kok enggak?" ini yang bertanya adalah wanita paruh baya yang sangat anggun dan cantik.
Anya jadi kikuk sendiri, aduh jadi gak enak sama wanita lemah lembut itu.
"Kok panik sih?" tanya Rebecca.
Entah kenapa mulut Rebecca saat ini licin sekali, seperti ketumpahan satu kilang minyak.
"Gue panik bukan karena takut ketauan ege, gue takut abang lo jawab macem macem"
Anya menendang kecil kaki Rebecca yang ada di hadapannya. Untung terhalang meja, jadi aksinya tidak akan di ketahui oleh ketiga orang lain yang ada di meja itu.
Rebecca yang bisa membaca tatapan dari sahabatnya itu tersenyum iblis, lihat saja Rebecca akan terus mendesak Anya. Senang sekali membuat sahabat nya ini panik.
"Levanya ini teman nya adek kan?" tanya Rania.
"Iya ibu betul, saya teman kuliah Rebecca" jawab Anya.
"Udah jarang ke rumah sekarang, agak pangling lihat nya. Makin cantik" puji Rania lembut.
"Terimakasih bu, ibu juga makin cantik" Anya tersenyum manis. Siapa yang tidak salting di puji oleh orang yang lebih cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartement to Lovers
RomanceBertemu di garis takdir dengan orang yang setiap saat membuat emosi naik pitam memang bukan hal yang baik. Dalam sebuah gedung apartemen keduanya ditakdirkan untuk selalu hidup berdampingan dalam sebuah kata 'tetangga'. Memang sepertinya label 'tet...